December 28, 2016

Open Source Ibarat Air yang Mengalir di Sungai

Penulis: Iwan Ramos Siallagan

[section_title title=”Simbiosis Mutualisme Red Hat dan Komunitas Open Source”]

Setelah sukses menembus rekor pendapatan tahunan US$ 1 miliar pada empat tahun lalu, Red Hat kembali mencatat sejarah tersendiri di dunia open source dengan berhasil menepati janjinya menjadi perusahaan open source pertama meraih pendatan tahunan US$ 2 miliar di tahun 2016 ini.

Meskipun jumlah ini terlihat kecil dibandingkan pendapatan tahunan raksasa TI lainnya, Microsoft (US$ 90 miliar per tahun), mungkin tidak ada perusahaan TI selain Red Hat yang benar-benar bisa ‘mengkestrak’ keunggulan software open source untuk diaplikasikan bagi perusahaan di lingkungan enterprise.

Metode pengembangan produk software/solusi yang dilakukan dengan ‘mengambil’, ‘menyempurnakan’, dan ‘berkontribusi’ dari/ke dunia open source, terbukti bisa diandalan Red Hat dalam kiprahnya sebagai perusahaan software kelas dunia selama lebih dari dua dekade. Keberhasilan ini juga ditunjang oleh model bisnis berlangganannya (subscriptions model) yang mendapat sambutan positif di lingkungan enterprise.

Damien memberi penekanan di sini bahwa meski Red Hat merangkul pengembangan software berbasis model pengembangan open source, bisnis model Red Hat tidaklah menganut ‘pakem’ open source yang sepenuhnya tersedia gratis dan open source.

Lebih jauh mengenai pengembangan software open source ini digambarkan Damien dengan perumpamaan komunitas open source yang diibaratkannya seperti air yang tersedia di sungai atau danau. Air tersedia secara gratis bagi siapa saja karena berasal dari berbagai sumber (gunung, mata air, atau hujan). Namun, air tesebut tidaklah layak diminum atau untuk konsumsi tertentu karena harus diolah lebih jauh dengan proses lanjutan.

Dalam perspektif software, Red Hat mengolah air (open source software) dari sungai (komunitas open source) tersebut dan mengolahnya (mengembangkannya) agar lebih tepat guna dan stabil digunakan di lingkungan enterprise. Contohnya adalah produk Red Hat Enterprise Linux (RHEL) yang dikembangkan untuk penggunaan di enterprise.

Di sisi lain, Red Hat pun mengambil sebagian (subset) dari Linux beserta kernelnya untuk mengembangkan platform stabil lain, yaitu Fedora, untuk dikontribusikan ke komunitas. Apabila RHEL siap untuk pemakaian enterprise, Fedora tidak disiapkan, misalnya untuk pemakaian di bank, operator, atau maskapai.

Sebagai gambarannya, community platform Fedora mengusung sekitar 12 ribu paket sedangkan platform RHEL yang sudah di-tuning untuk konsumsi enterprise ‘hanya’ membawa kurang dari 3 ribu paket. Pengurangan paket diperlukan karena sebagian besar paket belum siap untuk implementasi enterprise.

Kenapa paket sebanyak itu perlu ada di platfom Fedora? “Ini diperlukan agar software open source selalu berinovasi dalam mengantisipasi berbagai perkembangan di sekitar teknologi IoT, container, cloud, dan lain-lainnya”, jelas Damien.

Tags: , , , , , ,


COMMENTS