Mobitekno – Pertamina berpartisipasi dalam peluncuran bursa karbon IDX, yaitu IDXCarbon yang diresmikan langsung oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Keikutsertaan Pertamina dalam IDXCarbon ini merupakan bagian dari komitmen BUMN tersebtu untuk mendukung agenda keberlanjutan dan transisi energi di Indonesia.
Acara peluncuran IDXCarbon juga disaksikan oleh Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi RI Luhut Binsar Panjaitan, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Mahendra Siregar, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Iman Rachman, dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.
Pejabat lainnya yang turut mendampingi acara in diantranya, Direktur Utama Pertamina NRE Dannif Danusaputro dan Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis Pertamina NRE Fadli Rahman selaku pihak penjual kredit karbon, serta Direktur Utama Pertamina Hulu Energi Wiko Migantoro, Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan, dan Direktur Pama Persada Chinthya Theresa dari pihak pembeli kredit karbon.
Bursa atau pasar karbon Indonesia dihadirkan untuk memfasilitasi perdagangan sertifikat kredit karbon yang diterbitkan untuk proyek atau kegiatan dalam menghilangkan emisi gas rumah kaca dari atmosfer, atau untuk perusahaan yang menghasilkan emisi karbon di bawah ambang batas polusi yang ditetapkan pemerintah.
Izin usaha Penyelenggara Bursa Karbon telah diberikan kepada BEI oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Surat Keputusan nomor KEP-77/D.04/2023 pada 18 September 2023 lalu. IDXCarbon sebagai Penyelenggara Bursa Karbon menyediakan sistem perdagangan yang transparan, teratur, wajar, dan efisien. Saat ini, terdapat 4 (empat) mekanisme perdagangan IDXCarbon, yaitu Auction, Regular Trading, Negotiated Trading, dan Marketplace.
Pertamina: IDXCarbon menjadi milestone penting Indonesai menuju Net Zero Emission
Menurut Nicke Widyawati selaku bos Pertamina, hadirnya IDXCarbon menjadi milestone yang sangat penting dan strategis bagi Pertamina karena merupakan wujud nyata dari komitmen Pertamina untuk terus mengakselerasi transisi energi menuju Net Zero Emission.
“Jadi, pada perdagangan karbon yang pertama ini, unit karbon yang dijual itu adalah dari Pertamina New & Renewable Energy, yaitu dari PLTP Lahendong Unit 5 dan 6. Bisa dilihat kalau negara lain menunggu 3-4 bulan untuk jadi transaksi, ini langsung habis, unitnya sudah langsung habis sekarang. Jadi, pasar merespon dengan baik,” ujarnya.
Nicke menambahkan, jika dibandingkan dengan negara tetangga, Bursa Karbon Indonesia ini berjalan dengan cepat dengan volume yang besar. Pertamina patut berbangga dan ingin mengajak seluruh jajaran dan juga subholding, anak perusahaan untuk secara aktif berkontribusi berperan dalam semua program Net Zero Emission Indonesia
“Pertamina group memerankan posisi yang penting untuk pencapaian itu dan hari ini Presiden menyampaikan bahwa ini merupakan wujud nyata. Bukan hanya sekedar rencana bagi Pertamina, tapi kita lakukan suatu langkah nyata dan hari ini salah satu bukti konkrit di mana Pertamina group mendorong transisi energi menuju Net Zero Emission di 2060,” tambah Nicke.
Pertamina New and Renewable Energy (Pertamina NRE), sebagai anak usaha Pertamina sekaligus agregator pasar karbon di Pertamina Group, adalah satu-satunya penjual yang bertransaksi di IDXCarbon di peluncuran hari ini. Pertamina NRE memiliki kredit karbon dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi Lahendong Unit 5 dan 6, dengan volume sekitar 864 ribu tCO2e, yang dihasilkan selama periode 2016 – 2020. Kredit karbon ini telah memenuhi standar nasional yang ditetapkan oleh KLHK.
Partisipasipan awal: Pertamina Group dan perbankan
Berdasarkan informasi dari laman IDX, perusahaan-perusahaan yang berperan sebagai pembeli Unit Karbon pada perdagangan perdana IDXCarbon, diantaranya adalah PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Bank DBS Indonesia, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT BNI Sekuritas, PT BRI Danareksa Sekuritas (bagian dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk), PT CarbonX Bumi Harmoni, PT MMS Group Indonesia, PT Multi Optimal Riset dan Edukasi, PT Pamapersada Nusantara, PT Pelita Air Service, PT Pertamina Hulu Energi, PT Pertamina Patra Niaga, PT Truclimate Dekarbonisasi Indonesia, dan PT Udara Untuk Semua (Fairatmos).
“Pengembangan bisnis karbon, yang meliputi perdagangan karbon dan pengembangan proyek karbon, adalah salah satu prioritas Pertamina NRE dalam mendukung strategi Net Zero Emission Pertamina serta aspirasi keberlanjutan dan transisi energi Indonesia. Selain proyek kredit karbon dari PLTP yang dikelola anak usaha kami yakni PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, dalam jangka menengah kami juga mengembangkan proyek-proyek nature & ecosystem-based solutions (NEBS), salah satunya melalui kerjasama 9 konsesi kehutanan dengan Perhutani.” ujar Dannif Danusaputro, CEO Pertamina NRE.
Pertamina akan terus bekerja sama dengan berbagai pihak dalam membangun pasar dan ekosistem karbon yang kuat, transparan, dan terpercaya di Indonesia demi tercapainya aspirasi keberlanjutan nasional.
Pertamina NRE memiliki komitmen kuat mendukung tujuan lembaga yang berkelanjutan (sustainable development goals). Hal ini dibuktikan dengan baru saja diraihnya nilai environmental, social, and governance (ESG) sebesar 13 dari Sustainalytics, lembaga pemeringkat ESG global, atau tergolong risiko rendah (low risk), dan menempati posisi ketiga terbaik dunia di sektor independent power producer and traders (IPP & traders).
Tags: bursa karbon, carbon trading, IDX, IDXCarbon, NZE, perdagangan karbon, Pertamina, Pertamina NRE