Mobitekno – LinkedIn adalah platform media sosial profesional yang bertujuan untuk menjalin hubungan profesional atau mengembangkan karier. Selain pengguna personal, platform ini juga digunakan perusahaan, institusi, dan organisasi sebagai corong untuk menyuarakan aktivitasnya ke berbagai mitranya.
Kisruh politik yang kerap mendistorsi media sosial Facebook dan Twitter tampaknya sudah menjadi perhatian LinkedIn, misalnya dengan langkahnya melarang iklan yang berkaitan dengan unsur politik.
CEO LinkedIn, Ryan Roslansky, dalam suatu wawancara dengan Wall Street Journal kembali mengingatkan pentingnya menjaga LinkedIn dari berbagai konten dan iklan politik bagi penggunanya.
Mengingat LinkedIn berkaitan erat dengan relasi bisnis, pengguna tidak direkomendasikan mempublikasikan opini politiknya demi menjaga hubungan baik dengan klien, kolega, atau rekan lainnya di perusahaan.
Untuk lebih menjaga ketenangan emosi pengguna dari konten politik, Ryan menyinggung fitur baru “No Politics” yang sedang diujicoba LinkedIn.
Apabila diaktifkan, fitur baru pada menu “Feed preferences” ini dapat menyaring berita politik bagi pengguna LinkedIn. Pengguna cukup menonaktifkan tombol/slider “Allow political content” agar selanjutnya dapat terhindar dari berbagai konten politik pada timeline-nya.
Fitur baru diharapkan bisa menjadikan LinkedIn menjadi platform yang lebih fleksibel (tidak kaku) sehingga menarik pengguna dari kalangan generasi Z atau milenial.
Fitur ini juga pernah disinggung oleh jurnalis ZDNet, Mary Jo Foley beberapa bulan lalu. Selain menyediakan tombol untuk memfilter konten politik, LinkedIn juga menyediakan informasi bagaimana platform tersebut mendefinisikan suatu konten masuk kategori konten politik.
Tags: jejaring sosial bisnis, konten politik, linkedin, media sosial profesional