March 9, 2020

Survei F5 SOAS 2020 APAC Ungkap Security Masih Menjadi Tantangan Terbesar dalam Transformasi Digital

Penulis: Desmal Andi
Survei F5 SOAS 2020 APAC Ungkap Security Masih Menjadi Tantangan Terbesar dalam Transformasi Digital  

Mobitekno – Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi selalu dibutuhkan untuk berkembangnya sebuah bisnis. Di era modern seperti saat ini, transformasi digital sangat diperlukan bagi setiap perusahaan agar mereka bisa terus eksis di tengah persaingan. Transformasi digital sendiri saat ini pengaruhnya tidak hanya dirasakan bagi perusahaan, tetapi juga oleh banyak orang. Salah satu contohnya adalah di dunia transportasi. Orang-orang yang hidup di era digital begitu dimudahkan dalam mendapatkan akses transportasi hanya dari sebuah aplikasi, tidak harus mencegat di pinggir jalan.

F5 Networks selaku penyedia service yang berada antara user dan aplikasi turut memperhatikan keadaan ini. Oleh sebab itu, melalui sebuah survei yang dilakukan F5 Networks setiap tahunnya, banyak diketahui informasi-informasi penting mengenai penerapan transformasi digital. Beberapa hari lalu F5 Networks bahkan mengeluarkan laporan terbaru mengenai survei State of Aplication Services (SOAS) 2020 untuk kawasan Asia Pacific. Laporan ini mencatat ada lima kunci penting perkembangan transformasi digital pada banyak perusahaan di kawasan APAC, termasuk juga tantangan dan masalahnya.

“Ini sudah tahun keenam kami melakukan SOAS Report. SOAS Report selalu diadakan setiap tahun. Untuk kali ini, kami menyoroti transformasi digital yang mampu mengubahTI secara keseluruhan. Transformasi digital sendiri sudah masuk ke kehidupan kita sehari-hari membantu kemudahan dalam banyak hal,” kata Andre Iswanto,  Senior Manager, System Engineering F5 Networks Indonesia.

Masih menurut Andre, ada tiga hal mengapa saat ini transformasi begitu dibutuhkan oleh banyak orang. Pertama adalah kemudahan. Orang ingin kemudahan dari satu layanan ke layanan lainnya. Jadi, jika layanan pertama kurang memuaskan, mereka bisa beralih ke layanan berikutnya. Kedua adalah agility. Jadi, kalau ada tuntutan bisnis atau market yang cepat. Orang juga bisa menyesuaikan dengan cepat. Alasan yang ketiga berhubungan dengan ROI. Banyak orang ingin mendapatkan pengembalian investasi dengan cepat.

Andre Iswanto
Andre Iswanto menjelaskan SOAS Report 2020

Hasil Survei SOAS 2020

Dari laporan SOAS 2020 yang baru dikeluarkan awal Maret 2020, ada lima temuan utama menyangkut transformasi digital. Temuan yang didapat ini bisa menggambarkan bahwa kawasan APAC setara dengan belahan dunia lainnya dalam hal transformasi digital. Responden tidak hany memberikan informasi mengenai teknologi-teknologi baru dalam transformasi digital, tetapi juga tantangannya.

Adapun lima temuan penting tersebut adalah:

1. Sebanyak 82 persen perusahaan di APAC telah mengeksekusi tranformasi digital. Perusahaan yang masih mau bersaing mau tidak mau harus melakukan transformasi digital ini. Dari 82 persen tersebut, 47 persen diantaranya ternyata sudah melakukan transformasi digital sejak awal. Menurut F5 Networks, startup jauh lebih cepat mengadopsi transformasi digital karena mereka menjalankan bisnisnya dari nol. Sementara untuk perusahaan yang sudah besar, ada banyak hal sehingga membutuhkan lebih banyak waktu untuk transformasi digital secara keseluruhan.

2. Sebanyak 86 persen perusahaan di APAC (Global 87 persen) sudah menerapkan multi-coud. Rata-rata dari mereka menggunakan lebih dari dua teknologi cloud. Hal ini karena mereka ingin mendapatkan keuntungan dari karakteristik setiap teknolog cloud. Alasan lainnya adalah backup. Dari sini juga terlihat bahwa masalah keamanan (security) masih menjadi tantangan terbesar untuk transformasi digital. Banyak perusahaan yang mulai mengadopsi cloud. Dengan demikian mereka juga harus mengadopsi teknologi baru.

3. Sebanyak 71 persen perusahaan di APAC (Global 73 persen) melakukan otomation untuk meningkatkan efisiensi. Namun, tidak hanya efisiensi saja mereka melakukan otomation. Solusi keterbatasan tenaga TI juga menjadi salah satu faktor adanya otomation. Dan alasan terakhir adalah mengurangi human error.

4. Sebanyak 68 persen perusahaan di APAC (Global 69 persen) menggunakan 10 atau lebih layanan aplikasi. Dengan makin matang dan meningkatnya kemampuan arsitektur aplikasi cloud-native baru, sebagian besar perusahaan menggunakan layanan aplikasi terkait seperti ingress control dan service discovery baik di lingkungan data center internal maupun di public cloud.

5. Sebanyak 63 persen perusahaan masih menempatkan tanggung jawab utama layanan aplikasi kepada operasional TI. Akan tetapi, lebih dari setengah yang disurvei juga beralih ke tim yang terinspirasi DevOps.

Di kesempatan yang sama, Andre yang menyinggung Security menjadi tantangan terbesar (sesuai SOAS Report) menjelaskan semakin majunya teknologi keamanan yang ada saat ini. Menurut Andre, kasus penyerangan (attack) yang ada saat ini berbeda dengan dahulu. Jika dahulu sisi infrastruktur yang banyak diserang, kini adalah sisi user dan aplikasi. Teknologi keamanan memang ada banyak. Akan tetapi kejadian penyerangan juga masih kerap terdengar. Menurut F5 Networks, hal ini terjadi karena dua hal, yaitu:

  1. Compromized User identity. Di sini, username dan password yang menjadi incaran penyerang. Rata-rata penyerang akan bersikap seolah-olah menjadi pemilik password untuk menggerakkan aksi kejahatannya.
  2. Celah-celah keamanan yang tidak dijaga di sisi aplikasi. Perusahaan ingin TI nya cepat menghadapi tuntutan bisnis. Namun, di sisi lain, hal ini malah mengundang masalah lain, yaitu keamanan aplikasinya sendiri.

“Untuk urusan keamanan ini, ada tiga hal penting yang harus diperhatikan agar terhindar dari ancaman, Yang pertama people (orangnya sendiri), proses (menghindari ancaman seperti dengan melakukan login dan logout secara rutin), dan terakhir adalah teknologi. Perusahaan harus mengadopsi beberapa teknologi untuk mengatasi masalah keamanan ini,” tutup Andre.

Tags: , ,


COMMENTS