Mobitekno – BRIN menyatakan dukungannya terhadap langkah PLN Indonesia Power (PLN IP) untuk mengkaji teknologi Small Modular Reactor (SMR) dari NuScale untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di provinsi Kalimantan Barat.
Indonesia sudah berkomitmen untuk mencapai target net zero emission pada tahun 2060 agar emisi CO2 dapat menurun signifikan sekaligus tetap mendukung pembangunan ekonomi ke depan. Komitmen ini memerlukan dukungan di sektor energi.
Meskipun bukan energi terbarukan, reaktor nuklir menjadi salah satu pertimbangan sumber energi listrik yang layak dipilih karena tergolong bersih dan efisien. PLTN tidak menghasilkan emisi karbon penyebab efek gas rumah kaca yang dianggap biang keladi pemanasan global dan perubahan iklim.
Reaktor nuklir SMR NuScale dinilai cukup teruji
Teknologi SMR dianggap lebih menarik dari PLTN konvensional karena membawa beberapa keunggulan, seperti lebih kecil, aman, terjangkau, dan modular sehingga fleksibel untuk diaplikasikan ke banyak industri.
Salah satu vendor yang mengembangkan PLTN daya kecil adalah NuScale dari Amerika Serikat. Berkantor pusat di Portland Oregon, NuScale memiliki desain reaktor SMR bernama VOYGR sebagai reaktor SMR modular pertama dan satu-satunya yang telah menerima sertifikat persetujuan desain dari U.S. Nuclear Regulatory Commission (US NRC).
Desain NuScale Power Module didasarkan pada teknologi reaktor berpendingin air bertekanan (PWR) yang sudah teruji (proven), dan telah dikembangkan untuk memasok energi untuk pembangkit listrik, pemanasan distrik, desalinasi, produksi hidrogen skala komersial, dan aplikasi panas proses lainnya.
Kajian SMR dengan PLN IP berbasis pada seri VOYGR-6, yaitu modul reaktor dengan masing-masing modul setara dengan kapasitas 77 Mwe (Megawatt electric).
Terapkan teknologi SMR, NuScale gandeng BRIN dan PLN
Bersama-sama BRIN dan PLN IP Mereka ingin memperkenalkan reaktor SMR dari NuScale, yang utamanya adalah bersama-sama BRIN dan PLN IP mencoba diterapkan di Kalimantan Barat,”
Menurut Kepala Organisasi Riset Teknologi Nuklir (ORTN) BRIN, Rohadi Awaludin, pihak NuScale ingin menggandeng BRIN dan PLN IP untuk memperkenalkan reaktor SMR di Indonesia, khususnya di Kalimantan Barat.
Pada acara Kick off Meeting Technical and Economic Assessment SMR NuScale di Hotel Mercure Jakarta, Rohadi menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan kajian awal atau tekno ekonomis statis untuk menerapkan teknologi SMR NuScale di Kalimantan Barat. Beberapa pemerintah daerah juga ikut menawarkan daerahnya untuk mengembangan PLTN.
Menurutnya, teknologi SMR NuScale cukup bagus, meskipun masih merupakan teknologi baru. Desainnya reaktor SMR NuScale skala 50 MWe telah disertifikasi oleh US Nuclear Regulatory Commission (NRC) pada Januari 2023 lalu.
Jadi PLTN SMR pertama Indonesia
SMR NuScale ini nantinya merupakan PLTN komersial dan PLN IP yang nantinya akan berada di depan. BRIN lebih kepada mendukung saja, karena kalau sudah menjadi komersial, maka yang di depan adalah badan usaha.
Diharapkan dengan mengikuti kajian teknologi SMR NuScale ini, Indonesia mempunyai pengalaman dan dapat memperkuat SDMnya. Dalam hal ini BRIN akan mendapatkan informasi yang lebih lengkap terkait dengan SMR ini, langsung dari produsen atau pengembangnya.
Teknologi SMR NuScale ini sebenarnya modular, yaitu ada beberapa modul tergantung kebutuhan dan dapat dikembangkan secara bertahap. Keunggulan sistem modul ini adalah instalasi yang lebih cepat, biaya investasi yang lebih rendah serta fleksibilitas operasi dan pemeliharaannya. Rencananya akan ditawarkan untuk dibangun dengan kapasitas 462 MWe, sehingga dibutuhkan 6 modul, dimana satu paket modul kapasitasnya sebesar 77 MWe.
Tetapi sebenarnya masih dimungkinkan jika hanya ingin dibangun beberapa modul saja, misalnya 1 atau 2 modul serta dapat ditambahkan dan diatur sesuai dengan kebutuhan. Makanya salah satu kelebihan dari reaktor jenis ini adalah bisa diatur sesuai dengan kebutuhan, modularnya itu mau berapa modul.
“Jadi sebenarnya ini modular, modular itu ada beberapa modul tergantung kebutuhan kita sebenarnya. Ini kan satu paketnya 77 MWe, kalau 462 MWe berarti itu sekitar 6 Modul, untuk yang kasus ini tadi disebutkan 6 Modul. Tapi sebenarnya masih memungkinkan modul ini diatur, misalnya 1 modul 77 MWe, kalau 2 modul berapa, dan seterusnya, tergantung kebutuhannya,” jelas Rohadi.
Secara garis besar, dari sisi ekonomi, listrik yang dihasilkan PLTN jenis SMR ini akan sedikit lebih mahal dibanding dengan PLTN besar. Tetapi karena skala kecil, jika dibandingkan dengan pembangkit listrik berbahan bakar diesel (BBM), harganya jelas akan kompetitif. Tetapi kalau dibanding dengan batubara, memang batubara lebih murah.
Namun di sisi lain, karena Indonesia berkomitmen untuk net zero emission, sehingga itu juga menjadi satu keunggulan dari SMR ini. Jika kita mempunyai keinginan untuk mengurangi pelepasan karbon, tentu ini adalah sebuah solusi untuk mengurangi emisi gas karbondioksida.
Tags: BRIN, NuScale, PLN, PLN Indonesia Power, PLTN, reaktor nuklir, SMR