MOBITEKNO – Ekosistem Windows Apps untuk PC, laptop, notebook, dan tablet mungkin masih relatif ‘subur’ dan menarik bagi para pengembang (developer) untuk membuat aplikasinya (app) untuk sistem operasi (OS) terbaru ini.
Namun, Microsoft mungkin masih harap-harap cemas dengan nasib ekosistem Windows Apps-nya, khususnya Windows 10 Mobile app untuk berbagai smartphone atau phablet.
Faktanya, menurut riset pasar IDC, pangsa pasar OS smartphone berbasis Windows sangatlah kecil (3.2 persen) dibandingkan dua teratas OS mobile, yakni Android OS (79.4 persen) dan iOS (16.4 persen).
Pangsa sekecil ini menimbulkan kendala besar bagi Microsoft dalam usahanya menarik minat para developer agar mau membuat Windows apps untuk smartphone.
Pertanyaan mendasar dari para develepor yang harus dijawab Microsoft adalah seberapa besar potensi mereka (developer) dalam me-monetize apps buatannya di ekosistem Windows apps (khususnya smartphone) yang sangat kecil dalam hal pengguna, banyaknya device atau perangkat, dan lain-lain.
Pertanyaaan developer tersebut wajar saja mengingat pengembangan app, dan maintenance-nya (update, dll) membutuhkan sumber daya yang tidak kecil. Fenomena ‘ada gula, ada semut’ pun terjadi. Ekosistem bisa berkembang jika gulanya ada (pengguna) dan semut (developer) pun berdatangan.
Microsoft mungkin akan semakin sukar menjawab pertanyaan lain, seperti minimnya dukungan jaringan iklan (adds) di Windows bagi apps dan games gratisnya.
Persoalan utama ini memang cukup dilematis. Di satu sisi Microsoft sangat membutuhkan developer agar kesinambungan ekosistem Windows app tetap terjaga (adanya pertumbuhan jumlah Windows apps). Namun, di sisi lainnya developor belum melihat Windows apps sebagai ekosistem yang sepenuhnya sehat bagi komponen di dalamnya (develepor, OEM device buider, dll).
Apa yang dikatakan Norman Sasono sebagai Senior Technical Evangelist, Windows Indonesia, saat menjelaskan Windows 10 untuk segmen Enterprise, mungkin bisa menjadi petunjuk bagaimana Microsoft mencoba mengatasi masalah ini satu per satu.
Menurut Norman, ada satu feature Windows 10 yang mungkin akan dicintai oleh para developer di seluruh dunia yaitu Universal Windows Platform (UWP). UMP merupakan runtime baru Microsoft yang memungkinkan seorang developer, termasuk dia sendiri sebagai seorang develepor, membuat satu source code yang sama dengan satu bits installer yang sama (dulu disebut file EXE, kini disebut AppX).
Jadi, para developer bisa dengan mudah membuat AppX dengan bantuan UMP yang langsung berjalan di berbagai device, mulai dari tablet, laptop, PC, phone, Xbox, IoT, Surface Hub hingga kacamata Augmented Reality HoloLens.
Klaim Microsoft dengan hadirnya feature Universal Apps atau satu kode program untuk semua perangkat Windows mungkin tidak sesederhana yang dikatakan Norman, tapi minimal membantu developer dalam mempersingkat waktu pengembangan aplikasi berbagai perangkat.
Persoalan pertama ini mungkin bisa diselesaikan Microsoft bagi para developer Windows app, tapi bagaimana dengan usahanya menarik para developer aplikasi Android dan iOS yang jumlahnya jauh lebih besar agar mau juga membuat Windows app untuk smartphone?
Jawabannya mungkin harus menunggu keberhasilan tool developer kit baru yang dirilis Microsoft pada ajang BUILD belum lama ini. Dengan tool ini, para
developer dari platform di luar Windows bisa membuat aplikasi Windowsnya dari aplikasi Android atau iOS dengan modifikasi kode yang minimal.
Seberapa minimal atau mudahnya mem-porting-kan app tersebut masih perlu ditunggu baik-tidaknya respon para developer ini nantinya. Yang pasti, BlackBerry pernah mencoba (dan kurang berhasil) mengajak para developer Android agar mau melakukan sedikit modifikasi kode program pada aplikasinya agar bisa berjalan di BlackBerry OS.
Semoga Microsoft tidak mengalami ‘kegagalan’ serupa, terutama jika berkaca dari pengalaman yang pernah terjadi pada BlackBerry.
Tags: Microsoft, Universal Windows Platform (UWP), Windows 10, Windows Apps