Mobitekno – Palo Alto Networks, salah perusahaan dalam industri keamanan siber, baru saja membagikan prediksinya tentang apa saja ancaman keamanan siber di kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia. Perusahaan asal AS ini telah mengidentifikasi lima tren utama yang dianggap bakal membentuk lanskap keamanan siber di Asia Pasifik pada tahun ini.
Dengan memahami tren terkait keamanan siber ini, para pemimpin organisasi atau perusahaan diharapkan dapat lebih proaktif dalam melindungi aset digital di tengah transformasi digital dan meningkatnya ancaman siber yang kian canggih. Untuk menghadapi tantangan ini, perusahaan-perusahaan perlu mengadopsi pendekatan keamanan siber yang komprehensif.
Salah satu ancaman yang diangap perlu diwaspadai tahun ini dan ke depan adalah teknologi deepfake. Diambil dari kombinasi kata “deep learning” dan “fake”, deepfake merupakan teknik pembuatan konten multimedia palsu (video atau gambar) yang didukung AI yang sangat mirip dengan aslinya, sehingga sulit dibedakan.
Menurut Steven Scheurmann, Regional Vice President Palo Alto Networks ASEAN, video dan audio deepfake kini dapat dibuat dengan lebih mudah dan cepat karena didukung oleh teknologi AI generatif (Gen AI) yang kian canggih.
Scheurmann mencontohkan bagaiman kasus penipuan suara deepfake di Hong Kong tahun lalu adalah salah satu contoh yang sangat mencolok mengenai bagaimana teknologi deepfake dapat digunakan untuk melancarkan kejahatan yang sangat canggih. Seperti diketahui, pada kasus ini, seorang karyawan keuangan di perusahaan multinasional ditipu untuk mentransfer uang sebesar USD 25,6 juta (sekitar Rp 402 miliar) kepada penipu yang memanfaatkan teknologi deepfake.
Penipu menggunakan deepfake untuk menyamar sebagai kepala keuangan (CFO) dari perusahaan yang berbasis di Inggris. Mereka mengirim email yang meminta transaksi rahasia, yang awalnya membuat karyawan tersebut curiga. Namun, keraguan tersebut hilang ketika karyawan diajak ke dalam sebuah panggilan video conference.
Dalam panggilan ini, penipu menggunakan deepfake untuk menampilkan wajah dan suara yang tampak asli dari CFO dan beberapa staf lainnya, memberikan kesan bahwa semua peserta panggilan adalah orang-orang yang dikenal oleh karyawan tersebut. Dengan keyakinan bahwa permintaan tersebut datang dari manajemen perusahaan, karyawan tersebut kemudian mentransfer uang ke rekening bank yang ditunjuk oleh penipu.
Adi Rusli, Country Manager Palo Alto Networks Indonesia, juga menekankan bagaimana perlunya perusahaan di Indonesia mengantisipasi tren keamanan siber di Asia Pasifik. Menurutnya, perusahaan di Indonesia juga tidak imun seperti halnya negara-negara global dan Asia Pasifik lainnya.
Adi juga menjelaskan bagaimana perkembangan Quantum Computer juga patutu diwaspadai perusahaan. Menurutnya, meskipun masih dalam tahap pengembangan, taktik “harvest now, decrypt later” dari para pelaku kriminal siber bisa merugikan perusahaan ke depan.
“Harvest now, decrypt later” merupakan taktik yang digunakan oleh para hacker untuk mencuri data dalam jumlah besar dan menyimpannya untuk didekripsi di masa depan. Data yang dicuri ini dienkripsi menggunakan algoritma yang kuat, sehingga sulit untuk dipecahkan dengan teknologi komputer saat ini.
Komputer kuantum dirancang untuk memecahkan masalah kompleks yang jauh melampaui kemampuan komputer yang ada saat ini. Salah satu masalah yang paling menonjol adalah kemampuannya untuk memecahkan algoritma enkripsi yang sangat kuat, seperti RSA. Algoritma ini saat ini menjadi landasan keamanan siber yang melindungi data sensitif kita.
Taktik “harvest now, decrypt later” menjadi berbahaya mengingat data yang dicuri saat ini dapat didekripsi di masa depan ketika teknologi komputasi kuantum semakin maju. Oleh karena itu, Adi menekankan penting bagi perusahaan untuk mengembangkan algoritma kriptografi yang tahan terhadap serangan kuantum dan memperkuat sistem keamanan siber secara keseluruhan.
Prediksi 5 Tren Keamanan Siber Tahun 2025 di Asia Pasifik
Merangkum media briefing online (14/1/2025), Palo Alto memaparkan lima (5) prediksi di tahun 2025 terkait perkembangan kemanan siber yang perlu diwaspadai perusahaan, salah satunya adalah teknologi deepfake hingga komputasi kuantum. Menurut Palo Alto, perusahaan di mana saja berada direkomendasikan untuk selalu melakukan berbagai antisipasi keamanan ke depan. Berikut penjelasan tren tersebut.
Prediski 1: Infrastruktur siber akan berpusat pada satu unified date security platform
Untuk menghadapi kompleksitas ancaman siber yang terus meningkat, perusahaan membutuhkan solusi keamanan yang terintegrasi. Platform keamanan data terpadu memungkinkan perusahaan untuk mengelola berbagai jenis ancaman dari satu tempat, sehingga meningkatkan efisiensi dan efektivitas respons terhadap insiden keamanan.
Prediksi 2: Kontent Deepfake akan semakin populer di kawasan Asia Pasifik
Teknologi deepfake yang memungkinkan manipulasi video dan audio semakin mudah diakses karena dukungan teknologi AI, termasuk Generative AI yang semakin banyak tersedia. Hal ini berpotensi disalahgunakan untuk menyebarkan informasi palsu atau melakukan serangan phishing yang lebih efektif. Oleh karena itu, kemampuan untuk mendeteksi deepfake menjadi semakin penting.
Prediksi 3: Konten Deepfake akan semakin populer di kawasan Asia Pasifik
Perusahaan perlu mengantisipasi taktik “harvest now, decrypt later” dari para hacker. Teknologi komputasi kuantum memiliki potensi untuk memecahkan masalah proteksi keamanan berbasis kriptografi yang saat ini dianggap aman. Meskipun teknologi ini masih dalam tahap pengembangan, perusahaan perlu mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi ancaman yang mungkin muncul di masa depan.
Prediksi 4: Transparansi menjadi kunci kepercayaan konsumen di era AI
Seiring dengan semakin canggihnya teknologi kecerdasan buatan (AI), transparansi akan menjadi faktor krusial dalam membangun kepercayaan pelanggan. Perusahaan perlu menunjukkan dengan jelas bagaimana mereka menggunakan AI dalam menjaga keamanan data dan sistem mereka. Hal ini penting karena AI juga dapat dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan siber untuk melancarkan serangan yang lebih canggih.
Prediksi 5: Fokus pada integritas produk dan keamanan rantai pasokan
Serangan siber tidak hanya menargetkan sistem IT, tetapi juga dapat menyerang produk fisik. Oleh karena itu, perusahaan perlu memastikan integritas produk mereka sejak tahap produksi hingga distribusi. Selain itu, keamanan rantai pasokan juga menjadi perhatian utama karena serangan dapat terjadi pada setiap titik dalam rantai pasokan.
Tags: deepfake, keamanan siber, Palo Alto, Palo Alto Networks, Prediksi, quantum computer, tren 2025