July 1, 2022

Mengorbit Menyelimuti Bumi, Ribuan Satelit Starlink Berpotensi Jadi Ancaman Keamanan di Kawasan Asia

Penulis: Iwan RS
Mengorbit Menyelimuti Bumi, Ribuan Satelit Starlink Berpotensi Jadi Ancaman Keamanan di Kawasan Asia 

Mobitekno – Peranan satelit dapat dipastikan akan semakin signifikan bagi umat manusia di masa mendatang. Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat menyadari pentingnya satelit untuk infrastruktur komunikasi sehingga sejak tahun 1976 sudah menggunakan satelit ‘sendiri’, yakni Palapa A1.

Salah satu orang yang memiliki visi jauh tentang peranan satelit bagi umat manusia adalah Elon Musk yang melalui perusahaan SPaceX makin agresif mengorbitkan armada satelitnya, Starlink mengitari Bumi di luar angkasa.

Saat ini, terhitung sudah ada setidaknya 2400 satelit Starlink yang telah mengorbit di ketinggian (altitude) tertentu (300 – 1200 km) di atas permukaan Bumi untuk menghadirkan layanan Internet di mana saja berada.

Starlink bahkan juga akan mengorbit di atas angkasa Indonesia, setelah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyatakan bahwa satelit milik SpaceX tersebut akan diizinkan, bukan untuk melayani masyarakat umum, tetapi melayani jaringan tetap tertutup yang dikelola PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat).

Meski dianggap banyak membawa manfaat untuk menghubungkan siapa saja yang ada di penjuru dunia, tidak semua negara mengganggap ‘selimut orbit’ Starlink sebagai suatu hal yang positif. Salah satunya adalah Cina yang selama ini sangat berhati-hati dengan segala hal yang berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi yang ditawarkan dari negara luar Cina.

Starlink 01

Dalam sebuah artikel di jurnal Teknologi Pertahanan Modern China, Ren Yuanzhen dari Institut Pelacakan dan Telekomunikasi Beijing menegaskan bahwa Starlink membawa bahaya tersembunyi bukan hanya bagi Cina, tapi juga negara lainnya di kawasan Asia.

Meskipun para peneliti Tiongkok tersebut mengakui kontribusi Starlink untuk mengembangkan internet dan komunikasi, mereka juga menaruh perhatian akan penggunaannya untuk tujuan lain. Saat SpaceX mengajukan paten pada Agustus 2017, cakupannya adalah komunikasi dan transmisi satelit, pencitraan satelit, penginderaan jauh, dan layanan lainnya.

Aplikasinya yang luas ini berarti, selain aplikasi sipil, Starlink juga memiliki potensi besar untuk digunakan dalam bidang militer. Dugaan ini semakin didukung oleh adanya kerjasama militer AS dengan SpaceX dalam mengembangkan dan meluncurkan satelitnya.

Kerjasama ini tentu dapat membawa konsekuensi bagi beberapa bisnis perusahaan milki di Cina. Menurut laporan dari Financial Times (FT), Elon Musk mungkin akan menemui hambatan dalam menyeimbangkan kepentingan bisnisnya di negara adi kuasa AS dan China.

Starlink 03

Salah satu pemicu kekhawatiran lainnya dari Beijing adalah dukungan aktif Musk untuk membantu Ukraina dalam konflik dengan Rusia. Dalam waktu kurang dari dua hari setelah invasi Rusia ke Ukraina, SpaceX langsung mengirimkan paket satelit Starlink untuk memperkuat jaringan internet negara itu.

Di satu sisi, respons cepat Musk ini diapresiasi oleh negara-negara Barat, di sisi lain justru mengundang kecurigaan Cina. Starlink dapat saja dimanfaatkan militer AS untuk memata-matai Cina sekaligus Taiwan yang menjadi masalah sensistif kedua negara.

Musk tentu tidak boleh menganggap sepele kekhawatiran pemerintah Cina terhadap selimut Starlink di ruang angkasa. Ini mengingat Cina adalah salah satu pasar penting bagi kerajaan bisnis Musk. Misalnya saja, seperempat pendapatan Tesla berasal dari Cina.

Tags: , , , , , ,


COMMENTS