
Mobitekno – Nutanix, perusahaan penyedia solusi Hyperconverged Infrastructure (HCI) dan cloud platform baru saja menggelar ajang teknologi tahunan Nutanix .NEXT On Tour Jakarta 2025 di Hotel Mulia, Senayan (19/6/2025). Ajang ini penting bagi para pemimpin TI, mitra, dan termasuk media dalam menggali solusi masa depan dalam menghadapi tantangan transformasi digital, utamanya dalam adopsi teknologi AI, hybrid multicloud, dan aplikasi cloud-native.
Nutanix .NEXT On Tour Jakarta 2025 dihadiri oleh eksekutif Nutanix, seperti Rajiv Ramaswami (CEO Nutanix), Jay Tuseth (VP & GM APJ), Faiz Shakir (VP India & ASEAN), dan Robert Kayatoe yang baru dua bulan menjabat sebagai Country Manager Nutanix di Indonesia.
Pada kesempatan yang bersamaan, Nutanix juga mengundang para jurnalis untuk berdiskusi tentang bagaimana seharusnya perusahaan di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia dapat membangun infrastruktur TI yang agile, scalable, dan AI-ready agar dapat berjalan efisien dan tetap kompetitif ke depan.


Selain AI, kawasan ini juga mengalami pergeseran signifikan menuju aplikasi cloud-native. Laporan Nutanix Enterprise Cloud Index (ECI) 2025 mencatat bahwa 80% organisasi APJ sudah mulai melakukan kontainerisasi sebagian aplikasi mereka. Untuk mendukung transformasi ini, Nutanix terus mendorong penggunaan Kubernetes dan sistem cloud yang fleksibel agar bisnis tetap inovatif namun efisien biaya.
Dalam pemaparannya, Jay Tuseth menyebut bahwa 60% organisasi di kawasan Asia Pasifik dan Jepang (APJ) telah menerapkan strategi Generative AI (GenAI). Di Asia Tenggara, adopsi AI tumbuh pesat didorong oleh strategi nasional, kebutuhan akan otomatisasi, serta permintaan pasar. Namun, tantangan besar masih mengadang, terutama dalam hal kesiapan infrastruktur IT.
“Untuk membawa AI dari tahap eksperimen ke produksi, organisasi harus punya fondasi digital yang modern dan scalable,” kata Jay. Nutanix pun menempatkan dirinya sebagai solusi strategis lewat Nutanix Cloud Platform yang dirancang mendukung operasional AI dan aplikasi lintas cloud maupun edge dengan efisien dan aman.


Robert Kayatoe juga berharap perusahaan di Indonesia dapat memanfaatkan teknologi yang disediakan Nutanix untuk memaksimalkan proses modernisasi infrastruktur TI di perusahaan mereka.
“Dengan pesatnya perkembangan data dan lain-lain yang sedemikian cepat dan besarnya, Nutanix pun ikut ingin mengantisipasi tren tersebut dengan memodernisasi IT dari sisi infrastruktur sampai ke aplikasi yang ada. Dengan solusi Nutanix yang mengusung AI, modern apps, hingga hybrid cloud dapat menjadikan pelanggan menjadi fleksibel untuk memilih platform yang mereka inginkan,” punkas Robert.
Berkaitan dengan penerapan AI atau agentic AI tersebut, Faiz Shakir, menyebutkan bahwa sebenarnya keputusan untuk menerapkannya dibuat di level tertinggi organisasi, bisa oleh dewan direksi, Chief Product Officer, CEO, atau eksekutif C-suite lainnya.
“Pertanyaannya kemudian, seberapa cepat tim TI dapat menyiapkan infrastrukturnya agar AI itu segera berjalan? Di sinilah Nutanix berperan. Kami menyediakan ‘GPT-in-a-box’, infrastruktur siap pakai yang mudah diinstal, mudah diskalakan, dan dapat ditempatkan on-premise maupun di public cloud. Tugas kami adalah mempercepat implementasi keputusan bisnis, bukan menentukan siapa pengguna AI-nya atau bagaimana kebijakan detailnya dijalankan,” pungkas Shakir.
Nutanix perkuat komitmen di Indonesia dengan solusi inovatif dan kolaborasi strategis
Dalam konteks Indonesia, Nutanix menunjukkan komitmen kuat melalui kehadiran sejak 2009 dan terus memperluas investasinya di sektor-sektor strategis. Fokusnya kini tidak hanya pada digitalisasi dasar, tetapi juga pada akselerasi AI dan aplikasi cloud-native.
Beberapa organisasi besar di Indonesia sudah merasakan manfaat nyata dari solusi Nutanix. Kementerian Dalam Negeri RI mengadopsi Nutanix Hyperconverged Infrastructure (HCI) untuk mendukung sistem e-government yang lebih responsif dan aman, menjangkau layanan publik untuk lebih dari 250 juta warga. Di sektor keuangan, Artajasa menggunakan platform ini untuk meningkatkan uptime sistem pembayaran seperti ATM Bersama, sementara Pegadaian berhasil memperkuat keamanan data dan efisiensi operasionalnya dengan solusi serupa.
Sejumlah peluncuran teknologi baru pun diumumkan pada kesempatan ini. Salah satunya, Nutanix Cloud Clusters (NC2) on Google Cloud, yang memberikan fleksibilitas tinggi bagi organisasi dalam mengelola beban kerja secara hybrid. Lalu ada Cloud Native AOS, solusi penyimpanan enterprise tanpa hypervisor, yang memperluas dukungan terhadap lingkungan Kubernetes dan bare-metal.

Cloud Native AOS merupakan teknologi yang membantu perusahaan menjalankan dan mengelola aplikasi modern (AI, big data, dan layanan online) berbasis cloud dengan lebih mudah, aman, dan efisien tanpa harus bergantung pada sistem lama (hypervisor tradisional).
Kemitraan strategis juga diperkuat, salah satunya dengan Pure Storage, untuk menyediakan solusi terintegrasi dengan performa tinggi bagi aplikasi kritikal, termasuk beban kerja AI. Selain itu, Nutanix juga merilis versi terbaru Enterprise AI yang telah terintegrasi erat dengan NVIDIA, menyederhanakan penerapan model dan layanan inferensi AI secara luas.
Nutanix juga menkankan bahwa pasar Indonesia akan terus menjadi salah satu fokus investasi dan pengembangan utama mereka. Dengan pendekatan hybrid multicloud dan kesiapan teknologi AI, Nutanix akan hadir sebagai mitra digitalisasi yang dapat menjawab kompleksitas era baru, menawarkan interoperabilitas, efisiensi, dan ketahanan sistem, baik untuk sektor publik dan swasta di di Indonesia.
Tags: .NEXT 2025, .NEXT On Tour Jakarta 2025, Cloud, Cloud Native AOS, HCI, Hyperconverged Infrastructure, nutanix, platform, robert kayatoe