October 17, 2017

Google: Kami Ingin Membuat Google Assistant Lebih Mengerti Penggunanya

Penulis: Eko Lannueardy
Google: Kami Ingin Membuat Google Assistant Lebih Mengerti Penggunanya  

MOBITEKNO – Pernahkah terpikir di benak Anda, apa jadinya jika para pahlawan dan pemuda Indonesia di era Bung Karno sudah merasakan kemajuan teknologi seperti sekarang ini? Mereka mungkin akan mencari perihal “Cara membuat senjata tajam berbahan dasar bambu?” atau “Pilihan tempat adakan konferensi pemuda 1.000 orang di Indonesia Timur”. 

Sekarang ini teknologi terus berkembang pesat dan telah menjadi “asisten pribadi” yang membantu mengatur kesibukan banyak orang dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Teknologi bisa menjadi teman terdekat, mulai dari menemani Anda menjalani keseharian hingga menemukan informasi yang memudahkan rutinitas Anda.

Asisten Google atau Google Assistant adalah sebuah percakapan yang terjadi antara Anda dengan Google yang dapat membantu aktivitas dengan lancar saat di rumah atau dimanapun Anda berada. Dengan Google Assistant, Anda dapat bertanya banyak hal dan menyaksikan bagaimana Google Assistant dapat membuat hidup menjadi lebih mudah. 

Hal menarik lainnya, Google Assistant berbasis suara ini juga dapat digunakan pada smartphone berbasis Android, aplikasi chatting Allo, dan speaker pintar Google Home yang telah dijual secara umum di banyak negara. Tentu saja, Anda yang tinggal di Indonesia juga bisa memanfaatkan teknologi pintar ini.

Namun memberikan perintah pada sebuah komputer, lain halnya saat Anda melakukan percakapan dengan seseorang. Namun, Google juga berjanji untuk terus menciptakan teknologi yang dapat membantu pengguna dengan cara yang lebih menyenangkan, yaitu memberi Google Assistant sebuah identitas. Dengan begitu, teknologi ini menjadi semakin mudah diakses dan relevan untuk penggunanya.

"Saya telah bersama Google selama 10 tahun, dan selama waktu berjalan kami terus berusaha untuk membuat Google menjadi lebih mudah lagi diakses pengguna. Tim personality untuk Google Assistant adalah tokoh-tokoh yang berasal dari Pixar, The Onion, dan Nintendo," ucap Ryan Germick, Principal Designer Google lewat tulisannya yang diterima oleh Mobitekno.com.

Ryan juga menjabarkan bahwa Google telah sering melakukan penelitian terkait dengan kepribadian dan kecerdasan buatan atau AI. Tak hanya itu, tim yang bekerja juga memikirkan bagaimana kepribadian Google bisa terwujud ke dalam Google Assistant yang nantinya juga merefleksikan nilai dan semangat Google untuk membantu banyak penggunanya dengan lebih humble dan sedikit jenaka.

Membuat kepribadian bagi para anggota tim personality Google yang telah bekerja mengubah Google Assistant menjadi sebuah penolong digital adalah untuk membuat layanan ini bisa berbicara dengan manusia tanpa berpura-pura menjadi manusia. Artinya, layanan ini akan selalu hadir untuk membantu dan menjadi semakin pintar. 

Ketika bertanya kepada Google Assistant, “apakah akan menakutkan pada saat gelap? Layanan ini tidak akan merespon dengan sebuah jawaban yang merujuk pada nuansa rasa takut. Google Assistant diharapakn bisa menjawab seperti, “Aku suka saat gelap karena saat itulah bintang akan bermunculan. Tanpa adanya bintang, kita tidak akan bisa mempelajari planet dan rasi bintang”. 

Seperti inilah kepribadian yang terefleksi oleh Google Asisstant. Penolong digital ini mampu melakukan percakapan senatural mungkin tanpa berpura-pura menjadi sesuatu yang tidak pengguna sukai. Hal ini juga kerap melibatkan analisis subteks mengapa seseorang melontarkan pertanyaan spesifik di awal.

Ketika ada pertanyaan “Maukah Anda menjadi pasanganku?”, Google Assistant tidak memberi jawaban langsung, namun ‘mengelak’ dengan jawaban yang menggambarkan Google Assistant senang pemiliknya sedang mencari komitmen lebih. Pertanyaan seperti ini bisa saja terlihat dangkal atau justru berangkat dari emosi yang kompleks. 

Meskipun mungkin tidak ada orang yang mengharapkan jawaban serius dari pertanyaan tersebut, namun Google Assistant akan mencoba memahami secara sistematis, bagaimana satu keadaan emosional berbeda satu dengan lainnya, terutama perasaan yang serupa dan membingungkan. 

Hal ini yang mendorong tim yang masuk ke dalam pengembangan Google Assistant untuk membuat respon-respon yang mengandung unsur empati di dalamnya. Seperti ketika ada seseorang yang berbicara kepada Google Assistant, “Aku sedang stress berat”, ia akan menjawab “Kamu pasti sedang banyak pikiran. Apa yang bisa kubantu?”. Pengakuan semacam ini tentu sangat menyenangkan.

Sementara itu, Google kini juga sedang berfokus pada ‘nuansa berbicara membawakan pidato’. Dalam artian, bagaimana nada suara dapat menginterpretasikan komunikasi antara pengguna dan Google Assistant. Mungkin Anda dapat mengetahui ketika layanan ini sedikit meninggikan suaranya pada awal kalimat untuk menandakan ‘tidak atau jangan’ kepada penggunanya. 

Selain itu, Google Assistant juga masih terus berusaha melakukan improvisasi pada dasar-dasar percakapan, seperti menginterpretasi beberapa permintaan khusus yang diungkapkan berbeda dari pertanyaan yang telah diprogram untuk dipahaminya. Dan Google pun kemudian akan terbiasa untuk mengerti apa yang pengguna inginkan atau rasakan.

Untuk proses pemahaman karakter, sejauh ini Google mendapatkannya melalui riwayat pengguna. Dengan melihat apa yang pengguna tanya dan fitur apa yang paling sering digunakan, Google Assistant mencoba menghindari jawaban repetisi. Kedepannya, Google berharap dapat melakukan observasi yang lebih luas tentang preferensi pengguna berdasarkan bagaimana mereka berinteraksi.
 

Tags: , , ,


COMMENTS