Mobitekno – Baru-baru ini Intel menggelar AI Summit 2024 di Jakarta (30/5/2024) bertema “Bringing AI Everywhere” yang mempertemukan para pemimpin industri, vendor software independen (ISV), dan kreator konten untuk mengeksplorasi dan berdiskusi bagaimana AI dapat diintegrasikan ke berbagai aspek kehidupan dan mendorong inovasi di berbagai bidang.
Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) semakin dirasakan dampaknya sejak OpenAI memperkenalkan layanan cerdas ChatGPT untuk dapat diakses siapa saja. Keinginan untuk menghadirkan teknologi AI ke siapa saja juga menjadi keinginan rakasa semikonduktor Intel.
Strategi AI dari Intel berkomitmen pada pendekatan terbuka di mana hubungan yang mendalam dengan ekosistem pengembang sangat penting untuk mengurangi hambatan dalam pengadopsian AI dan melahirkan inovasi-inovasi bagi para pengembang dan pelanggan untuk mendorong AI yang etis, bertanggung jawab, dan benar-benar dapat diakses.
Sebagai salah satu pemain dominan di PC berarsitektur x86, Intel bisa dikatakan sedikit telat terjun berkompetisi di pasar chip berkemampuan AI dibandingkan beberapa pesaingnya. Sebut saja NVIDIA dan AMD. Nvidia bahkan sudah cukup lama menghadirkan ekosistem lengkap hardware dan software dan menuai hasil dengan lebih banyak diadopsi para developer hingga saat ini, baik di segmen enterprise hingga consumer.
Meski demikian, momen Intel untuk lebih serius dalam pengembangan chip berkemampuan AI dianggap sejalan dengan Microsoft yang baru saja mengumumkan redefinisi PC dengan istilah baru yakni AI PC, lebih tepatnya ‘Copilot+ Pcs’.
Sebagai kategori baru PC yang dirancang untuk menghadirkan pengalaman AI yang lebih baik, Copilot+ Pcs menggunakan chip khusus AI, seperti Snapdragon X Elite AI dan Snapdragon X Plus dari Qualcomm yang memungkinkan pemrosesan AI langsung di perangkat, tanpa perlu mengirim data ke cloud.
Apabila Qualcomm berfokus pada platform Windows on Arm (WoA), untuk ranah Windows berbasis x86 sudah pasti Intel lah yang sangat berkepentingan membuat fondasinya dengan menghadirkan ekosistem hardware dan software lengkap mulai dari data center, cloud, PC, hingga Edge. Dengan kata lain “Bringing AI Everywhere”.
“Di dunia di mana setiap negara dan setiap industri berlomba menuju AI, Intel adalah satu-satunya perusahaan yang punya spektrum penuh platform hardware dan software, menawarkan solusi terbuka dan modular untuk total biaya kepemilikan yang kompetitif dan time to value yang dibutuhkan oleh pelanggan untuk meraih keberhasilan di era pertumbuhan eksponensial dan AI di mana-mana,” ujar VP of the Sales and Marketing Group of Intel Southeast Asia, Australia, and New Zealand Jen Baile.
Tren AI di Indonesia
Seperti di negara lainnya, penerapan AI di Indonesia juga mulai menunjukkan perkembangan. Hal ini terlihat dari banyaknya perusahaan, lembaga, hingga organisasi yang mulai mengadopsi teknologi AI untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan menghadirkan pengalaman baru bagi pengguna.
Ada beberapa penerapan AI di Indonesia, seperti chatbots untuk layanan pelanggan dan menjawab pertanyaan umum, analisis data untuk mengetahui tren pasar, perilaku pelanggan, dan optimasi bisnis hingga pengenalan gambar dan membuat notulenis rapat seperti layanan meeting.ai.
Pada diskusi yang dipandu oleh Dr. Indrawan Nugroho, Co-Founder & CEO, Corporate Innovation Asia misalnya terungkap bagaimana startup lokal meeting.ai yang dirintis Hokiman Kurniawan berhasil menjadi layanan SaaS berbasis genAI dengan lebih dari 300 ribu pengguna di seluruh dunia. Mengandalkan 1 miliar tokens data untuk foundation modelnya sejak tahun 2017, meeting.ai telah sukses merangkul 50 klien enterprise.
Diskusi juga diikuti oleh panel lainnya, antara lain Alfian Manullang, VP of Data Solution, Telkomsel, Adhitya Baswara, VP of AI and Machine Learning, BCA, Bambang Dwi Anggono, Director of Information and Communication for Human Development and Culture, Kominfo, Brata Rafly, Head of Startup Ecosystem, AWS Indonesia, dan Fransiskus Leonardus, Director of Enterprise Business mewakili Intel Indonesia.
Solusi Intel untuk menjawab kebutuhan komputasi AI
AI Summit 2024 menjadi platform penting untuk membahas peluang dan tantangan dalam penerapan AI di Indonesia. Para panelis juga mengangkat berbagai topik, sepertim masa depan AI di Indonesia, solusi AI untuk mengatasi masalah sosial dan ekonomi, Etika dan keamanan AI, dan pengembangan talenta AI.
Ajang sehari Intel AI Summit 2024 juga menampilkan portofolio AI Intel di seluruh portofolio Edge AI Solutions, Open Scalable Solutions, dan AI Software. Termasuk prosesor mobile Intel Core Ultra, Intel Gaudi 3 AI Accelerator, dan prosesor 5th Gen Intel Xeon
Prosesor mobile Intel Core Ultra menjadi chip/prosesor pertama Intel yang dibangun di atas teknologi proses Intel 4 telah mengusung kemampuan komputasi AI yang didukun oleh CPU, GPU, dan NPU (neural processing unit). Intel mengklaim chip Core Ultra ini bukan hanya membawa kemampuan AI yang andal tapi juga paling hemat daya.
Intel Gaudi 3 AI Accelerator menghadirkan komputasi AI empat kali lipat lebih besar untuk BF16, peningkatan bandwidth memori 1,5 kali lebih besar, dan peningkatan bandwidth jaringan dua kali lipat, yang menghasilkan peningkatan sistem yang masif dibandingkan dengan pendahulunya – sebuah lompatan yang signifikan dalam hal performa dan produktivitas untuk pelatihan dan inferensi AI pada large language models (LLM) dan model multimodal yang populer.
Intel memainkan peran penting dalam mendorong kemajuan AI di Indonesia. Perusahaan ini menawarkan berbagai solusi AI, termasuk hardware, software, dan platform open-source. Pada AI Summit 2024, Intel mengumumkan beberapa produk dan teknologi AI baru, seperti Intel Movidius Myriad X: Prosesor AI berdaya rendah ini ideal untuk perangkat edge.
Ada pula Intel AI Analytics Toolkit sebagai tool untuk membantu pengembang membangun dan menerapkan model AI dengan mudah, Intel AI Builders Program yang dirancang untuk membantu startup dan pengembang AI di Indonesia.
Diferensiasi Intel dalam menghadirkan chip AI
Apabila disimak dari pemaparan singkat Dino Strkljevic selaku Regional Director, AIPC, CCG Category Sales, Asia Pacific Japan India dari Intel Corporation saat media workshop singkat, strategi Intel di chip AI tampaknya lebih berpusat pada pengintegrasian NPU yang lebih terspesialisasi untuk mendukung CPU dan GPU dalam prosesor Core Ultra mereka.
Seperti diketahui NPU dirancang khusus untuk beban kerja (workload) yang melibatkan jaringan neural, yang merupakan komponen kunci dalam banyak aplikasi AI. Fokus ini memungkinkan NPU dianggap lebih efisien untuk tugas-tugas komputasi AI dibandingkan GPU.
Bagi Intel, NPU menawarkan beberapa keuntungan. Meskipun AMD dan Nvidia menggunakan GPU yang lebih bertenaga untuk AI workload, bagi Intel mungkin tidak seefisien NPU khusus untuk beban kerja AI tertentu. Efisiensi dianggap penting untuk produk/perangkat bertenaga baterai, seperti laptop.
Dengan mengintegrasikan NPU, Intel menciptakan diferensiasi tersendiri untuk prosesor Core Ultra mereka. Strategi ini memposisikan Intel sebagai pilihan yang lebih baik bagi konsumen/pengguna yang memprioritaskan efisiensi untuk tugas-tugas AI pada laptop dan perangkat seluler lainnya.
Secara historis, Nvidia telah menjadi pemimpin dalam komputasi AI pada GPU berkat ekosistem berbasis CUDA frameworkd yang lebih matang. Intel mungkin bertujuan untuk membedakan dirinya dan berpotensi menangkap segmen pasar tertentu dengan integrasi NPU.
Pada ajang Vision 2024 bulan April 2024 lalu di Phoenix, Arizona, Intel sempat memamerkan chip laptop generasi berikutnya Lunar Lake yang disebut CEO Intel, Pat Gelsinger menawarkan performa komputasi AI lebih dari 100 TOPS (triliun operation per second). Bocorannya, peningkatan signifikan TOPS dari Lunar Lake ini dikontribusi oleh NPU sebesar 45 TOPS. Meski Pat Gelsinger tidak merinci sisa kinerja 55+ TOPS (dari total 100+) antara CPU dan GPU, namun diduga bahwa GPU menyumbang poin TOPS yang lebih besar daripada CPU.
Tags: AI PC, AI Summit 2024, AMD, Bringing AI Everywhere, chip, Copilot+ Pcs, CPU, CUDA, GPU, Intel, Intel AI Summit, NPU, NVIDIA, prosesor, x86