Mobitekno – Palo Alto Networks, perusahaan pemimpin di bidang keamanan siber global, baru-baru ini merilis laporan terbaru mereka, State of Cybersecurity ASEAN 2023. Laporan ini membahas temuan-temuan utama seputar keamanan siber di kawasan ASEAN, dengan fokus khusus pada Indonesia. Dalam laporan ini, sejumlah temuan menarik mengungkapkan lanskap keamanan siber di Indonesia.
Salah satu temuan utama adalah bahwa sekitar 93% organisasi di Indonesia merasa cukup yakin dengan langkah-langkah keamanan siber yang telah mereka terapkan saat ini. Angka ini merupakan yang tertinggi di seluruh kawasan Asia Pasifik.
Meskipun tingkat keyakinan ini tinggi, sekitar 60% perusahaan yang disurvei mengaku bahwa mereka masih menghadapi risiko yang cukup besar dari ancaman siber yang terus berkembang.
Adi Rusli, Country Manager, Palo Alto Networks Indonesia, menjelaskan bahwa pelaku kejahatan siber terus mengembangkan strategi penyerangan mereka, sementara sejumlah besar UKM masih menganggap keamanan siber sebagai suatu tindakan yang bersifat jangka pendek. Hal ini menjadi alasan bagi mayoritas pelaku UKM tidak memperbarui kemampuan keamanan mereka untuk mengimbangi serangan kejahatan siber.
“Banyak UKM di ASEAN, termasuk Indonesia, yang berperan penting untuk menopang perekonomian negara. Sehingga, sangatlah penting bagi mereka untuk senantiasa memperbarui kemampuan sistem keamanannya, diiringi dengan strategi penanggulangan insiden yang dapat ditindaklanjuti, sebagai langkah awal untuk memperbaiki strategi keamanan. Selain itu, fokus yang lebih besar terhadap otomatisasi proses keamanan siber yang sudah dijalankan juga sangat penting untuk memupuk ketangguhan dan tingkat keyakinan untuk menghadapi serangan siber,” ungkap Adi.
Palo Alto Networks Identifikasi Tantangan Keamanan SIber
Palo Alto Networks juga mengidentifikasi tiga tantangan keamanan siber utama yang dihadapi perusahaan di Indonesia. Pertama, ada peningkatan aktivitas transaksi digital yang melibatkan pihak ketiga, mencapai 58%. Kedua, terdapat ancaman dari perangkat IoT yang tidak terpantau, yang menjadi perhatian sebanyak 49% dari perusahaan yang disurvei. Ketiga, ketergantungan pada layanan dan aplikasi berbasis cloud, yang menjadi tantangan bagi 48% perusahaan.
Laporan tersebut juga mencatat bahwa bisnis dengan skala besar menghadapi peningkatan risiko dari perangkat IoT yang tidak aman dan penggunaan layanan berbasis cloud yang semakin meningkat.
Kabar baiknya adalah bahwa keamanan siber masih tetap menjadi prioritas utama bagi perusahaan di Indonesia. Lebih dari 53% perusahaan menyatakan bahwa keamanan siber menjadi topik yang sering dibahas di tingkat dewan direksi setiap kuartal. Hal ini menjadikan Indonesia berada di peringkat kedua tertinggi di ASEAN dalam hal keamanan siber sebagai agenda utama dewan direksi.
Selain itu, sebanyak 63% organisasi di Indonesia berencana untuk meningkatkan anggaran mereka yang dialokasikan untuk keamanan siber pada tahun 2023. Bahkan, 30% di antaranya berencana untuk meningkatkan anggaran hingga lebih dari 50%. Ini menunjukkan tren positif dalam upaya meningkatkan kemampuan menghadapi ancaman keamanan siber.
Salah satu faktor utama yang mendorong peningkatan anggaran ini adalah digitalisasi, dengan 75% perusahaan mengalokasikan anggaran mereka di sektor tersebut. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai yang tertinggi di kawasan Asia Pasifik dalam hal alokasi anggaran untuk keamanan siber.
Dalam konteks global yang semakin terhubung dan kompleks, keamanan siber menjadi aspek krusial dalam menjaga bisnis dan data sensitif. Temuan-temuan dari laporan “State of Cybersecurity ASEAN 2023” menunjukkan bahwa perusahaan di Indonesia memiliki tingkat keyakinan yang tinggi dalam langkah-langkah keamanan siber mereka. Namun, tantangan-tantangan yang dihadapi juga tidak bisa diabaikan.
Steven Scheurmann, Regional Vice President untuk ASEAN di Palo Alto Networks, mengatakan, “Keyakinan para perusahaan terhadap langkah-langkah pertahanan keamanan siber yang mereka lakukan menunjukkan bahwa perusahaan telah dan akan terus ketahanan terhadap berbagai macam ancaman siber yang semakin berkembang. Di sisi lain, keyakinan tersebut perlu disertai dengan kewaspadaan. Pendekatan proaktif terhadap keamanan siber sangatlah dibutuhkan saat ini, sehingga membutuhkan peran aktif dari semua pihak di dalam organisasi,”
Sebagai langkah proaktif, integrasi kecerdasan buatan (AI) menjadi tren yang semakin diadopsi oleh perusahaan di Indonesia. Dalam laporan ini, 70% perusahaan di Indonesia mempertimbangkan untuk mengintegrasikan AI dalam strategi keamanan siber mereka. Hal ini mencerminkan kesadaran akan pentingnya berinovasi dalam menghadapi ancaman siber yang terus berkembang.
Dengan meningkatnya komitmen dan anggaran untuk keamanan siber, Indonesia memiliki potensi untuk terus memperkuat pertahanan sibernya dan menjadi contoh dalam menghadapi tantangan keamanan siber di masa depan. Kesadaran akan pentingnya keamanan siber harus diterjemahkan menjadi tindakan nyata, dan kerjasama antar sektor juga menjadi kunci dalam mengatasi ancaman siber secara efektif.
Tags: Cybersecurity, keamanan siber, Palo Alto Networks