[section_title title=”Penetrasi dan Adopsi Open Source di Indonesia”]
Perusahaan berbasis teknologi, khususnya open source, sudah berhasil memberikan pengaruh besar dalam skala global di berbagai sektor industri beberapa tahun belakangan ini. Sebut saja perusahaan Amazon dan Alibaba di industri retailer, Uber dan Grab Taxi di industri transportasi, hingga Airbnb yang berkompetisi langsung dengan jaringan perhotelan.
Semua perusahaan ini punya satu kesamaan yaitu mengandalkan teknologi open source untuk infrastruktur TI di perusahaannya. Meski banyak perusahaan internasional/global sudah banyak yang mengadopsi open source, masih banyak perusaahan di Indonesia yang belum ‘akrab’ dengan dunia open source.
“Mereka belum memahami sepenuhnya mengapa open source bisa menghadirkan (produk/solusi) yang lebih stabil, aman, baik performanya, dan murah. Banyak dari mereka (perusahaan lokal) dudah lama bergantung dengan solusi dari vendor teknologi proprietary yang tidak murah”, ucap Damien.
Menurutnya, level adopsi open source di Indonesia sudah menunjukkan indikasi bertumbuh. Namun, adopsi lebih rendah masih terjadi di sektor enterprise. Meski demikian, perusahaan Indonesia, khususnya sektor enterprise punya peluang besar untuk beralih dari solusi teknologi proprietary yang tidak murah ke solusi open source yang jauh lebih ekonomis.
“Perusahaan di Indonesia bisa melakukan lompat besar dalam mengadopsi open source dan open innovation. Ini peluang bagi perusahaan lokal agar kelak lebih kompetitif (karena biaya development model yang lebih murah) dan inovatif dibandingkan menggunakan teknologi proprietary” papar Damien yang juga meminta dukungan media dalam sosialisasi open source di Indonesia.
Tags: ASEAN, Enterprise, open source, Red Hat, Red Hat Indonesia, Rully Moulany, software open source