MOBITEKNO – Bukan rahasia lagi jika para produsen besar smartphone berusaha mengurangi ketergantungannya pada Qualcomm sebagai pemasok utama prosesor atau SoC (System-on-a-Chip). Meskipun sudah diakui keunggulannya dibandingkan chip rival lainnya, perlu diakui jika chip Qualcomm Snapdragon bukan prosesor mobile yang murah.
Selain merupakan salah satu komponen terpenting dalam menentukan baik tidak performanya smartphone, prosesor atau SoC juga sangat signifikan dalam penentuan biaya total produk. Berdasarkan total biaya atau BOM (Bill of Materials) suatu produk smartphone, di samping modul layar, komponen SoC menjadi komponen paling tinggi ongkosnya.
Sebagai gambaran, prosesor Snapdragon (Qualcomm MSM8996 Snapdragon 821) yang terdapat pada smartphone Google Pixel XL 32 GB berkontribusi pada ongkos sekitar US$ 50. Chip Snapdragon 821ini menjadi komponen termahal kedua setelah modul Display/Touchscreen seharga US$ 58 (berdasarkan data dari IHS Markit).
Coba bandingkan dengan ongkos yang harus dikeluarkan Huawei dengan prosesor Kirin 955 untuk smartphone P9. Berdasarkan data dari IHS Markit, dengan prosesor desain sendiri, Huawei bisa menekan harga prosesornya menjadi 'hanya' sebesar US$ 27 atau hampir dua kali lipat lebih rendah dari Snapdragon 821.
Jadi, bisa dipahami jika Xiaomi yang selalu ingin menekan biaya produksi sesuai strateginya 'high-volume low-margin' akhirnya juga tergoda membuat prosesor sendiri, seperti produsne smartphone besar lainnya. Sebut saja mulai dari Huawei dengan prosesor Kirin, Samsung dengan prosesor Exynos, atau Apple dengan prosesor Fusion A series-nya.
Produsen smartphone yang baru kembali hadir di pasar Indonesai dengan smartphone 4G Redmi 4A ini dikabarkan sedang mengembangkan prosesor desain sendiri untuk beberapa lini smartphone-nya mendatang.
Menurut Wall Street Journal, Xiaomi dikabarkan sedang aktif mengembangkan prosesor 'Pinecone' yang rencananya akan diumumkan beberapa bulan mendatang. Sayangnya, hingga kini belum dapat diketahui pasti peruntukan prosesor tersebut (jika benar diluncurkan) nanti.
Dari kabar yang beredar, diketahui Xiaomi berencana menyematkan prosesor Pinecone untuk Mi 5c, tapi tidak tertutup kemungkinan prosesor Pinecone seri lainnya juga akan menyusul untuk seri Redmi yang lebih terjangkau.
Xiaomi terjun di dunia industri prosesor sejak 2014, saat perusahaan di bawah naungannya, Beijing Pinecone Electronics, mengambilalih teknologi mobile processor dari Leadcore Technology Ltd (bagian dari Datang Telecom Technology and Industry Group) senilai 103 juta Yuan (hampir Rp 200 miliar).
Apabila Xiaomi lebih mandiri dalam pasokan komponen utama smartphone, seperti prosesor, berarti tidak lama lagi mungkin sebagian besar smartphone mereka juga tidak lagi mengandalkan prosesor Qualcomm, seperti yang dilakukan Huawei belakangan ini. Lampu kuning buat Qualcomm?
Tags: Chipset, Pinecore, prosesor smarthone, Qualcomm, Snapdragon, SoC, Xiaomi