Mobitekno – Pemerintah Amerika Serikat (AS) kembali menerapkan pembatasan ekspor teknologi chip ke Cina kepada dua perusahaan desainer semikonduktor papan atas Nvidia dan AMD. Larangan yang berlaku untuk chip graphics high-end dan akselerator AI diberlakukan sebagai upaya untuk mengekang kemajuan teknologi negara adidaya Asia tersebut, termasuk di bidang militer.
Berdasarkan laporan Nikkei Asia, ada dua chip komputasi AI premium dan satu sistem komputasi AI yang terkena larangan baru dari pemerintah AS. Nvidia mengatakan akan mencoba meresponsnya dengan mencari lisensi kontrol ekspor dan berdiskusi dengan pelanggan mereka di China terkait larangan ini.
Menurut juru bicara Nvidia, produk yang terkena dampak persyaratan lisensi baru ini adalah GPU Tensor A100 dan H100 dan sistem DGX yang menyertakan kedua GPU tersebut. Apabila pemesan di Cina beralih ke produk lain karena aturan baru ini, Nvidia berpotensi kehilangan pendapatan hingga US$ 400 juta pada kuartal ini.
Desainer chip lain, AMD juga menyatakan bahwa pengiriman GPU kelas atasnya ke Cina akan ditangguhkan. AMD mengkonfirmasi kepada Nikkei Asia bahwa mereka telah menerima pemberitahuan tentang persyaratan lisensi baru dari Departemen Perdagangan AS yang mencegah pengiriman chip MI250 ke dua negara yang sedang berkonflik dengan AS, yakni Cina dan Rusia. Sebagai informasi, MI250 merupakan chip/IC akselerator AI untuk diterapkan pada HPC.
Seorang pejabat dari Departemen Perdagangan AS yang dihubungi Nikkei belum dapat mengomentari perubahan kebijakan terbaru ini secara spesfik. Secara diplomatis mereka menyatakan melakukan pendekatan komprehensif untuk menerapkan tindakan tambahan yang diperlukan untuk melindungi keamanan nasional AS dan kepentingan kebijakan luar negeri serta mencegah penerapan teknologi canggih AS dalam aplikasi militer Cina.
Regulasi tambahan terkait larangan ekspor teknologi chip ke Cina menandai babak baru konflik perdangan di atara kedua negara. Pada bulan Agustus lalu, AS membatasi ekspor perangkat lunak desain chip canggih untuk menghabat upaya China dalam melakukan manufaktur chip mutakhir (3nm) secara lokal.
CEO dari dua pembuat peralatan semikonduktor AS terkemuka, Lam Research dan KLA, juga telah mengkonfirmasi hal tersebut dengan menyatakan bahwa pemeriintahg AS telah membatasi pengiriman mesin yang dapat digunakan untuk membuat chip yang lebih canggih dari chip 14 nm yang selama ini dibuat Cina.
Saat ini, pabrik semikonduktor papan atas dunia, Intel, TSMC, dan Samsung sedang berlomba untuk membuat chip berbasis 3 nm menggunakan teknologi chip terbaru. Chip yang berukuran nanometer lebih kecil dibutuhkan unutk berbagai industri ke depan karena selain dirancang lebih bertenaga sekaligus juga lebih efisien.
Pihak militer Cina (PLA) dianggap masih sangat bergantung pada teknologi AS, dan pasokan produksi chip dari pabrik di Taiwan dan Korea Selatan, khususnya untuk fasilitas chip AI-nya. Sedtidaknya menurut laporan penelitian dari Pusat Keamanan dan Teknologi Berkembang Universitas Georgetown yang menganalisis ribuan catatan pembelian yang dilakukan selama ini untuk militer Cina.
Dari 97 chip AI individu yang diidentifikasi dalam catatan tersebut, hampir semuanya dirancang oleh Nvidia, Xilinx (sekarang di bawah AMD), Intel atau Microsemi. Hal ini diperkuat juga oleh laporan belum ditemukannya catatan publik terkait pesanan dari militer Cina atau perusahaan pertahanan milik negara untuk membeli chip AI yang dirancang oleh perusahaan lokal, sperti HiSilicon (Huawei), Sugon, Sunway, Hygon, atau Phytium.
Tags: AI chip, AMD, Amerika Serikat, chip, Cina, Militer, NVIDIA, perang dagang, teknologi chip