
Mobitekno – Layanan telehealth semakin mendapat perhatian bagi banyak orang, di era modern seperti sekarang ini. Bahkan, sebuah survei baru-baru ini mengungkapkan bahwa 69% anak muda di Indonesia kini memanfaatkan layanan telehealth, dengan sebagian besar menggunakan lebih dari satu aplikasi. Hal ini mencerminkan adaptasi cepat generasi muda terhadap teknologi kesehatan digital, yang didukung oleh inovasi-inovasi berbasis data untuk memantau kesehatan secara lebih personal. Selain itu, semakin banyak anak muda yang mulai menggunakan smartwatch untuk melacak kondisi kesehatan mereka, dengan data menunjukkan bahwa enam dari sepuluh individu muda telah mengadopsi teknologi ini. Tren ini menggambarkan kesadaran yang terus meningkat tentang pentingnya langkah pencegahan dalam menjaga kesehatan.
Dalam dekade terakhir, generasi muda mengalami perubahan besar dalam cara mereka mengambil keputusan terkait kesehatan. Jika sebelumnya keputusan ini cenderung dipengaruhi oleh orang tua, kini literasi digital dan akses informasi yang luas membuat anak muda lebih mandiri dalam menentukan solusi kesehatan. Kesadaran ini menjadi topik hangat dalam acara “Power Lunch: Healthtech Melampaui Batas Inovasi” yang diadakan oleh GDP Venture, Rabu 22 januari 2025.
Acara ini menghadirkan berbagai pemimpin industri dari sektor kesehatan, teknologi, hingga pemerintah, termasuk Setiaji dari Kementerian Kesehatan, Suwandi Ahmad dari Lokadata.id, Alfonsius Timboel dari Halodoc, Levana Sani dari Nalagenetics, serta dr. Natalia Zwensi A., M.Sc, praktisi di bidang kedokteran genomik. Para pakar ini berbagi wawasan tentang masa depan layanan kesehatan berbasis teknologi.
Suwandi Ahmad menyoroti peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, terutama di kalangan generasi muda. Ia menjelaskan bahwa 43% anak muda Indonesia kini rutin memeriksakan kesehatan mereka setidaknya sekali dalam setahun. Mereka juga memanfaatkan aplikasi telehealth untuk memperoleh layanan kesehatan secara cepat dan mudah. Langkah pencegahan dianggap vital, tidak hanya untuk menangani penyakit tetapi juga untuk meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Data juga menunjukkan bahwa 24% anak muda telah menjalani gaya hidup sehat melalui olahraga teratur, pola makan seimbang, dan tidur yang cukup. Selain itu, 73% dari mereka semakin menyadari pentingnya kesehatan mental, dengan banyak yang memanfaatkan aplikasi digital untuk mendukung kesejahteraan psikologis.
Tantangan Telehealth di Berbagai Pelosok Daerah di Indonesia
Namun, meskipun adopsi teknologi kesehatan berkembang pesat di kota-kota besar, tantangan Telehealth masih ada di daerah terpencil. Literasi digital menjadi kendala utama yang perlu diatasi. Alfonsius Timboel menjelaskan bahwa Halodoc secara aktif mengedukasi masyarakat melalui berbagai platform komunikasi untuk memastikan akses teknologi kesehatan yang lebih merata. Pemerintah juga berperan penting dalam hal ini. Kementerian Kesehatan RI, misalnya, meluncurkan program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) pada awal 2025. Program ini bertujuan untuk mendeteksi dini penyakit tidak menular dengan target melayani hingga 60 juta orang pada tahun pertama dan mencakup hingga 200 juta orang dalam lima tahun ke depan. Setiaji menyebut bahwa program ini dirancang untuk mencakup semua lapisan masyarakat, dari bayi hingga lansia, dengan pemeriksaan kesehatan yang komprehensif.
Inovasi berbasis genetik juga menjadi salah satu fokus penting dalam pendekatan preventif. Levana Sani dari Nalagenetics menjelaskan bahwa sekitar 40% penyakit memiliki kaitan dengan faktor genetik. Dengan teknologi genetika, solusi pencegahan dan pengobatan dapat lebih tepat sasaran. Nalagenetics sendiri mengembangkan solusi DNA untuk mencegah penyakit seperti kanker, penyakit kardiometabolik, dan neurodegeneratif. Mereka juga bekerja sama dengan komunitas untuk mendukung kelompok pasien dengan risiko genetik tertentu. Sementara itu, dr. Natalia Zwensi A. menambahkan bahwa analisis genomik mampu mendeteksi risiko kesehatan secara dini, memungkinkan perawatan yang lebih personal. Ia menekankan bahwa tes DNA bukanlah diagnosis, melainkan alat prediksi risiko sebelum gejala muncul.

Inovasi teknologi terus menjadi tulang punggung dalam memperluas akses layanan kesehatan. Halodoc, misalnya, telah menyediakan layanan homecare seperti tes darah, vaksinasi, booster imun, kunjungan dokter, hingga pemeriksaan kesehatan di rumah. Di sisi lain, Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan OJK untuk mengembangkan sistem Health Checking, yang memungkinkan individu mengakses rekam medis secara aman dan transparan. Meski demikian, isu keamanan data tetap menjadi perhatian utama. Levana Sani menegaskan bahwa Nalagenetics telah menerapkan standar keamanan data ISO 27001 untuk melindungi privasi pasien. Setiaji juga menjelaskan bahwa Material Transfer Agreement (MTA) diberlakukan untuk memastikan data dimanfaatkan secara bertanggung jawab.
Potensi sektor kesehatan digital di Indonesia sangat besar, dengan prediksi bahwa pada tahun 2040, sekitar 60% pengeluaran kesehatan akan difokuskan pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini menunjukkan pentingnya investasi dalam langkah-langkah preventif. Melalui kolaborasi erat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, Indonesia dapat mencapai layanan kesehatan yang lebih inklusif, efisien, dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Tags: GDP, GDP Venture, Genomik, Halodoc, Telehealth