Mobitekno – Serangan siber di tahun 2020 kemungkinan akan menggunakan teknologi AI, yang membuat serangan akan lebih bisa terfokus pada sasaran utamanya. Pernyataan itu diungkapkan oleh Hendra Lesmana, CEO NTT Ltd. untuk Indonesia, dalam paparannya tentang Tren Teknologi Gangguan Masa Depan untuk 2020, di acara media Briefing Nippon Telegraph and Telephone (NTT) Ltd, Senin (13/1).
Hendra mengungkapkan bahwa NTT Ltd. telah mengumumkan prediksi tren teknologi Gangguan Masa Depan: 2020. Prediksi ini didasarkan pada tren teknologi paling kritis yang perlu diwaspadai perusahaan tahun depan dan langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengatasinya. Disusun dari wawasan yang dimililki deretan pakar teknologi, laporan ini akan membentuk lanskap teknologi bisnis sepanjang 2020 di enam bidang utama: Teknologi Pengganggu, Keamanan Siber, Ruang Kerja yang Cerdas, Infrastruktur, Bisnis, and Layanan Teknologi.
Prediksi ini pun sudah dikompilasi oleh ahli-ahli NTT, yang berhasil mengidentifikasi tren untuk dua
belas bulan ke depan, akan seperti apa gangguan teknologi yang akan kita hadapi di masa depan – dan
langkah bisnis apa yang harus diambil supaya perusahaan bisa mendapatkan keuntungan di tahun 2020.
Dalam laporannya, NTT telah memprediksi beberapa kemungkinan gangguan yang akan timbul di masa
depan. Inilah beberapa gangguan teknologi yang sudah diprediksi NTT:
1. Kembaran digital: dengan data yang cukup kita bisa membuat model tentang kebiasan dan memahami pola – misalkan data kembar mengenai pola diet – dengan data ini kita bisa mendapatkan kesimpulan yang lebih akurat (sehingga kita bisa menyiapkan waktu sebelum
terjadi insiden kesehatan yang tidak kita inginkan), lebih cepat, dengan memakan biaya penelitian yang lebih murah.
2. Menciptakan rasa percaya melalui interaksi digital: AI sekarang semakin berevolusi, kita bisa beralih dari sekadar transaksi secara umum menjadi lebih akrab dengan pelanggan kita, sehingga bisa mengaplikasi
peraturan yang lebih manusiawi dan bisa menjaga kepercayaan pelanggan.
3. Larut ke lingkungan ‘phygital’ yang responsif, ketika dunia fisik bergabung dengan digital membuang semua batasan fisik – ruang rapat, kantor, toko, kotak VIP di stadion – dan bertransformasi menjadi lingkungan virtual yang bisa menciptakan pengalaman baru dengan berbagai macam tingkatan pengalaman.
4. Bangunan cerdas yang menggunakan IoT untuk lingkungan yang lebih nyaman – yang mampu melakukan otomatisasi suhu sesuai jumlah orang yang ada di dalamnya atau pencahayaan yang secukupnya pada siang hari – hal ini akan senantiasa berkelanjutan
5. ‘Dompet Data’, menempatkan data pada orang yang akan bertanggung jawab penuh untuk mengamankan data anda. Tidak akan ada yang bisa mengakses data tersebut tanpa izin, apabila sang pemilik data berada dalam ancaman, data otomatis akan terkunci.
Lebih jauh Hendra menekankan bahwa dalam prediksi tren teknologi Gangguan Masa Depan untuk 2020 tersebut hal yang harus diwaspadai adalah tentang keamanan siber. Hendra menekankan bahwa dengan adanya teknologi AI dan mesin learning, maka para penjahat siber pun juga akan menggunakan teknologi tersebut dalam melakukan serangannnya.
Dengan demikian para penjahat siber akan lebih fokus dan mudah membobol pertahanan para korbannya. Pasalnya, menurut Hendra para penjahat siber akan terlebih dahulu mempelajari prilalu dan pola-pola
para calon korbannya, sehingga lebih mudah menemukan celah-celah kelemahan korban dan akan
lebih fokus dalam menyerang sasaran utamnya.
“Para penyerang menggunakan metode-metode yang seakan-akan valid, untuk menjebak korbannya,” jelas Hendra.
Selanjutnya, menurut Hendra, setelah celah itu terbuka, maka penjahat akan lebih jauh lagi menyerang ke bagian-bagian vital lainnya. Untuk mencegah hal itu, kita hendaknya, selalu mengkroscek email-email yang masuk ‘ yang seolah-oleh dari mitra ‘(pishing email)’ yang merupakan jebakan dari para penjahat siber tersebut. Untuk hal itu, teknologi AI juga bisa digunakan untuk membantu menghadapi serangan para penjahat siber, seperti malware atau ransomware dan sebagainya.
Tags: Gangguan Masa Depan, Nippon Telegraph and Telephone, NTT, Ransomware, serangan siber, Serangan siber menggunakan AI