August 14, 2023

Artificial Intelligence Membentuk Masa Depan Indonesia, Pemerintah Siap Terbitkan Perpres

Penulis: Rizki R
Artificial Intelligence Membentuk Masa Depan Indonesia, Pemerintah Siap Terbitkan Perpres  

Mobitekno – Teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan tengah menjadi bahan pembicaraan. Implementasi teknologi tersebut sebenarnya bukan baru terasa satu atau dua tahun belakangan, namun kemampuan AI kian membuat siapapun kagum hingga cemas karena anggapan bakal menggeser peran manusia.

Namun, apakah AI benar-benar ancaman atau peluang bagi Indonesia? Bagaimana pemerintah dan berbagai sektor bisnis memanfaatkan AI untuk meningkatkan kinerja dan layanan mereka? Bagaimana pula startup lokal berinovasi dengan AI untuk menciptakan solusi yang bermanfaat bagi masyarakat?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Medcom.id menggelar acara diskusi panel Tech Talk bertajuk ‘Artificial Intelligence dan Indonesia di Era Digital’ pada Ahad, (13/8). Acara ini digelar bersamaan dengan ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023.

Diskusi panel ini dihadiri oleh Laksana Tri Handoko Kepala Badan Riset dan Inovasi dan Nasional (BRIN), Agus Trisusanto VP Digitaliasi Kelistrikan Divisi Management Digital PLN, Defi Ariyami Head of Business Development Widya Wicara, dan Usman Kansong Dirjen Komunikasi Publik Kemenkominfo.

Pemimpin Redaksi Medcom.id, Indra Maulana, menyampaikan bahwa acara diskusi ini digelar bersamaan dengan Hari Kebangkutan Teknologi Nasional (Hakteknas) yang diperingati setiap tanggal 10 Agustus.

“Kita mendiskusikan sesuatu yang fenomenal dan sangat menarik, sebuah bagian dari transisi zaman yang akan berpengaruh ke depan. Artificial Intelligence dari manfaatnya sudah kita ketahui dan dengar serta rasakan,” ujarnya.

Namun yang harus dicatat, menurut Indra adalah cara beradaptasi atau menyesuaikannya bahkan hingga dampaknya ke depan yang bisa menimbulkan problem, sehingga ini jadi tantangan bagi kita khususnya Indonesia untuk meregulasi perkembangan dan pemanfaatannya.

Hadir sebagai pembicara pertama, Laksana Tri Handoko menjelaskan bahwa negara atau pemerintah sebenarnya sudah sangat menyadari terhadap perkembangan teknologi Artificial Intelligence (AI). Faktanya, pemerintah bahkan sudah merilis Peraturan Presiden tentang Strategi Nasional (Stranas) Percepatan Penyelenggaraan Kecerdasan Artifisial sejak tahun 2020.

Artificial Intelligence_Handoko

“Kami sedang memproses PerPres terkait strategi nasional untuk AI, tapi kami tidak ingin hanya sekadar mengatur,” ungkap Handoko.

Ia menambahkan, “Artificial Intelligence hanya soal satu hal, yaitu bagaimana bisa memanfaatkan big data. Sekarang, kita harus mulai pikirkan bersama komunitas sehingga bisa menemukan model bisnis yang sesuai, dan AI bisa jadi tool penggerak roda ekonomi,” ucapnya.

Handoko pun menekankan bahwa teknologi Artificial Intelligence bukan tujuan akhir melainkan dipandang sebagai alat. AI harus bisa dimanfaatkan untuk membantu atau mempermudah kehidupan manusia termasuk menciptakan nilai tambah di ragam sektor.

Artificial Intelligence

Setali tiga uang, Usman Kansong sepakat dengan BRIN bahwa implementasi AI bukan dibatas tapi harus sambil diawasi lewat kebijakan dan regulasi. Infrastruktur, SDM, dan regulasi adalah aspek pengembangan AI yang saling berkelindan, tidak boleh diabaikan salah satunya.

“Teknologi itu selalu berwajah ganda, membantu menyelesaikan persoalan tapi kadang-kadang juga merepotkan,” ungkap Usman.

Dia mencontohkan AI dan media sosial yang kemudian memicu kericuhan politik misalnya di Amerika Serikat saat masa Donald Trump, demikian juga di Indonesia pada beberapa momen. Akibatnya dua hal tersebut dianggap juga mempermudah produksi hoaks.

“Ada anggapan bahwa teknologi misalnya AI kalau diatur-atur dulu malah menekan kreativitas, justru sekarang baru ramai-ramai diregulasi. Kebijakan ini diterapkan tanpa terlalu khawatir terhadap perkembangan teknologi, karena takutnya nanti menjauh padahal teknologi mempermudah kita,” jelasnya.

Transformasi Bisnis dengan Artificial Intelligence

Salah satu sektor bisnis yang telah merasakan dampak positif dari implementasi teknologi Artificial Intelligence adalah Perusahaan Listrik Negara (PLN). Agus Trisusanto membagikan contoh nyata bagaimana AI membantu PLN dalam meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan mereka.

“Di operasional, teknologi AI bisa membantu kami dalam pekerjaan pembersihan sisa kerak dan debu pembakaran batubara di PLTU. Sebelum AI kegiatan berupa penyemprotan air dilakukan sembarang, ini kan mubazir resource, tidak cuma air, tenaga, dan berbahaya,” terang Agus.

Jadi ada bagian yang kalau terlalu kencang disemprot air malah bisa merusak. Teknologi AI melakukan analisis historical data kegiatan pembersihan (soot blower) sehingga bisa didapatkan parameter yang akurat untuk kegiatan ini.

Artificial Intelligence_Tech Talk

Tidak sampai di situ, belajar dari data historis pasokan daya listrik dan konsumsi, AI bisa memberikan perhitungan berapa besar pasokan yang harus disediakan berdasarkan faktor tertentu.

“Misalnya, suatu periode pasokan listrik dan konsumsinya kurang akurat dengan prediksi manual kami. Saat itu rupanya sedang musim hujan sehingga rumah-rumah jarang menyalakan AC. Data dari Automatic Weather Station berisi prediksi cuaca justru menjadi salah satu data pendukung AI sehingga demand forecast bisa akurat,” papar Agus.

Inovasi Lokal dengan Artificial Intelligence

Di tengah booming kemampuan Artificial Intelligence seperti ChatGPT dan sejenisnya, rupanya startup lokal asal Yogyakarta bernama Widya Wicara juga mampu mengembangkan implementasi kemampuan AI yang sama hebatnya.

Defi Ariyami, Head of Business Development Widya Wicara, menjelaskan bahwa perusahaan yang didirikan pada tahun 2016 ini berfokus pada pengembangan teknologi speech recognition dan natural language processing.

“Kami ingin membantu orang-orang yang kesulitan berkomunikasi dengan bahasa asing atau bahasa daerah. Kami menyediakan layanan transkripsi suara ke teks, terjemahan suara ke suara, dan analisis sentimen dari suara,” ujar Defi.

Salah satu produk unggulan Widya Wicara adalah Widya Voice, sebuah aplikasi yang dapat mengubah suara menjadi teks dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia dan bahasa daerah seperti Jawa, Sunda, Bali, dan Batak.

“Widya Voice bisa digunakan untuk berbagai keperluan, misalnya untuk membuat catatan rapat, laporan kerja, subtitle video, atau sekadar mengobrol dengan teman. Aplikasi ini juga bisa digunakan secara offline tanpa koneksi internet,” tutur Defi.

Defi menambahkan bahwa Widya Wicara juga bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengembangkan solusi berbasis AI yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Misalnya, dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk membuat sistem pengenalan wajah dan suara untuk verifikasi data penduduk.

“Kami juga bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk membuat sistem penilaian otomatis untuk ujian nasional berbasis suara. Sistem ini bisa menilai kemampuan siswa dalam berbicara bahasa asing atau bahasa daerah,” jelas Defi.

Tags: , , , , , , ,


COMMENTS