Mobitekno – Sudah menjadi budaya masyarakat Indonesia, dimana pada saat Idul Fitri, selalu tersaji hidangan-hidangan yang lezat untuk menjamu saudara saat bersilaturahmi. Ketupat, Opor, dan makanan bersantan sangat identik dengan sajian di hari raya. Tentu saja hidangan tersebut sangat menggugah selera, setelah satu bulan berpuasa.
Namun sayangnya, ada bahaya mengincar dari balik hidangan-hidangan lezat tersebut, karena adanya unsur tinggi kalori, kolesterol, gula, garam, dan mengandung banyak lemak. Jika tidak bijak dalam menyantapnya, risiko hipertensi dan diabetes bisa mengincar tubuh mereka. Apalagi hal ini tidak peduli terhadap usia. Baik muda maupun usia lanjut, risiko ini tetap ada.
“Dampaknya adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi. Ini akan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan penyakit yang terkait,” kata Tomoaki Watanabe, Direktur OMRON Healthcare Indonesia. “Karena itu kami menyarankan Anda untuk rutin memeriksa tekanan darah secara mandiri, khususnya pada saat Hari Raya ketika Anda kesulitan untuk mengendalikan keinginan untuk menikmati makanan yang mengandung garam, gula, dan lemak yang tinggi.”
Menurut penelitian Ilona L dan rekan pada tahun 2017, faktanya terjadi kenaikan asupan energi total pada hari raya Idul Fitri, 1 minggu, 2 minggu, dan 3 minggu setelah hari raya, dibandingkan dengan akhir puasa ramadan. Peningkatan ini terutama berasal dari asupan lemak.
“Dari data sebuah rumah sakit tipe B di Jakarta Barat pada 2019, ternyata trennya selama lima hari setelah hari raya, kunjungan pasien rawat jalan cukup meningkat. Dan jenis penyakit yang meningkat pasca Idul Fitri adalah Diabetes dan Hipertensi,” kata dr Juwalita Surapsari, M.Gizi SpGK.
Sejak lama, hipertensi sendiri telah menjadi momok masalah kesehatan pasca hari raya Idul Fitri. Menurut WHO, prevalensi hipertensi diperkirakan mencapai anga 1,28 miliar untuk rentang usia 30-79 tahun. di Indonesia, prevalensi hipertensi untuk perempuan usia 30-79 tahun meningkat 12 persen dari 32,4 persen pada 1990 menjadi 44,5 persen pada 2019. Demikian juga laki-laki pada kelompok usia sama juga meningkat dari 28,7 persen ke 35,9 persen. Studi Non-Communicable Disease Risk Factor Collaboration (NCD-RisC) yang diterbitkan di jurnal The Lancet pada Agustus 2021 ini menganalisa data dari 1.200 studi nasional di seluruh dunia untuk menemukan perubahan dalam prevalensi hipertensi pada kurun waktu 1990-2019 itu. Oleh sebab itu, masyarakat tidak boleh meremehkan masalah ini.
Tips Hindari Hipertensi pasca Idul Fitri
Mengingat kasus hipertensi sering meningkat saat Idul Fitri dan beberapa hari setelahnya, Dokter spesialis gizi, dr Juwalita Surapsari pun memberikan beberapa tips untuk masyarakat. Tips ini diharapkan dapat mencegah kasus hiperensi meningkat pada masyarakat. Tips tersebut adalah:
- Perbanyak asupan buah dan makanan berserat.
- Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi seperti gorengan dan daging merah yang dimasak terlalu lama.
- Pilih makanan dengan kandungan Omega-3 tinggi seperti ikan, telur, kacang kenari, dan biji chia.
- Jika tidak bisa dihindari, maka kurangi makanan berkolesterol tinggi dengan memakan hanya satu saja hidangan jenis ini. Misalnya hanya makan opor ayam di hari pertama Lebaran, tanpa semur daging, dan rendang di satu hari yang sama.
- Makan dengan piring kecil. Piring kecil tentunya memuat lebih sedikit makanan dibanding piring besar, sehingga porsi makanan yang kita makan tidak terlalu banyak. Piring kecil juga menimbulkan ilusi bahwa kita sudah memakan satu piring penuh, sehingga mencegah kita untuk makan secara berlebihan.
- Hindari atau kurangi makanan manis berkalori tinggi seperti aneka kue yang mengandung banyak gula, tepung dan mentega.
- Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung serat larut seperti wortel, ubi, alpukat, brokoli, lobak, apel, dan kacang merah.
“Selain itu tak lupa berolahragalah secara teratur. Lakukan minimal 30 menit sehari, tiga sampai lima kali seminggu. Serta hentikan juga kebiasaan merokok dan monitor tekanan darah Anda secara teratur,” kata Dr. Juwalita Surapsari.
Cek Kesehatan Mandiri
Pemeriksaan mandiri juga sangat dianjurkan agar masyarakat bisa memantau kesehatannya setiap saat. Sehingga, mereka bisa terhindar risiko hipertensi atau diabetes yang fatal. Salah satunya adalah dengan memonitor tekanan darah secara berkala, baik pagi hari dan malam hari menjelang tidur. . Tekanan darah yang normal menunjukkan bahwa suplai darah yang berisi oksigen dan makanan ke seluruh organ tubuh terjaga dengan baik. Jika hasil pengukuran menunjukkan hal yang tidak normal, maka kita bisa berkonsultasi dengan dokter. Dengan memanfaatkan catatan pengukuran tekanan darah yang dilakukan secara berkala, dokter akan lebih mudah dalam melakukan diagnosa sehingga penanganan yang dilakukan dapat lebih presisi.
“Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara mandiri menggunakan OMRON Blood Pressure Monitor yang sudah diakui dan dipercaya oleh dokter-dokter di Indonesia. OMRON juga berinvestasi pada inovasi teknologi seperti InteliWrap Cuff dan Bluetooth Connection with aplikasi Omron Connect, sehingga setiap orang bisa memonitor tekanan darah secara mandiri dengan lebih nyaman dan menginformasikan kepada dokter mereka secara real time untuk mendapatkan lebih banyak informasi dan keputusan yang lebih baik,” kata Herry Hendrayadi, Marketing Manager, OMRON Healthcare Indonesia.
Salah satu produk pengukur tekanan darah yang cukup pintar adalah OMRON HEM-7361T. Produk ini sudah menggunakan aplikasi OMRON Connect. Dengan begitu, melalui koneksi bluetooth, data hasil pengukuran bisa disinkronkan ke aplikasi sehingga riwayat kesehatan bisa ditampilkan dengan detail.
Tags: Omron, OMRON Connect, OMRON Healthcare, Produk Kesehatan OMRON