MOBITEKNO – Trend Micro belum lama ini telah merilis laporan terbarunya terkait dengan prediksi keamanan data di tahun 2017. Bertajuk "The Next Tier – 8 Security Predictions for 2017", laporan Trend Micro tersebut memperkirakan bahwa di tahun 2017 ini akan ramai dengan meningkatnya serangan-serangan yang semakin dalam dan meluas.
Tak hanya itu, Trend Micro juga memperkirakan serangan keamanan yang dilakukan semakin beragam terkait dengan taktik yang digunakan oleh penjahat cyber. Tak hanya ingin mereguk banyak keuntungan, penjahat cyber tersebut juga bertujuan untuk mengkapitalisasi setiap peluang atas pesatnya perkembangan teknologi saat ini.
"Tahun 2017, industri keamanan cyber akan memasuki babak dan teritori baru setelah di tahun lalu kita menyaksikan bahwa perpetaan ancaman telah membukakan pintu lebar-lebar bagi para pelaku cybercrime untuk lebih gencar dalam melakukan eksplorasi serangan dan celah-celah serangan baru secara lebih luas lagi," tutur Raimund Genes, Chief Technology Officer for Trend Micro.
Ditambahkan oleh Raimund Genes, bahwa kedepannya General Data Protection Regulation (GDPR) akan menjadi pendorong dilakukannya beberapa perubahan di tingkat manajemen data secara besar-besaran dan ekstensif oleh perusahaan-perusahaan di seluruh dunia. Namun di sisi lain, kebijakan tersebut diperkirakan juga akan mendorong diciptakannya metode-metode baru serangan yang lebih menantang.
Jika melihat ke belakang, di tahun 2016 vulnerability merebak dengan gencar. Setidaknya 50 celah vulnerability terungkap pada perangkat besutan Apple, belum lagi 135 bug di Adobe serta 76 kasus yang membawa dampak serius bagi Microsoft. Tampaknya perubahan besar dalam menciptakan exploit-exploit baru untuk menargetkan software-software yang rentan diramalkan akan makin ramai di tahun ini.
Di tahun 2017, Internet of Things (IoT) dan Industrial Internet of Things (IIoT) diramalkan akan memiliki porsi yang cukup besar mengundang atas munculnya serangan-serangan yang ditargetkan. Semua serangan tersebut diyakini akan ikut mereguk keuntungan dan mengkapitalisasi sejumlah perangkat yang saling terkoneksi yang kini banyak digunakan.
Laporan Trend Micro tersebut juga memaparkan bahwa meningkatnya penggunaan perangkat mobile untuk memonitor sistem kendali di manufaktur dan di lingkungan industri juga turut menjadi pendorong makin gencarnya penjahat mengulik setiap celah vulnerability pada sistem dan teknologi baru tersebut agar bisa menerobos masuk.
Sejumlah kasus, seperti Business Email Compromise (BEC) dan Business Process Compromise (BPC) diramalkan juga akan makin tinggi karena jenis ancaman seperti ini dinilai oleh para penjahat siber sebagai bentuk pemerasan yang lebih murah dan mudah dilakukan, dengah hasil yang terbilang cukup besar.
Alternatif lain adalah serangan peretasan langsung ke sistem transaksi finansial sebuah perusahaan. Meskipun hal ini membutuhkan upaya lebih dari para penjahat cyber, namun hasilnya terbilang besar pula secara finansial. Bak durian runtuh, hasilnya diperkirakan paling tidak bisa mencapai sekitar US$ 81 juta.
Hal senada juga ditegaskan oleh Ed Cabrera, Chief Cybersecurity Officer for Trend Micro. Ia menegaskan bahwa Trend Micro akan terus melihat terjadinya evolusi dalam tindak kejahatan cyber di tengah makin gencarnya perubahan yang terjadi di perpetaan teknologi saat ini.
"Seiring terlihat makin gencarnya ransomware di tahun 2016 lalu, pertumbuhan ini diperkirakan tidak akan berlanjut lama. Oleh karenanya, diperkirakan banyak penjahat dan otak pelaku serangan cyber akan semakin getol mencari cara-cara dan teknik-teknik serangan baru memanfaatkan famili malware yang ada," pungkas Ed Cabrera.
Tags: Ancaman Keamanan, Cyber, Cybercrime, keamanan data, Security, Trend Micro