Mobitekno – Transformasi digital tampaknya bergerak hampir di semua lini industri, termasuk perbankan. Hingga saat ini, transformasi digital pada perbankan membuat banyak perubahan, mulai dari sistem pembayaran, transfer, hingga pembuatan akun nasabah. Memang, adanya pandemi ini turut mempercepat akselerasi penggunaan digital di berbagai sektor industri. Dan, berbagai industri, termasuk perbankan pun mengalami disrupsi dari berbagai sisi. Banyaknya disrupsi inilah yang juga ditemukan oleh survei Entrust, perusahaan yang bergerak dalam hal trusted identity. Survei tersebut mengungkapkan bagaimana disrupsi ini telah berdampak terhadap sentimen, preferensi dan kebiasaan nasabah. Inilah yang tergambar dari riset Entrust yang berjudul “The Great Payments Disruption”. Enturst menyampaikan ini dalam sebuah acara online bersama media pada Selasa, 15 Maret 2022.
“Penelitian ini menyoroti bahwa jauh dari sebelumnya, nasabah perbankan mendahulukan interaksi digital dan kemudian menciptakan pengalaman digital dengan keamanan sebagai fondasinya,” ucap Angus McDougall, Regional Vice President, Asia Pacific & Japan, Entrust.
“Penelitian kami mendapati bahwa ada preferensi sangat kuat untuk memilih perbankan online dan kekhawatiran yang signifikan mengenai penipuan – bahkan, lebih dari dua pertiga nasabah yang terlibat dalam survei kami pindah ke bank atau credit union lain setelah menerima peringatan mengenai terjadinya penipuan atau kebocoran privasi. Jelaslah bahwa lembaga keuangan harus memperkaya pengalaman digital dengan keamanan yang sudah terbukti, seperti solusi keamanan biometrik untuk meningkatkan kepercayaan dan loyalitas nasabah mereka,” lanjut McDougall.
Lanskap Perbankan Baru
Tiap bagian dari penelitian ini mempertimbangkan aspek berbeda dari transisi dalam industri perbankan dan pembayaran karena opsi more digital dan contactless tersedia bagi nasabah. Berikut adalah beberapa temuan penting dari setiap bagian:
Touchpoint yang omnichannel (berbagai pilihan saluran transaksi) menjadi semakin penting dalam perbankan digital
Sebanyak 80 persen responden dari Indonesia mengatakan mereka lebih memilih untuk melakukan aktivitas perbankan secara online dalam berbagai bentuknya, ini adalah bukti yang jelas bahwa perbankan digital adalah sebuah kenormalan baru. Akan tetapi, sangat penting untuk tetap menyediakan berbagai opsi digital, karena 71 persen mengatakan mereka lebih memilih menggunakan aplikasi dari bank atau credit union, sementara 9 persen memilih menggunakan web browser di desktop. Beberapa orang tetap memilih melakukan kegiatan perbankan langsung seperti di cabang (9 persen) atau di interactive teller machine (6 persen). Secara keseluruhan, ini sejalan dengan tren global dan sangat penting bagi bank untuk menawarkan solusi yang omnichannel (berbagai pilihan saluran transaksi) dan digital-first (transaksi digital yang didahulukan), untuk beresonansi dengan nasabah saat ini.
Nasabah sadar akan pentingnya keamanan dan kurangnya keamanan memberikan konsekuensi yang merugikan:
Sebanyak 83 persen responden dari Indonesia mengatakan mereka khawatir dengan kemungkinan penipuan bank atau kredit, karena perbankan dan kredit semakin digital. Banyak responden memiliki pengalaman pribadi dengan risiko penipuan, dengan 70 persen mengatakan mereka pernah menerima pemberitahuan mengenai penipuan perbankan pribadi atau kredit dalam 12 bulan terakhir. Insiden ini jelas merusak loyalitas nasabah, karena 63 persen dari responden yang menerima pemberitahuan penipuan akhirnya pindah ke bank atau credit union yang lain.
Struktur biaya dan opsi pembayaran yang fleksibel memberikan keunggulan bagi bank:
Nasabah kemungkinan besar lebih mempertimbangkan biaya yang lebih rendah, solusi digital dan keamanan saat berpindah ke bank yang lain. Dengan nasabah yang mencari layanan perbankan berkualitas tinggi serta berbiaya rendah, challenger bank bisa menambah disrupsi yang sudah ada dengan menawarkan fasilitas seperti overdraft protection gratis, dan penukaran mata uang asing tak terbatas. Ada daya tarik meluas di atmosfer perbankan digital, dengan 75 persen responden dari Indonesia mengatakan mereka akan mempertimbangkan layanan perbankan online yang branchless. Selain itu challenger bank menawarkan cara pembayaran yang baru, dan 66 persen responden mengatakan mereka akan mempertimbangkan menggunakan mata uang digital untuk pembayaran.
Dompet digital terdepan dalam kenaikan pembayaran contactless:
Responden dari Indonesia menyebutkan e-wallet/crypto wallets/dompet digital prabayar (65 persen) sebagai metode pembayaran yang paling disukai dan di posisi kedua adalah kartu kredit/kartu debit dengan chip (43 persen). Mengingat 67 persen responden mengindikasikan preferensi mereka untuk membuka akun bank secara digital, penerbitan kartu dengan cepat dan kartu digital bisa menjadi selling point yang efektif.
Entrust melakukan survei kepada 1.350 nasabah di sembilan negara, yaitu Indonesia, Australia, Kanada, Jerman, Arab Saudi, Singapura, Uni Emirat Arab, Inggris, dan Amerika Serikat, yang telah melakukan atau menerima pembayaran digital dalam 12 bulan terakhir. Hasil survei ini membantu memberikan gambaran di mana posisi industri perbankan di tahun 2022 dan bagaimana masa depan seiring dengan berlanjutnya The Great Payments Disruption.
Tags: Entrust, Perbankan Digital, Survei Entrust, The Great Payments Disruption