Mobitekno – Laporan terbaru Kaspersky State of Stalkerware 2023 mengungkap temuan yang cukup meresahkan. Laporan tersebut mengungkapkan hampir 31.000 pengguna ponsel di seluruh dunia menjadi sasaran Stalkerware. Ini berarti meningkat dari 29.312 di tahun 20222.
Namun, bukan hanya perangkat lunak penguntit saja yang disorot. Laporan Kaspersky juga menunjukkan bahwa 40% orang yang disurvei di seluruh dunia pernah atau diduga mengalami penguntitan. Di Indonesia, angka ini kemungkinan besar lebih tinggi, mengingat budaya patriarki dan stigma terhadap korban KDRT yang masih kuat.
Stalkerware adalah perangkat lunak berbahaya yang memungkinkan pelaku untuk memata-matai aktivitas korbannya melalui smartphone mereka. Pelaku dapat melihat lokasi korban, membaca pesan mereka, melihat foto dan video mereka, bahkan mendengarkan percakapan mereka. Hal ini tentu saja merupakan pelanggaran privasi yang serius dan dapat membahayakan keselamatan korban.
Menurut Kaspersky Security Network, pada tahun 2023, pengguna di Rusia (9.890), Brasil (4.186), dan India (2.492) adalah tiga negara yang paling banyak terkena dampak stalkerware. Iran masuk lima besar pada tahun sebelumnya dan tetap bertahan.
Apabila dibandingkan dengan tahun 2021, 10 negara yang terkena dampak terbesar tidak banyak berubah. Meskipun Jerman turun dari peringkat tujuh menjadi peringkat 10, Saudi Ariba (peringkat kedelapan pada tahun 2022) tidak terkena dampak paling parah tahun ini.
Di Indonesia sendiri yang menempati peringkat 6, Kaspersky mendeteksi 871 pengguna yang terkena dampak kasus ini. Ini berarti meningkat dari 269 kasus stalkerware pada tahun 2022.
Penguntitan dan kekerasan offline dan online
Spektrum pelecehan beragam, dengan lebih dari sepertiga (39%) responden di seluruh dunia melaporkan pengalaman kekerasan atau pelecehan yang dilakukan oleh pasangannya saat ini atau sebelumnya.
Di sisi lain, 12% mengaku memasang atau mengatur parameter pada ponsel pasangannya, sementara sembilan persen mengakui menekan pasangannya untuk memasang aplikasi pemantauan.
Namun demikian, gagasan memantau pasangan tanpa sepengetahuan mereka tidak disetujui oleh sebagian besar individu (54%), yang mencerminkan sentimen umum terhadap perilaku tersebut. Mengenai sikap terhadap pemantauan aktivitas online pasangannya secara konsensual, 45 persen responden menyatakan ketidaksetujuannya, dan menyoroti pentingnya hak privasi.
Sebaliknya, 27 persen mendukung transparansi penuh dalam hubungan, memandang pemantauan berdasarkan konsensus adalah hal yang tepat, sementara 12 persen menganggap pemantauan hanya dapat diterima jika kesepakatan bersama tercapai.
David Emm, pakar keamanan dan privasi data di Kaspersky menyatakan bahwa temuan ini menyoroti keseimbangan antara kedekatan sebuah hubungan dan perlindungan informasi pribadi. Sebaiknya kita meningkatkan kehati-hatian, terutama terkait data sensitif seperti kata sandi perangkat keamanan. Ketidakinginan untuk membagikan akses penting tersebut sejalan dengan prinsip keamanan siber.
Kesediaan untuk membagikan kata sandi dan foto layanan streaming menandakan adanya perubahan budaya, meskipun individu harus menyadari potensi risiko bahkan dalam berbagi informasi yang tampaknya tidak berbahaya.
“Bagi para profesional keamanan, hal ini memperkuat perlunya edukasi berkelanjutan mengenai praktik terbaik keamanan siber dan memberdayakan individu untuk membuat keputusan yang tepat mengenai berbagi informasi pribadi dalam suatu hubungan,” tambah David.
Perjuangan melawan Stalkerware membutuhkan kerjasama
Di sebagian besar negara di dunia, penggunaan perangkat lunak penguntit saat ini tidak dilarang, namun memasang aplikasi semacam itu di ponsel pintar orang lain tanpa izin adalah tindakan ilegal dan dapat ditindak. Namun yang bertanggung jawab adalah pelakunya, bukan pengembang aplikasinya.
Erica Olsen, Senior Director, Safety Net Project, National Network to End Domestic Violence (NNEDV) mengomentari laporan dengan menytakan bahwa laporan ini menyoroti prevalensi perilaku penguntitan yang dilakukan dengan teknologi dan persepsi terkait privasi dalam hubungan pasangan.
Menurutnya penggunaan perangkat penguntit atau alat apa pun untuk memantau orang lain tanpa persetujuan merupakan pelanggaran privasi dan taktik penyalahgunaan yang umum. Laporan ini menunjukkan bagaimana individu yang melakukan kekerasan menggunakan berbagai taktik pemantauan, termasuk stalkerware dan aplikasi lain yang memfasilitasi pembagian informasi pribadi.
Menurut Emma Pickering, Head of Technology-Facilitated Abuse and Economic Empowerment Team di Refuge (Organisasi kekerasan dalam rumah tangga di Inggris), statistik dalam laporan memprihatinkan tapi sayangnya tidak mengejutkan mereka. Refuge telah melihat peningkatan yang mengkhawatirkan dalam jumlah penyintas yang melaporkan kekhawatiran akan stalkerware.
Kemungkinan besar fenomena terjadi karena meningkatnya fitur stalkerware dalam aplikasi parental control yang menjadikan kemampuan untuk menguntit semakin mudah diakses. Meskipun Refuge secara aktif mencari stalkerware yang dimaksudkan untuk memantau mantan partner Anda, ada banyak bentuk stalkerware lain yang tersedia yang ditujukan untuk audiens yang tidak memahami fitur aplikasi saat mengunduhnya, atau untuk digunakan demi alasan berbahaya lainnya.
Penting juga untuk diingat bahwa kita jarang melihat segala bentuk penyalahgunaan teknologi dilakukan secara terpisah. Selain stalkerware, pelaku penyalahgunaan sering kali mengeksploitasi bentuk teknologi lain untuk menyebabkan kerugian dan kesusahan.
Sayangnya, kami menyadari bahwa bagi banyak penyintas, menerapkan kata sandi pada perangkat atau tidak berbagi perangkat dan kata sandi adalah hal yang kerap sulit dilakukan. Kami menyarankan jika ada perasaan khawatir dan tidak aman, gunakanlah perangkat yang aman saat menghubungi lembaga berwenang untuk percakapan, email, atau pencarian sensitif apa pun, tanpa ada rasa tertekan akan dipantau.”
Stalkerware pada dasarnya bukanlah masalah teknis, namun merupakan ekspresi dari masalah yang memerlukan tindakan dari seluruh lapisan masyarakat. Kaspersky tidak hanya berkomitmen aktif untuk melindungi pengguna dari ancaman ini tetapi juga menjaga dialog multilevel dengan organisasi nirlaba, dan industri, penelitian, hingga lembaga publik di seluruh dunia untuk bekerja sama dalam mencari solusi untuk mengatasi masalah ini.
Kaspersky: Perusahaan siber pertama yang hadirkan fitur peringatan adanya penguntitan digital
Pada tahun 2019, Kaspersky menjadi perusahaan keamanan siber pertama di industri yang mengembangkan peringatan dan memberti tahu pengguna secara jelas jika perangkat penguntit ditemukan di gawai mereka. Meskipun solusi Kaspersky telah menandai aplikasi-aplikasi yang berpotensi berbahaya yang bukan malware – termasuk stalkerware – selama bertahun-tahun, fungsi notifikasi baru memperingatkan pengguna akan fakta bahwa sebuah aplikasi telah ditemukan di perangkat mereka yang mungkin dapat melakukan aktivitas pemantauan.
Kaspersky bekerja sama dengan para ahli dan organisasi terkait untuk berbagi pengetahuan dan memberikan dukungan bagi para profesional dan korban. Pada tahun 2019, Kaspersky juga ikut mendirikan Coalition Against Stalkerware, sebuah kelompok kerja internasional melawan Stalkerware dan kekerasan dalam rumah tangga untuk memerangi cyberstalking dan membantu korban pelecehan online.
Melalui (lebih dari 40 organisasi), para stakeholder dapat berbagi keahlian dan bekerja sama untuk memecahkan masalah kekerasan online. Selain itu, situs web Koalisi, yang tersedia dalam tujuh bahasa berbeda, memberikan bantuan dan panduan kepada para korban jika mereka mencurigai adanya perangkat penguntit di gawai mereka.
Tags: kaspersky, Kaspersky Security Network, Kaspersky State of Stalkerware 2023, Keamanan, penguntitan digital, Sekuriti, siber, stalkerware