February 14, 2019

Red Hat: Walau Banyak Tantangan, Transformasi Digital di 2019 Tetap Jadi Hal Penting

Penulis: Desmal Andi
Red Hat: Walau Banyak Tantangan, Transformasi Digital di 2019 Tetap Jadi Hal Penting  

Mobitekno

Transformasi digital menjadi kata-kata yang sering digaungkan oleh banyak perusahaan dalam beberapa tahun belakangan ini. Model bisnis yang banyak berubah dari tahun ke tahun, membuat perusahaan harus menyesuaikannya. Oleh sebab itu transformasi digital menjadi sebuah hal penting dalam rencana masa depan perusahaan mereka. Hal ini terungkap dari Red Hat Customer Tech Outlook 2019 yang baru diumumkan Red Hat. Survei ini menyoroti masalah otomatisasi, cloud, dan keamanan bagi banyak perusahaan untuk menjalankan bisnis mereka.

Namun, proses transformasi digital ini tidak semulus yang mereka bayangkan. Ternyata ada banyak kendala dalam prosesnya. Banyak perusahaan kesulitan dalam mengembangkan dan mengiplementasikan strategi transformasi digital dalam bisnis yaang mereka jalankan. Bahkan, menurut survei yang dilakukan Red hat Global, 35 persen perusahaan di dunia masih berkutat dengan mencari model bisnis baru dalam proses transformasi digital untuk 12 bulan ke depan.

“Trasformsi digital merupakan kata yang mudah diucap namun ternyata realisasinya sulit dilakukan bagi perusahaan. Dalam prosesnya, banyak perusahaan yang akhirnya menemui kesulitan yang spesifik sehingga proses tersebut tidak semulus yang mereka bayangkan,” ujar Rully Moulany, Country Manager Red Hat Indonesia, saat berdiskusi dengan Mobitekno di kantor Red Hat, awal Februari 2019. “Salah satu yang menjadi tantangan dalam transformasi digital ini adalah regulasi dan talenta yang ada di perusahaan,” lanjut Rully.

Dalamsurvei yang dilakukan Red Hat terhadap 400 responden dari 51 negara di dunia ini, tidaak hanya transformasi digital yang akan banyak ditemukan pada tahun 2019. Virtualisasi juga mengikuti di belakangnya. Hingga akhir tahun 2018, banyak pelanggan Red Hat yang ingin menyediakan virtualisasi bagi pengguna sebagai cloud service. Virtualisasi memang masih mendominasi infrastruktur perusahaan enterprise. Dari hasil survei, Virtualisasi bahkan mencapai angka 51 persen  sebagai teknologi nomer satu yang rencananya akan mereka tawarkan as a service.

“Denga teknologi virtualsasi, pengguna bisa membangun aplikasi besar dengan menaruh banyak aplikasi kecil di dalamnya. Hal ini berbeda dengan zaman dahulu dimana perusahaan harus membangun server hanya untuk mengembangkan sebuah aplikasi,” ujar Rully.

Rully juga menambahkan, walaupun survei dilakukan secara global, masalah dan tren yang akan dihadapi di tahun 2019 ini kondisinya sama dengan di negara Indonesia. Hanya saja, negara-negara maju lebih siap alam menanangkap teknologi baru yang ada sekarang ini.

Dari hasil survei tersebut, terungkap pula bahwa teknologi Container semakin banyak diminati oleh perusahaan. Container dianggap lebih ringan dari virtualisasi. Oleh karena itu, Red Hat memprediksi container akan terus berkembang dan penggunaannya akan meningkat sebesar 89 persen dalam dua tahun ke depan. Kendalanya tetap pada sisi keamanan. Keamanan masih menjadi isu terbesar dalam pengembangan container di perusahaan.

Sementara itu, Red Hat juga menyoroti masalah cloud. Hingga saat ini, ternyata banyak perusahaan lebih memilih hybrid cloud, dimana private cloud dan public cloud dapat berperan penting dalam proses bisnnis mereka. Hybrid Cloud pun akan terus menjadi pilihan dalam beberapa tahun mendatang.

 

Tags: , , ,


COMMENTS