May 8, 2024

BRIN: Satelit NEO-1 Masuki Fase Penyelesaian Akhir. Siap Diluncurkan Akhir Tahun 2024

Penulis: Iwan RS
BRIN: Satelit NEO-1 Masuki Fase Penyelesaian Akhir. Siap Diluncurkan Akhir Tahun 2024  

Mobitekno – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengumumkan proses pengerjaan konstelasi satelitnya, yaitu Nusantara Earth Observation (NEO) telah memasuki fase penyelesaian akhir dan tidak lama lagi akan segera diluncurkan. Prediksinya, akhir tahun ini atau awal tahun depan.

Apabila resmi diluncurkan, Indonesia akan memiliki konstelasi satelit pengobservasi bumi yang dirancang untuk memantau sumber daya alam dan lingkungan Indonesia. Satelit ini dapat mengambil gambar Bumi dengan resolusi tinggi dan menyediakan data yang dapat digunakan untuk melacak perubahan iklim, memantau deforestasi, dan mengelola sumber daya alam.

BRIN satelit NEO 1 01

Meski tidak sama persis, konstelasi satelit NEO-1 dari BRIN ini dapat diibaratkan seperti Starlink dari SpaceX. Konstelasi satelit Starlink saat ini terdiri dari ribuan satelit yang mengorbit Bumi pada ketinggian rendah untuk menyediakan akses internet broadband ke seluruh dunia.

Berbeda dengan satelit tunggal, seperti satelit Merah Putih, BRIsat, atau Satelit Nusantara Tiga (SATRIA-1), konstelasi satelit yang dikembangkan BRIN ini terdiri dari dua atau lebih satelit serupa yang mengorbit secara berkelompok. BRIN menyatakan bahwa keuntungannya adalah satelit mendapat cakupan yang lebih luas.

Konstelasi satelit NEO-1: 2 satelit resolusi sangat tinggi, 4 satelit resolusi tinggi, dan 2 satelit SAR

Sebagai konstelasi satelit pertama yang dikembangkan BRIN, Nusantara Earth Observation (NEO) terdiri dari dua satelit resolusi sangat tinggi, empat satelit resolusi tinggi, serta dua satelit SAR (Synthetic Aperture Radar). Satelit seri pertama atau NEO-1 yang sedang diselesaikan adalah satelit resolusi tinggi.

NEO-1 merupakan satelit generasi keempat atau dikenal dengan nama A4. Satelit ini akan lebih canggih karena spesifikasi muatannya lebih baik dari satelit-satelit generasi sebelumnya seperti LAPAN-A2 dan LAPAN-A3.

BRIN 01
Kantor pusat BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) di Gedung BJ Habibie, Jl. M.H. Thamrin No. 8, Jakarta Pusat.

Perekayasa Ahli Madya Pusat Riset Teknologi Satelit BRIN, M. Arif Saifudin mengatakan saat ini riset NEO-1 sudah memasuki fase akhir Assembly, Integration, and Test (AIT). Tahun ini Pusat Riset Teknologi Satelit menargetkan penyelesaian akhir serta persiapan peluncuran satelit.

“Rencana peluncurannya antara akhir tahun 2024 atau awal 2025. Satelit diluncurkan pada ketinggian sekitar 500 kilometer dari permukaan bumi dengan orbit Sun Synchronous Polar,” ujarnya saat dihubungi Tim Humas Kawasan di Kawasan Sains Ibnoe Soebroto, Rancabungur, Bogor, Senin (6/5).

Arif menyampaikan, NEO-1 sudah melewati serangkaian pengujian, seperti level subsistem atau komponen meliputi pengujian fungsional, pengujian kinerja, serta sebagian dilakukan pengujian lingkungan. Hal ini dilakukan agar komponen memenuhi persyaratan untuk digunakan di satelit.

Setelah perakitan dan integrasi akhir selesai, lanjut Arif, kemudian dilakukan pengujian level sistem meliputi pengujian fungsional, pengujian vibrasi dan pengujian Electromagnetic Compatibility (EMC). “Satelit siap diluncurkan jika seluruh proses AIT dan pengujian akhir sudah selesai,” paparnya.

NEO-1: Pakai kamera optik line scanner dan kamera termal inframerah untuk obervasi bumi

Chief Engineer NEO-1 ini menjelaskan bahwa misi utama satelit adalah observasi bumi menggunakan kamera optik line scanner dan kamera termal inframerah.

Lebih lanjut Arif menjelaskan, untuk kamera optik, NEO-1 membawa kamera multispektral resolusi tinggi yang sebelumnya tidak ada di LAPAN-A3. Resolusinya 5 meter dengan lebar swath (sapuan) 33 kilometer. Untuk kamera resolusi menengah mempunyai cakupan yang lebih lebar dibandingkan kamera resolusi menengah pada satelit LAPAN-A3, yaitu 16 meter dengan lebar swath 230 kilometer.

“Dengan kamera ini, citra NEO-1 diharapkan bisa mendukung bidang penginderaan jauh. Citranya bisa dimanfaatkan untuk aplikasi pertanian, kehutanan, kelautan, lingkungan, pemetaan, serta aplikasi lainnya yang menggunakan data citra satelit,” ungkap Arif.

Satelit ini juga membawa kamera inframerah milik Hokaido University, Jepang. Data citranya dapat digunakan untuk pengamatan titik api (hotspot) kebakaran hutan, aktivitas vulkanik dari gunung berapi, pengukuran temperatur permukaan, serta riset terkait cuaca.

BRIN satelit NEO 1 02

Konstelasi satelit NEO-1 juga mengemban misi pemantauan maritim dengan membawa muatan Space Based Automatic Identification System (AIS) Receiver. Misi ini memungkinkan untuk mengamati lalu lintas maritim secara global, baik untuk pemantauan umum maupun khusus yang terkait dengan keamanan dan keselamatan transportasi laut.

“Muatan atau payload lainnya yang dibawa NEO-1 yaitu Magnetometer. Misinya melakukan pengukuran medan magnet bumi dengan kemampuan penerima data yang lebih baik. Nantinya, data tersebut bisa digunakan periset untuk misi ilmiah seperti pemantauan gejala atau tanda awal kejadian gempa bumi dengan cara melihat perubahan medan magnet sebelum terjadinya gempa.

Nantinya, data tersebut juga dapat diaplikasikan untuk aktivitas geomagnetik. Misi lainnya yang diemban NEO-1 adalah telekomunikasi low-datarate dari perusahaan startup Indonesia, PT Netra.

Sebagai informasi, satelit konstelasi NEO-1 dikembangkan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sendiri, dengan melibatkan kerjasama dari berbagai pihak, seperti Pusat Teknologi Satelit (PustekSat), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Perguruan tinggi, industri dalam negeri, dan beberapa mitra internasional.

Pembuatan satelit merupakan proses yang kompleks dan membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak dengan keahlian yang berbeda-beda. BRIN, dengan melibatkan berbagai pihak tersebut, menunjukkan komitmennya untuk membangun kemampuan mandiri di bidang teknologi satelit.

 

Tags: , , , , , , , , , ,


COMMENTS