Mobitekno – Satu pekan sejak persetujuan ETF Bitcoin oleh pemerintah Amerika Serikat melalui Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC), Bitcoin terpantau terkoreksi. Padahal tidak sedikit yang mengharapkan persetujuan oleh SEC tersebut akan memberikan sentimen positif pasar terhadap BTC dan aset kripto umumnya.
Melansir Coinmarketcap pada 18 Januari 2023 pukul 08.00 WIB, Bitcoin melemah 8,47 persen dalam sepekan, mendorong Bitcoin berada di level USD 42.654 atau setara Rp 666 juta (asumsi kurs Rp 15.630 per dolar AS).
Tidak ada jawaban pasti mengapa harga Bitcoin belum meningkat secara signifikan, misalnya menembus US$50.000. Pasar cryptocurency tergolong kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga sukar untuk menentukan satu dua penyebab spesifiknya.
Beberapa figur penting di industri ini juga memberikan opininya. Max Keiser yang juga seorang Bitcoin maximalist (pendukung Bitcoin) menyalahkan CEO Vanguard, Mortimer J. Buckley atas penurunan harga, mengklaim keputusannya untuk membatasi klien Vanguard mengakses ETF Bitcoin mengurangi antusiasme dan membatasi potensi tekanan pembelian.
Mike McGlone dari Bloomberg menyoroti tantangan makroekonomi yang lebih luas seperti risiko resesi dan pengetatan kondisi keuangan sebagai faktor utama di balik kesulitan harga Bitcoin.
Sedangkan Barry Silbert, CEO Grup Mata Uang Digital menekankan terbatasnya partisipasi institusional sebagai alasan utama kurangnya lonjakan harga yang signifikan setelah persetujuan ETF.
Imbas kondisi makroekonomi
Merespon kondisi itu, Robby selaku Chief Compliance Officer (CCO) Reku sekaligus Ketua Umum Aspakrindo-ABI mengatakan pihaknya optimis antusiasme investor terhadap aset kripto masih tinggi (pada Webinar ETF Bitcoin, 17/1).
Menurutnya, saat ini investor cenderung masih wait and see terhadap perkembangan ekonomi di Amerika Serikat. Dari sisi makroekonomi, inflasi di Amerika Serikat mengalami kenaikan pada level 3,4 persen, atau lebih tinggi 0,3% dari inflasi Desember 2023 lalu.
Kenaikan ini di atas ekspektasi ekonom di angka 3,1%. Perkembangan yang di luar dugaan tersebut turut meningkatkan kewaspadaan para investor di instrumen berisiko tinggi seperti aset kripto.
“Walau demikian, potensi untuk menghijau masih terbuka. Sehingga baiknya kita memantau kondisi pasar selagi melanjutkan berinvestasi,” ungkap Robby.
Robby melanjutkan, adopsi ETF Bitcoin Spot merupakan game-changer dalam mendorong antusiasme investor. “ETF Bitcoin Spot membuka potensi masuknya investor tradisional ke pasar kripto melalui Bitcoin. Ini dapat mendorong aliran dana yang semakin besar, bukan hanya dari investor ritel, namun juga investor institusi” tambah Robby.
Menyoal regulasi di Indonesia, Robby menjelaskan bahwa di tahun 2024, pihaknya berharap akan ada peningkatan jumlah pengguna yang cukup signifikan.
“ETF Bitcoin Spot dalam transaksi global dapat meningkatkan keyakinan masyarakat terhadap Bitcoin. Hal ini akan semakin membuka pengetahuan dan informasi serta referensi regulasi termasuk di Indonesia. Mudah-mudahan, momentum ini bisa membawa industri kripto di Indonesia ke arah yang lebih positif dan inovatif serta mengurangi stigma negatif terhadap aset kripto,” imbuhnya.
Persetujuan ETF Bitcoin Spot: Bukti Bitcoin diminati investor konvensional
Pada kesempatan yang sama di acara Webinar bertema ETF Bitcoin Spot yang digelar Reku belum lama ini (17/1/2024), Pratiwi Gunawan selaku pegiat Bitcoin dan Content Creator Coinveritas mengatakan hadirnya ETF Bitcoin Spot mencerminkan bahwa Bitcoin diminati oleh investor konvensional dan telah sah secara legalitas.
“Persetujuan SEC semakin mengukuhkan eksistensi Bitcoin sebagai kelas aset investasi baru dalam skala global. Ini merupakan milestone penting bagi Bitcoin,” ungkap Pratiwi.
Meski eksistensi Bitcoin sudah mendapat pengakuan sebagai instrumen investasi baru, Pratiwi menjelaskan saat ini pergerakan harga Bitcoin cenderung belum memuaskan bagi para investor.
“Namun, jika kita melihat blockchain Bitcoin, sebenarnya masih ada optimisme pasar. Oleh karena itu, saat ini merupakan momentum bagi kita untuk berinvestasi Bitcoin dengan harga yang masih terbilang terjangkau sebelum potensi kenaikan di masa mendatang,” ujar Pratiwi.
Senada dengan Pratiwi, Hendry Mualim selaku Analis Bitcoin dan Content Creator KonsultanBTC menjelaskan 2024 ini adalah era baru untuk Bitcoin. Kehadiran perusahaan besar seperti BlackRock dan Fidelity membuat Bitcoin patut dipertimbangkan oleh para investor maupun manajer aset lainnya.
“Momentum ETF Bitcoin Spot turut meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Bitcoin. Sehingga ini diharapkan bisa meningkatkan minat investor pemula untuk memulai berinvestasi kripto. Sementara bagi investor berpengalaman, kondisi yang tengah terkoreksi seperti saat ini dapat dimanfaatkan untuk buy the dip, selagi memantau kondisi pasar kembali menghijau,” kata Hendry.
Tags: Bitcoin, BTC, ETF Bitcoin, prospek Bitcoin, Reku, SEC