Mobitekno – Pandemi COVID-19 yang berlangsung kurang lebih dua tahun telah mengakselerasi transformasi digital di berbagai bidang, termasuk industri finansial di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Semakin pesatnya adopsi teknologi di finansial, seperti populernya sistem transaksi digital secara berbarengan membawa dampak negatif lainnya, yaitu peningktan ancaman keamanan digital. Hal ini semakin diperburuk dengan masih rendahnya tingkat literasi digital dan kesadaran masyarakat terhadap keamanan digital.
Tidak mengherankan jika laporan dari WeAreSocial 2022 juga memperlihatkan masih tingginya keraguan berbagai pihak terhadap privasi data dan keamanan siber di Tanah Air. Oleh karena itu, masih diperlukan usaha berkesinambungan dalam peningkatkan inovasi keamanan, edukasi dan kampanye literasi digital.
Andri Purnomo, VP Information Security DANA dalam acara “DANA Tech Talk Talk 2022: Enabling Digital Financial Trust with Advanced Security Technology” secara online belum lama ini (4/3/2022) mengatakan bahwa pesatnya adopsi teknologi digital juga menyebabkan serangan siber yang terjadi kian meningkat.
Disebutkan, berdasarkan laporan Exabytes, sepanjang 2021 saja, tercatat terjadi serangan ke situs-situs internet global setiap 39 detik dan adanya serangan ransomware di dunia maya setiap 11 detik.
“Menurut 2021 Data Breach Investigation Report, Verizon, aspek finansial masih menjadi motif dominan serangan-serangan itu, dengan dua target utama yaitu berkaitan dengan akun bank dan kartu kredit,” ujar Andri.
Menurut Andri, kejahatan di dunia digital diprediksi masih tinggi tahun ini karena semakin terorganisasinya kejahatan dan mudahnya mendapatkan perangkat untuk melakukan serangan siber. Di satu sisi, sistem pertahanan terhadap serangan-serangan tersebut acapkali tertinggal.
Untuk mengantisipasi tren ini, DANA selalu meningkatkan sistem keamanannya. Misalnya dengan menerapkan Security Score Card dari penilai independen untuk mengetahui seberapa baik level keamanan layanannya. DANA mengklaim, mereka telah mencapai peringkat teratas dengan nilai A tahun ini (tahun lalu masih mencapai nilai B).
Terkait perkembangan DANA, Fath Ade Surya, VP Risk Management DANA menyenutk bawa DANA telah digunakan lebih dari 100 juta pengguna, 5.000 online merchants, dengan rata-rata transaksi hingga 7 juta transaksi per hari, yang melibatkan lebih dari 8.500 sistem TI, 200 aplikasi dan 300 application programming interface (API).
Komitmen DANA untuk memberikan rasa aman dan menjaga kerahasiaan transaksi dan data penggunanya ditunjukkan melalui values perusahaan yaitu Trusted, Friendly dan Accessible (TFA). Salah satu pererapannya yaitu melalui konsep Manajemen Risiko terintegrasi yang didukung teknologi Risk Engine.
Sejauh ini DANA sudah menerapkan kebijakan zero data sharing dan teknologi keamanan, mulai dari PIN hingga teknologi verifikasi wajah atau DANA VIZ (Visual Identity Authorization).
Terkait belum diterapkannya teknologi login berbaiss biometrik, seperti pengenalan sidik jari yang belakangan banyak digunakan aplikasi perbankan, menurut Norman Sasono, Chief Technology Officer DANA Indonesia masih ditinjau lebih jauh. Ini mengingat belum berbgai masukan yang selam ini diterima DANA dari pengguna masih relatif puas dengan login menggunakan PIN.
Teguh Aprianto sebagai Cyber Security Researcher & Consultant yang ikut serta dalam DANA Tech Talk juga menyatakan bawah verifikasi untuk login dan pembayaran sudah terlaksana dengan sangat baik di DANA. DANA tidak hanya menggunakan OTP yang dikirimkan melalui SMS, tetapi juga menggunakan PIN dan verifikasi wajah. Cara ini cukup efektif untuk mencegah perampasan akun yang belakangan sering terjadi.
Tags: DANA, DANA e-Wallet, DANA Tech Talk Talk, dompet digital, e-wallet