MOBITEKNO – Sudah cukup lama para produsen menghadirkan smartphone yang bisa merangkap menjadi PC dengan harap[an pengguna bisa memiliki suatu perangkat (device) yang serba bisa bagi kebutuhan mobility dan non-mobility-nya.
Visi “one device to rule them all” ini pernah ditawarkan di smartphone Motorola di era sebelum perusahaan tersebut dibeli Google dan dijual ke Lenovo. Pada prinsipnya, Motorola menawarkan smartphone yang bisa difungsikan sebagai PC dengan bantuan docking tambahan untuk bisa dihubungkan ke monitor dan input device (keyboard dan mouse).
Sayangnya, faktor seperti sistem operasi (OS) dan kurangnya dukungan aplikasi yang memadai membuat inovasi Motorola pada smartphone-nya tersebut seperti kurang berdampak. Konsekuensinya, tingkat adopsi pengguna (konsumen) pun relatif rendah dan inovasi itu pun berlalu begitu saja.
Kini, di era mobile yang kian masif, Microsoft mungkin melihat sudah saatnya mobile device, seperti smartphone mendapat porsi yang lebih besar dalam membantu pengguna dalam aktivitas kerjanya sehari-sehari di mana saja. Dengan kata lain, niat Motorola dulu untuk menjadikan smartphone sebagai perangkat utama pengguna dalam melakukan banyak hal sudah saatnya diwujudkan.
Sejak menghadirkan Windows 10, Microsoft mengklaim bahwa sistem operasi terbarunya ini akan terpasang di hampir semua jenis perangkat, mulai dari PC, notebook, tablet hingga smartphone. Salah satu “modal dasar” agar Windows 10 bisa digunakan di masa saja adalah jaminan user experience yang relatif sama antara penggunaan satu device dengan device lainnya.
Salah satu bentuk nyatanya adalah bagaimana menjadikan Windows 10 di smartphone bisa memenuhi tuntutan pengguna dalam mengerjakan berbagai tugas layaknya Ia menggunakan PC atau notebook. Salah satu solusi yang ditawarkan Microsoft termuat dalam fitur Windows 10 yang disebut Continuum.
Dengan Continuum, smartphone berbasis Windows 10 bisa bertransformasi agar bisa berfungsi layaknya sebuah PC/notebook jika dihubungkan dengan monitor dan keyboard eksternal.
Salah satu smartphone Windows yang pertama mengektrak kemampuan fitur Continuum pada Windows 10 adalah Jade Primo yang dihadirkan Acer di ajang IFA 2015 di Berlin, Jerman.
Dengan fitur Continuum, smartphone berbasis Windows 10 dengan OC core sama dengan OS Windows 10 pada perangkat lainnya ini (Microsoft pernah menyebutnya sebagai OneCore) akan berganti mode menjadi PC saat dihubungkan dengan keyboard dan mouse eksternal. Lebih jauh lagi, layar smartphoen Acer Jade Primo pun agar beralih fungsi menjadi sebuah touchpad layaknya touchpad pada notebook.
Demo Jade Primo dari Acer di IFA ini menandai bakal hadirnya sejumlah smartphone berbasis Windows 10 lainnya yang diklaim Microsoft bisa menghadirkan “PC-grade” experience. Microsoft sendiri juga akan menyusul dengan smartphone Windows 10-nya, yakni Lumia 950 dan Lumia 950XL.
Smartphone Jade Primo berlayar 5.5 inci (resolusi 1080p), RAM 3 GB, insternal storage 32 GB, dan kamera utama 21 MP (selfie camera 8 MP) ini akan diperkuat dengan prosesor 64 bit hexa-core Qualcomm Snapdragon 808 MSM8992 (1,8 GHz, 6 core dengan 2 core Cortex-A57, 4 core Cortex-A53).
Konsep yang dihadirkan Microsoft pada fitur Continuum di Windows 10 bukanlah yang pertama disodorkan ke konsumen. Pasalnya, beberapa pihak, seperti Motorola dan Ubuntu pernah menyodorkan konsep sejenis meski kurang mendapat perhatian dari berbagai pihak.
Salah satu faktor pendukung utama kesuksesan adopsi Continuum di Windows 10 adalah aplikasi Universal App. Pasalnya, dengan aplikasi ini, para developer lebih mudah membuat aplikasi yang bisa berjalan di arsitektur ARM (umumnya di smarphone dan tablet) dan arsitektur x86 (umumnya di PC dan notebook). Semoga saja.
Tags: Acer, Acer Jade Primo, Continuum, IFA 2015, Microsoft, Windows 10