May 23, 2025

Belum Aman dari Serangan Rudal, Donald Trump Umumkan Sistem Pertahanan ‘Golden Dome’ Senilai 175 Miliar Dolar AS

Penulis: Iwan RS
Belum Aman dari Serangan Rudal, Donald Trump Umumkan Sistem Pertahanan ‘Golden Dome’ Senilai 175 Miliar Dolar AS 

Mobitekno – Presiden Amerika Serikat Donald Trump baru saja mengumumkan rencana ambisius untuk membangun sistem pertahanan rudal canggih berlapis yang dinamakan “Golden Dome”. Ambisi yang disebut Trump sebagai realisasi agenda 40 tahun lalu dari Presiden Ronald Reagen ini diumumkan langsung dari ruang kerja Oval Office di Gedung Putih, Washington, D.C (20/5/2025).

Golden Dome 01
Presiden AS, Donald Trump mengumumkan tentang sistem pertahanan rudal Golden Dome di Ruang Oval pada hari Selasa lalu ((20/5/2025).

Sistem pertahanan yang diperkirakan menelan biaya US$175 miliar ini dirancang untuk melindungi AS dari berbagai ancaman rudal, termasuk rudal balistik, hipersonik, dan bahkan serangan yang diluncurkan dari luar angkasa. Dengan visi untuk menjadikan AS “kebal” dari ancaman global, proyek ini telah memicu perbincangan luas, baik dari segi potensi keberhasilannya maupun kontroversi yang menyertainya.

Visi Trump yang terinspirasi dari sistem pertahanan Israel ‘Iron Dome’

Golden Dome dianggap terinspirasi dari sistem pertahanan rudal multitier Israel, seperti Iron Dome, Arrow, dan David’s Sling, yang telah terbukti efektif menangkal serangan roket jarak pendek dan rudal balistik.

Donald Trump disebut kagum akan keberhasilan Israel dalam menangkis serangan misil dari Iran pada April dan Oktober 2024 lalu dan ingin membawa konsep pertahanan serupa ke AS tapi dalam skala yang jauh lebih besar. Berbeda dengan Iron Dome yang berfokus pada ancaman jarak pendek, Golden Dome dirancang untuk menangkal ancaman global, termasuk dari negara seperti Tiongkok, Rusia, Iran, dan Korea Utara, yang memiliki kemampuan rudal canggih.

Golden Dome 04

Trump menyebut proyek ini sebagai kelanjutan dari visi Presiden Ronald Reagan pada 1983 dengan Strategic Defense Initiative (SDI) atau yang dikenal sebagai “Star Wars”. Namun, jika SDI gagal terwujud karena keterbatasan teknologi dan dana, Trump yakin bahwa kemajuan teknologi saat ini memungkinkan Golden Dome menjadi kenyataan. Dalam pengumumannya, ia menegaskan bahwa sistem ini akan “mengakhiri ancaman rudal terhadap tanah air Amerika selamanya,” dengan target operasional penuh pada akhir masa jabatannya di Januari 2029.

Desain dan teknologi ‘Golden Dome’

Golden Dome akan mengintegrasikan teknologi berbasis darat, laut, dan luar angkasa untuk menciptakan perisai pertahanan berlapis. Inti dari sistem ini adalah jaringan ratusan satelit yang dilengkapi sensor canggih dan interseptor untuk mendeteksi dan menghancurkan rudal musuh sejak tahap peluncuran hingga lintasan penerbangan. Selain itu, sistem ini akan memanfaatkan arsitektur satelit pengintai yang disebut Proliferated Warfighter Space Architecture, serta rudal berbasis darat dan udara untuk menetralkan ancaman.

Menurut Trump, Golden Dome akan mampu menangani berbagai jenis ancaman, mulai dari rudal balistik antarbenua (ICBM), senjata hipersonik, hingga sistem pengeboman orbit fraksional (FOBS). Untuk memimpin proyek ini, Trump menunjuk Jenderal Michael Guetlein, Wakil Kepala Operasi Angkatan Luar Angkasa AS, yang menyebut proyek ini sebagai pendekatan “berani dan agresif” untuk meningkatkan keamanan nasional. Lockheed Martin, perusahaan aerospace dan pertahanan terkemuka, telah menyatakan kesiapannya untuk mendukung misi ini, menyebutnya sebagai “misi skala Manhattan Project” yang krusial untuk keamanan AS.

Biaya dan perusahaan yang berpotensi terlibat

Trump memperkirakan total biaya proyek sebesar $175 miliar, dengan alokasi awal $25 miliar yang diusulkan dalam paket legislasi pajak dan belanja yang disebutnya “One Big, Beautiful Bill”. Namun, Congressional Budget Office (CBO) memperkirakan biaya komponen berbasis luar angkasa saja bisa mencapai $161 miliar hingga $542 miliar dalam 20 tahun, dengan potensi mendekati $1 triliun jika proyek diperluas. Angka ini memicu skeptisisme dari para ahli dan anggota Kongres, yang mempertanyakan kelayakan finansial dan jadwal penyelesaian dalam tiga tahun.

Sebelum pengumuman Trump, banyak anggota Kongres bahkan tidak mengetahui keberadaan proyek ini, menunjukkan kurangnya koordinasi awal dengan legislatif. Pendanaan untuk Golden Dome masih belum pasti, karena alokasi $25 miliar terkait dengan RUU rekonsiliasi yang kontroversial, yang menghadapi hambatan signifikan di Kongres.

Golden Dome 02
Lockheed Martin menjadi salah satu kandidat perusahaan pengembang Golden Dome karena memiliki pengalaman dalam sistem pertahanan rudal AS, seperti jaringan Command and Control, Battle Management, and Communications (C2BMC).

Selain Lockheed Martin, beberapa perusahaan berpotensi terlibat dalam pengembangan sistem pertahanan rudal Golden Dome. SpaceX menjadi kandidat utama untuk membangun konstelasi satelit pelacak rudal, memanfaatkan pengalaman Starlink dengan ribuan satelit berbiaya rendah. Palantir Technologies dan Anduril Industries juga berperan, dengan Palantir menyediakan analitik data dan AI, sementara Anduril berkontribusi melalui teknologi drone dan sistem otonom. Ketiganya mewakili pendekatan inovatif berbasis teknologi komersial.

Northrop Grumman dan Boeing memiliki pengalaman kuat dalam sistem pertahanan rudal seperti Ground-based Midcourse Defense (GMD) dan Aegis Ashore, menjadikannya kandidat untuk komponen berbasis darat dan laut. RTX (Raytheon) unggul dalam teknologi interseptor dan radar, seperti Patriot dan SM-3, yang relevan untuk Golden Dome. L3Harris Technologies dapat menyediakan sensor berbasis luar angkasa, seperti Hypersonic and Ballistic Tracking Space Sensor (HBTSS).

Golden Dome 05
Palantir berfokus pada perangkat lunak untuk analisis data dan AI. Perusahaan ini berpotensi mendukung sistem Golden Dome dengan menyediakan sistem pengolahan data real-time untuk mendeteksi dan melacak ancaman rudal, serta mengintegrasikan data dari berbagai sensor.

General Atomics dan Voyager Technologies juga berpotensi berkontribusi, dengan fokus pada teknologi sensor, rudal, dan komputasi tepi. The Aerospace Corporation dapat membantu integrasi sistem untuk memastikan interoperabilitas. Kolaborasi ini menggabungkan kontraktor tradisional dan startup teknologi untuk menghadapi tantangan teknis proyek senilai $175 miliar ini.

Keterlibatan perusahaan-perusahaan ini akan bergantung pada keputusan Pentagon dan alokasi dana awal $25 miliar. Golden Dome menjanjikan pertahanan mutakhir, namun membutuhkan koordinasi lintas industri untuk mewujudkan visi ambisius Presiden Trump.

Indikasi menuju Cold War 2.0?

Pengumuman Golden Dome memicu reaksi keras dari Tiongkok, yang menuduh AS mengganggu “keseimbangan strategis global” dan meningkatkan risiko perlombaan senjata di luar angkasa. Kementerian Luar Negeri Tiongkok menyebut proyek ini memiliki “implikasi ofensif yang kuat” dan memperingatkan bahwa ruang angkasa bisa menjadi “medan perang”. Rusia juga menyuarakan kekhawatiran serupa, dengan beberapa pihak membandingkan Golden Dome dengan program “Star Wars” era Perang Dingin yang gagal.

Kritik domestik juga muncul. Beberapa ahli pertahanan mempertanyakan efektivitas sistem ini, mengingat laporan Departemen Pertahanan AS tahun 2024 yang menyebutkan bahwa Tiongkok memiliki sekitar 400 rudal ICBM dan Rusia memiliki kemampuan serupa. Sistem pertahanan rudal berbasis darat saat ini, seperti Ground-Based Midcourse Defense (GMD), hanya memiliki tingkat keberhasilan 57% dalam pengujian, dengan biaya operasional tahunan $4 miliar. Kritikus berargumen bahwa Golden Dome, dengan kompleksitas dan biaya yang jauh lebih besar, mungkin menghadapi tantangan teknis yang signifikan.

Golden Dome 06

Rencana Golden Dome memiliki potensi untuk memicu ketegangan yang menyerupai Cold War 2.0 atau Perang Dingin jilid kedua, terutama karena reaksi keras dari Tiongkok dan Rusia serta risiko perlombaan senjata di luar angkasa. Faktor seperti militerisasi ruang angkasa dan gangguan terhadap keseimbangan strategis memperkuat kekhawatiran ini.

Namun, tantangan teknis, fokus pada ancaman non-nuklir, dan konteks geopolitik yang lebih kompleks dapat membatasi eskalasi ke tingkat Perang Dingin penuh. Meski demikian, tanpa diplomasi yang hati-hati, Golden Dome bisa memperburuk ketegangan global, mendorong negara-negara seperti Rusia dan Tiongkok untuk mempercepat pengembangan senjata strategis, yang pada akhirnya merugikan stabilitas dunia.

Mengubah paradigma sistem pertahanan global

Apabila terwujud dan sukses menyediakan AS sistem ‘perisai’ yang ampuh terhadap ancaman rudal, Golden Dome dapat mengubah paradigma sistem pertahanan di banyak negara. Pendukung proyek, seperti Tom Karako dari Center for Strategic and International Studies, menyebutnya pentinganya program Golden Dome di tengah meningkatnya ancaman rudal, drone dan sejenisnya dari negara-negara seperti Iran dan Rusia, sebagaimana terlihat dalam konflik terbaru di Ukraina dan Timur Tengah. Namun, keberhasilan proyek ini bergantung pada terobosan teknologi, kemauan politik yang kuat, dan pendanaan yang berkelanjutan.

Bagi Trump, Golden Dome bukan hanya proyek pertahanan, tetapi juga simbol kekuatan Amerika. Dengan nama yang mencerminkan kecintaannya pada warna emas, proyek ini mencerminkan ambisi besar untuk memperkuat posisi AS sebagai kekuatan global yang tak tertandingi. Namun, dengan biaya yang membengkak, tantangan teknis, dan potensi ketegangan geopolitik, Golden Dome tetap menjadi pertaruhan besar yang akan membentuk arah strategi militer AS di masa depan.

Meski Golden Dome menjanjikan perlindungan mutakhir, proyek ini dihadapkan pada tantangan besar, mulai dari bujet besar hingga kritik internasional. Apakah Golden Dome akan menjadi terobosan pertahanan atau sekadar mimpi ambisius seperti program ‘Star Wars’ dari mendiang Ronald Reagan, hanya waktu yang akan menjawab.

Tags: , , , , , ,


COMMENTS