April 4, 2016

Menjadi Nakhoda di Kapal Sendiri

Penulis: Karyo

Keputusan keluar dari zona yang cukup nyaman dan dianggap “gila“ tersebut, rupanya menjadi tantangan tersendiri bagi bapak 2 anak ini. Menurut suami  dari Kinan tersebut, comfort zone itu bahaya. Akhirnya, berbekal dengan modal dan keyakinannya, Naren akhirnya resmi mendirikan Dicoding pada 15 Januari 2015 lalu.

Keputusan ini dianggap sangat berani. Betapa tidak, Naren meninggalkan comfort zone yang sangat dicari banyak orang di Indonesia. Pasalnya, perusahaan yang ditinggalkan adalah merupakan perusahaan multinasional ternama di dunia dan tentu dengan gaji yang cukup fantastis untuk kedudukan seorang Naren.

Namun, setelah mengadakan perenungan yang cukup lama, akhirnya Naren mempunyai keyakinan yang mantap bahwa tidak ada yang dapat menjamin rezeki dan kehidupan ini selain Tuhan Yang Maha Kuasa. ”Tugas kita sebagai manusia hanyalah berusaha yang terbaik, mendayagunakan secara maksimal modal yang kita miliki (baca: akal dan hati nurani) untuk menggapai apa yang kita ingin capai untuk kemanfaatan bersama,” ungkap Naren, dalam sebuah tulisannya di Daily Social,  11 Maret 2015 lalu.

Selain atas dasar keyakinan dan keimanan religinya, kemantapan Naren didukung pula oleh keluarga dan  jiwa merah-putihnya. “Apa yang sebetulnya ingin saya capai dalam hidup ini? Apa yang bisa saya lakukan untuk memajukan bangsa Indonesia sesuai dengan pendidikan dan keahlian saya di bidang teknologi informasi? Apa yang dibutuhkan rekan-rekan pengembang (developer) untuk maju?, “ tambah Naren dalam tulisannya tersebut.

Atas dasar hal itulah, akhirnya Naren dengan penuh keyakinan dan kemantapan, mulai berangkat berlayar mengarungi samudra dengan  kapal yang bernama  DICODING, dan ia langsung menjadi Nahkodanya, serta beberapa ABK saja di dalamnya.  Bagi Naren, lebih baik menjadi Nahkoda di kapal sendiri , daripada berada di kapal besar cuma menjadi jadi ABK.

“Sudah saatnya menjadi Nakhoda di kapal sendiri. Mau sampai kapan jadi ABK terus,” ujar Naren penuh keyakinan dalam obrolannya dengan Mobitekno beberapa waktu lalu di bilangan Bintaro.

Melalui kapal yang berbendera merah-putih itulah, Naren membawa para ABK yang merupakan para developer lokal yang memiliki potensial. Menurut Naren, ia menyaksikan sendiri keunggulan potensi yang dimiliki oleh developer di tanah air. Meski jumlah yang betul-betul menggeluti profesi sebagai pengembang software tidak banyak, tetapi mereka ada dan tersebar di berbagai pelosok Indonesia. Mereka memiliki potensi yang begitu besar! Mereka semua tersebar dari ujung barat hingga timur Nusantara.

“Melalui Decoding ini saya ingin berkontribusi lebih banyak lagi untuk mereka. Saya bikin Dicoding sebagai platform buat para developer, supaya bisa menjadi rumah bagi para developer di Indonesia,“ ujar Naren penuh harap. Saat ini menurut Naren, setidaknya sudah ada 12.600 developer yang bergabung dengan Dicoding.

Misi Naren membangun rumah para developer ini adalah untuk membantu para developer agar mereka bisa mempunyai kesempatan sukses yang sama. Pasalnya, menurut Naren para developer tersebut masih terkendala dengan beberapa masalah.  Setidaknya ada 3 masalah utama yang dihadapi mereka, yaitu masalah ide  yang kurang menjual, masalah standar, dan yang masalah Discoverbility. “Saya ingin membantu menyelesaikan masalah tersebut,”ungkap Naren menambahkan.

Untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut, Naren membangun Dicoding Academi. Melalui wadah  tersebut para developer bisa saling belajar dan meningkatkan kemampuan mereka. Dengan demikian, masalah yang berkaitan dengan ide dan standar mereka tersebut bisa teratasi. “Intinya adalah agar ide-ide yang dihasilkan mereka bisa mempunyai standar dan sesuai dengan kebutuhan pasar dan pada akhirnya bisa menghasilkan produk yang bisa dijual,” ungkap pria yang memiliki hobi off road ini.

Tags: , , , , ,


COMMENTS