Mobitekno – Transformasi digital menjadi hal esensial bagi banyak perusahaan di Indonesia agar bisa bertahan dalam menghadapi krisis pandemi COVID-19. Sayangnya, tidak semua perusahaan punya kemampuan sama dalam bertransformasi. Salah satu penyebabnya adalah kesenjangan dalam infrastruktur telekomunikasi yang saat ini dialami perusahaan di daerah terpencil atau pedesaan..
Huawei mencoba meanwarkan solusinya dengan memperkenalkan solusi inovatif “The RuralStar” yang menghadirkan konektivitas hingga ke wilayah-wilayah pedesaan di Indonesia. Hal ini disampikan Alex Xing, CTO Huawei Indonesia, pada sesi diskusi panel secara virtual belum lama ini (15/12/2020).
“Penerapan RuralStar bisa menjadi sebuah ‘keajaiban mobilitas’ bagi wilayah-wilayah yang selama ini belum tersentuh dengan konektivitas,” ujar Alex Xing.
Menurut Alex, solusi ini menghadirkan beragam inovasi, misalnya penggunaan teknologi surya sebagai solusi bagi wilayah yang belum tersentuh oleh energi listrik. Solusi cell-site untuk mencukupi kebutuhan energi secara mandiri ini mampu menangkap energi cahaya dan panas yang dipancarkan oleh matahari, terlebih bagi negara-negara yang terletak di sekitar ekuator.
Solusi RuralStar diharapkan dapat mendukung pengembangan jangkauan jaringan seluler nasional menjadi lebih luas karena konsumsi dayanya yang lebih rendah dibandingkan solusi cell-site standar saat ini.
Ditambhakan Alex, konsumsi daya pada komponen base band dan unit radio yang terdapat pada situs pemancar selulernya juga lebih rendah dibandingkan BTS makro standar lainnya, karena suplai energinya berasal dari panel surya, alih-alih generator disel yang mahal. Jadi, biaya energi dan emisi CO2 pun dapat ditekan sedemikian rupa, imbuh Alex.
Saat ini, ada lebih dari 83.218 desa dengan 6.790 di antaranya bahkan belum terjangkau oleh jaringan 2G, 6.212 desa belum terjangkau oleh jaringan 3G, sementara sebanyak 12.548 belum terjangkau oleh jaringan 4G. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menekan angka kesenjangan digital ini, khususnya di wilayah-wilayah yang belum terjangkau, yakni di daerah-daerah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T).
Guna mewujudkan pemerataan jangkauan konektivitas secara umum, pemerintah sendiri menargetkan komitmennya untuk menghadirkan konektivitas hingga di wilayah-wilayah yang belum terjangkau dalam kurun waktu dua tahun ke depan.
Dengan adanya kebutuhan untuk mewujudkan pemerataan konektivitas broadband untuk semua, serta menimbang kendala yang besar apabila menggelar jaringan kabel fiber, juga tingginya keterbatasan akibat adanya koneksi warisan pada akses fixed wireless
“Solusi ini sangat cocok untuk dimanfaatkan di sekolah-sekolah, area-area publik, hingga bagi masyarakat di daerah-daerah terpencil,” ujar Alex.
Pada intinya, penerapan solusi Huawei RuralStar akan mampu memangkas TCO sekaligus menghadirkan konektivitas dengan biaya murah bagi daerah-daerah terpencil.
Saat ini, proyek “RuralStar” telah diteraapkan secara komersial di lebih dari 110 jaringan di lebih dari 50 negara dan menjangkau setidaknya 50 juta penduduk dunia, utamanya masyarakat di wilayah terpencil. RuralStar dipili karena implementasinya di lapangan yang relatif simpel, termasuk instalasi yang mudah, desain hemat energi, dan didukung teknologi baterai yang canggih.
Tags: Huawei, kesenjangan digital, kesenjangan konektivitas, mobile broadband ekonomis, RuralStar