
Mobitekno – Bitcoin masih menunjukkan kekuatannya pasca reli yang terjadi dengan bertahan di level harga US$ 94.000 saat ini. Kondisi ini mencerminkan ketahanan aset kripto tersebut meskipun berbagai faktor eksternal mulai memberikan tekanan terhadap pasar. Investor tampaknya masih menaruh kepercayaan tinggi terhadap Bitcoin sebagai aset lindung nilai, terutama di tengah volatilitas global yang terus meningkat.
Ketahanan harga Bitcoin ini terjadi terlepas dari mulai berkembangnya sentimen negatif akibat memburuknya data ekonomi Amerika Serikat, yang menunjukkan perlambatan dalam beberapa sektor kunci. Selain itu, meningkatnya ketegangan geopolitik antara India dan Pakistan turut memperburuk suasana pasar global. Namun, meski kondisi makroekonomi dan geopolitik tidak mendukung, Bitcoin sejauh ini masih mampu mempertahankan momentumnya.
Dalam beberapa hari terakhir, Indeks Manufaktur Dallas Fed jatuh drastis ke level -35,8 dari sebelumnya -16,3. Penurunan ini merupakan yang terburuk sejak masa pandemi COVID-19 mengguncang ekonomi dunia pada 2020. Penurunan tajam tersebut menandakan menurunnya kepercayaan pelaku industri terhadap kondisi ekonomi, di tengah ketidakpastian akibat kebijakan tarif proteksionis Presiden Trump terhadap China. Sinyal perlambatan ekonomi Amerika ini memperbesar kekhawatiran investor global akan masa depan perekonomian dunia.
Tak hanya itu, ketegangan geopolitik antara India dan Pakistan kembali memanas. Pemerintah Pakistan mengklaim bahwa India tengah mempersiapkan serangan militer, menyusul insiden teror berdarah di Kashmir yang menewaskan 26 orang. Ketegangan di perbatasan kedua negara ini menambah beban pada sentimen risiko global yang sudah goyah.
Di tengah bayang-bayang ketidakpastian ini, Bitcoin justru tampil sebagai aset yang menawarkan stabilitas relatif. Fahmi Almuttaqin, analis dari platform investasi digital Reku, menyatakan bahwa ketahanan Bitcoin di tengah tekanan global ini memperkuat persepsi bahwa kripto tersebut mulai dipandang sebagai “safe haven” modern, layaknya emas.
“Jika tren ini terus berlanjut, Bitcoin berpotensi menarik arus modal lebih besar dari investor yang mencari perlindungan dari ketidakpastian global,” ujar Fahmi. Menurutnya, performa Bitcoin yang relatif stabil di saat aset tradisional mengalami tekanan mencerminkan pergeseran cara pandang investor terhadap aset digital.
Namun, tantangan belum usai. Pekan ini akan menjadi momen krusial bagi pasar keuangan, termasuk dunia kripto, dengan dirilisnya sejumlah data ekonomi utama Amerika Serikat. Data inflasi PCE yang dijadwalkan pada 30 April menjadi sorotan utama. Kendati banyak pihak memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga acuan dalam pertemuan 7 Mei mendatang, angka inflasi yang tinggi tetap berpotensi menimbulkan kekhawatiran baru di kalangan investor.
“Jika inflasi naik lebih tinggi dari perkiraan, pasar bisa kembali gelisah. Ini dapat memicu aksi ambil untung yang menekan harga aset berisiko, termasuk kripto,” jelas Fahmi.
Tidak hanya inflasi, laporan tenaga kerja AS yang akan dirilis pada 2 Mei juga dinantikan. Kinerja sektor tenaga kerja menjadi indikator penting bagi The Fed dalam menilai kekuatan ekonomi di tengah dampak kebijakan perdagangan yang belum jelas arahnya. Data ketenagakerjaan yang kuat bisa menjadi sinyal positif bagi pasar, sementara angka yang mengecewakan bisa memperburuk pesimisme.
Penentuan strategi sesuai klasifikasi investor
Melihat kondisi pasar yang tidak pasti ini, para investor disarankan untuk menyusun strategi investasi yang adaptif. Menurut Fahmi, Bitcoin tetap menjadi opsi menarik baik untuk investor pemula maupun berpengalaman. Untuk pemula, strategi investasi bertahap seperti Dollar Cost Averaging (DCA) bisa menjadi pilihan yang efektif.
“Dengan DCA, investor membeli aset secara rutin dalam jumlah tetap tanpa harus mencoba menebak waktu terbaik. Ini bisa membantu mengurangi dampak volatilitas pasar,” katanya.
Di platform Reku, strategi DCA bahkan bisa dijalankan dengan lebih praktis melalui fitur Packs, yang memungkinkan investasi otomatis ke berbagai aset kripto unggulan dalam satu kali transaksi. Fitur ini juga dilengkapi dengan sistem Rebalancing, yang secara otomatis menyesuaikan komposisi investasi berdasarkan kondisi pasar terkini.
Bagi investor dengan toleransi risiko lebih tinggi, diversifikasi portofolio ke altcoin dengan narasi dan potensi pertumbuhan yang kuat juga menjadi opsi menarik. Dengan volatilitas tinggi yang menjadi karakteristik pasar kripto, peluang meraih keuntungan besar pun tetap terbuka bagi mereka yang cermat dan disiplin.
Di tengah kondisi global yang penuh ketidakpastian, Bitcoin tampaknya semakin memperkuat posisinya sebagai alternatif investasi yang layak diperhitungkan. Stabilitas harganya yang terjaga bahkan saat pasar tradisional mengalami tekanan menunjukkan bahwa peran Bitcoin dalam ekosistem keuangan global tidak lagi bisa dipandang sebelah mata. Dengan strategi yang tepat dan wawasan yang memadai, investor memiliki peluang besar untuk tetap bertumbuh di tengah gejolak.
Tags: aset kripto, Bitcoin, BTC, cryptocurrency, DCA, ekonomi, Finansial, Investasi, platform trading kripto, Reku, Strategi, trading