January 21, 2016

Brave: Browser yang Berkompromi dengan Pembaca, Penerbit, dan Pemasang Iklan

Penulis: Iwan Ramos Siallagan
Brave: Browser yang Berkompromi dengan Pembaca, Penerbit, dan Pemasang Iklan 

MOBITEKNO – Pengguna yang mengakses konten (content) di website tentu ingin aksesnya ‘bebas hambatan’ dari gangguan’ beragam iklan digital dalam berbagai format. Namun, berhubung kontennya gratis, si pengguna atau pembaca itu harus rela disajikan dengan ‘taburan’ iklan di website tersebut.

Kehadiran iklan digital di website sukar dihindari mengingat pengelola website, misalnya pembuat konten atau penerbit, butuh sumber pendapatan (revenue) agar roda bisnisnya bisa terus berjalan.

Sebenarnya ada metode lainnya, yaitu dengan menerapkan akses konten berbayar, tapi fakta selama ini menunjukkan metode tersebut kurang diminati pengunjung, terutama pada website-website yang menyediakan informasi.

Tren pengguna browser yang mulai mengaktifkan dungsi pemblokir iklan (ad-blocker), seperti pada browser Mozilla, juga sedikit membuat cemas para pembuat konten atau penerbit karena bisa menghambat aliran keuntungan yang diterimanya dari pemasang iklan digital.

Menurut survei PageFair, aksi Ad-blocking sepanjang tahun 2015 telah membebani atau mungkin bisa dikatakan merugikan pihak penerbit (publisher) sebesar US$ 22 miliar. Masih menurut PageFair, ad-block aktif saat ini bahkan telah dipakai oleh hampir 200 juta pengguna.

Penerbit pun bisa saja akhirnya mengambil langkah drastis dan kurang simpatik dengan memblokir konten bagi pengguna browser yang fungsi ad-blocker-nya aktif. Perbedaan kepentingan ini bisa saja akhirnya menjurus ke aksi-reaksi yang tidak berujung dan ‘kurang sehat’ dari masing-masing pihak (pengunjung website, pengelola website, dan pemasang iklan).

Melihat fenomena ini, Brendan Eich, kreator JavaScript dan mantan CEO Mozilla, mencoba menawarkan pendekatan baru antara pihak pembaca, penerbit, dan tentu saja pemasang iklan. Melalui startup-nya, Brave Software, Eich membuat sebuah web browser baru, bernama Brave, yang meski masih memblokir iklan (khususnya yang memperlambat sistem dan memakai data personal), masih bisa memberikan aliran pendapatan bagi penerbit atau pembuat konten.

Browser ini menerapkan filter iklan cerdas yang mengatur agar iklan agar tidak tampil seenaknya dan menganggu experience pengguna saat mengakses website. Iklan berukuran besar, menghambat sistem akan diblokir, termasuk membersihkan script yang melacak dan menganalis pengguna.

Intinya, Brave dirancang untuk menjaga privasi penggunanya, memperlancar akses web, tanpa harus ‘mengebiri’ aliran pendapatan bagi penerbit atau pembuat konten. Seefektif apa mekanisme browser Brave memilah beragama iklan sehingga bisa memuaskan semua pihak masih perlu diikuti nanti.

Pasalnya, ada satu hal unik dari browser ini. Brave juga ‘membayar’ pengunanya. Pendapatan iklan akan dibagi antara pengguna dan penerbit, sehingga website mash tetap bisa mendapat profit tersendiri.

Pengguna bisa memakai ‘bayarannya’ untuk memilih website yang ingin diakses tanpa iklan (ad-free). Pembayaran ini pula yang dipakai sebagai kompensasi ke pihak pembuat website yang iklannya tidak tampil di hadapan pengguna browser.

Eksosistem yang ditawarkan Brave ini mungkin masih mengundang sejumlah pertanyaan, misalnya sejauh mana pihak penerbit atau pengiklan menerima mekanisme tersebut. Yang pasti Eich optimis jika semua pihak masih diuntungkan, Brave tentu akan diterima dengan tangan terbuka oleh siapa saja.

 

Tags: , , , , , ,


COMMENTS