Mobitekno – Data center telah menjadi elemen kunci dalam ekosistem digital yang terus berkembang. Dalam konteks ini, pembangunan data center atau pusat data generasi baru menjadi semakin kompleks, dan permintaan akan daya komputasi meningkat secara eksponensial.
Hal ini dipicu oleh integrasi teknologi canggih, seperti Artificial Intelligence (kecerdasan buatan), machine learning (pembelajaran mesin), dan teknologi lainnya yang membutuhkan akses cepat dan efisien terhadap data dalam jumlah besar. Namun, di tengah lonjakan ini, data center juga menghadapi berbagai tantangan serius yang melibatkan keamanan, ketersediaan daya, kepatuhan terhadap regulasi, dan dampak lingkungan.
Ancaman serangan siber yang semakin kompleks dan gangguan fisik pada pusat data telah memicu upaya industri untuk meningkatkan keamanan. Kasus seperti gangguan di data center bank di Singapura, ledakan server di Cyber Data Centre di Indonesia pada Desember 2021, serta kebakaran di pusat data di Mahkamah Agung Filipina di Manila pada April 2022, menjadi pengingat akan pentingnya kesiapan dan keandalan pusat data.
Laporan Global Data Center Trends 2023 dari CBRE mengungkapkan bahwa Singapura memiliki kendala daya yang signifikan dengan kapasitas listrik kurang dari 4 Megawatt, tetapi memiliki tingkat kekosongan (vacancy rate) penyewaan data center yang sangat rendah, yaitu di bawah 2%. Ini menjadikan Singapura sebagai penyedia pusat daya yang sangat diminati oleh pelanggan dari seluruh dunia.
Hal tersebut mendorong permintaan untuk memperluas kapasitas data center ke lokasi terdekat seperti Johor di Malaysia dan Indonesia, di mana ruang tersedia lebih luas dan pertimbangan lingkungan lebih mendukung.
Menurut Indonesia Data Centre Market Size & Share Analysis oleh Mordor Intelligence, pertumbuhan ekonomi digital, maraknya start-up, dan peningkatan pengguna internet di Indonesia mendorong pengembangan pusat data hyperscale.
Kapasitas data center di Indonesia diperkirakan akan meningkat dari 514 MW pada tahun 2023 menjadi lebih dari 1.410 MW pada tahun 2029. Data center di seluruh dunia diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor, dan pusat data tier 4 dikenal sebagai yang tertinggi dalam hal kehandalan dan redundansi.
Di Indonesia, segmen tier 3 mendominasi pasar pusat data, tetapi segmen tier 4 diperkirakan akan tumbuh paling cepat dalam lima tahun ke depan, dengan laju pertumbuhan sebesar 25.9% setiap tahunnya.
Pada Data Centre World Asia 2023, CHINT memperkenalkan solusi data center yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan distribusi daya di pusat data hyperscale. Solusi ini mencakup EnergiX-P40, yang merupakan Power Distribution Unit (PDU) dengan sertifikasi IEC-61439, yang memungkinkan penggantian pemutus sirkuit tanpa harus mematikan seluruh PDU. Hal ini sangat penting untuk memastikan ketersediaan daya dan uptime pusat data yang kritis.
Solusi Data Center CHINT
Solusi data center CHINT juga cocok untuk lingkungan di Filipina dan Indonesia yang rentan terhadap bencana alam. EnergiX-P40 dari CHINT telah mendapatkan sertifikasi uji seismik IEC60068, yang berarti dapat tahan terhadap gempa bumi dan angin topan, membantu mengurangi risiko downtime.
Gardu listrik prefabrikasi dari CHINT juga menjadi bagian vital dalam pemenuhan kebutuhan daya pusat data. Gardu-gardu ini dirancang untuk menurunkan tegangan listrik dari jaringan dan menyediakan daya cadangan saat terjadi pemadaman. Mereka dapat dilengkapi dengan sistem baterai lithium dan mudah diintegrasikan dengan sistem proteksi kebakaran di lokasi pusat data.
Er. Lim Say Leong, IEC Ambassador (2018 – 2021) and Technical Director of Asia Pacific, CHINT Global and Sunlight Electrical, menyatakan, “Pembangunan data center memerlukan perencanaan dan rancangan yang cermat. Para insinyur yang mengerjakan proyek ini harus memiliki keahlian untuk mempertimbangkan semua faktor yang terlibat, seperti cara mengoptimalkan desain data center dan memilih bahan yang paling hemat biaya dengan kualitas dan metode konstruksi yang tinggi,”
“Penggunaan gardu listrik prefabrikasi juga dapat secara signifikan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk membangun data center, meningkatkan kualitas konstruksi, dan tentunya lebih hemat biaya dibandingkan metode konstruksi tradisional, terutama untuk data center hyperscale,” ungkap Lim.
Pusat data merupakan infrastruktur vital, dan pembangunan pusat data baru harus mempertimbangkan semua elemen ini sejak tahap perencanaan hingga operasional. Dengan solusi inovatif yang diperkenalkan oleh CHINT, pusat data dapat memenuhi standar tertinggi dalam hal kehandalan, efisiensi, dan ketersediaan daya, sesuai dengan kebutuhan era digital yang semakin kompleks.
Di 10th CHINT International Marketing Forum (CIMF), CHINT berkolaborasi dengan para pemimpin industri untuk membahas tren energi terbarukan dan berkelanjutan. Para ahli memandang dengan optimisme potensi peralihan ke energi yang lebih ramah lingkungan dan rendah karbon.
CHINT terus berkomitmen untuk merespons kebutuhan data center dan mendorong batas-batas pembangunan pusat data di wilayah Asia Pasifik dan seluruh dunia. Dengan pengalaman yang luas dan teknologi inovatif, CHINT berperan penting dalam menghadapi tantangan dan peluang dalam era digital ini.
Tags: CHINT, Data Center, Data Centre World Asia 2023, Pusat Data