Mobitekno – Adanya pandemi Covid-19 yang berjalan lebih dari dua tahun membuat langkah transformasi digital banyak perusahaan menjadi lebih dipercepat. Oleh sebab itu, kebutuhan layanan Network -As-A-Services (NaaS)semakin banyak, bahkan telah dibicarakan lebih dari 93% perusahaan di kawasan Asia pasifik dan Jepang. Inilah hasil yang diperoleh dari survei Aruba, perusahaan Hewlett Packard Enterprisebaru-baru ini.
Hasil survei juga menggambarkan bahwa perusahaan mempercayakan 50% dari implementasi jaringan, operasional, dan manajemen life cycle kepada pihak ketiga secara berlangganan. Inilah yang membuat layanan NaaS menjadi konsep yang banyak dibicarakan perusahaan, terutama di kawasan Asia Pasifik dan Jepang.
“Kita tahu bahwa NaaS bisa memberikan fleksibilitas besar yang dibutuhkan oleh banyak perusahaan pada saat pemulihan dan selanjutnya, serta memecahkan berbagai masalah, mulai dari masalah keamanan dan skalabilitas, hingga penghematan yang signifikan. Meski sebagian besar perusahaan sudah tahu manfaat NaaS, ada kesenjangan edukasi tentang viabilitas NaaS. Dengan demikian, kita harus fokus untuk menjembatani kesenjangan ini sehingga perusahaan-perusahaan bisa meraih potensi NaaS sepenuhnya,” ujar Justin Chiah, Senior Director, South East Asia, Taiwan, and Hong Kong (SEATH) di Aruba, perusahaan Hewlett Packard Enterprise.
Salah satu alasan mengapa layanan ini semakin populer, hal ini tidak lepas dari efisiensi. Efisiensi keuangan adalah salah satu keuntungan yang diharapkan banyak perusahaan. Lebih dari empat dari lima (82%) responden berharap bahwa NaaS dapat membantu mengurangi biaya operasional, dan 51% berpikir bisa beralih dari CapEx ke OpEx.
Sementara Lebih dari tiga perempat (77%) perusahaan di Asia Pasifik dan Jepang setuju bahwa fleksibilitas untuk meningkatkan kapasitas jaringan sesuai kebutuhan bisnis sangat penting bagi mereka, dan 84% merasa itu berpotensi mengubah cara mereka mengelola aktivitas bisnis. Bahkan, sebanyak 71% yakin bahwa fleksibilitas itu akan memberikan mereka lebih banyak waktu untuk menciptakan inovasi-inovasi dan inisiatif-inisiatif yang strategis.
Sementara itu, mayoritas (92%) setuju bahwa jika pusat operasional bisa membantu mereka mengelola jaringan selama 24 jam, itu sangat menarik. Sangat penting untuk dicatat bahwa 50% responden berharap NaaS bisa membantu mereka mengurangi jumlah staf TI, alih-alih meyakini bahwa NaaS justru akan memberikan lebih banyak waktu kepada tim untuk menciptakan inovasi dan inisiatif-inisiatif strategis (71%).
Hasil survei juga menemukan adanya hambatan dalam penerapan layanan ini. Sejumlah hambatan yang ditemukan dala survei Aruba ini adalah kurangnya pemahaman yang menyeluruh mengenai NaaS. Meskipun 100% pemimpin teknologi mengatakan sudah familiar dengan istilah NaaS, hanya 67% yang mengklaim benar-benar memahami arti sebenarnya dari NaaS.
Meski sebagian besar perusahaan yang membicarakan mengenai NaaS mengerti apa arti NaaS (68%), adanya kesenjangan edukasi masih terlihat dalam persepsi mengenai daya saing NaaS. Hanya 27% dari para pemimpin teknologi yang melihat NaaS sebagai solusi yang mapan dan memiliki viabilitas. Sisanya antara menganggap NaaS sebagai sebuah konsep untuk mencari market (40%) atau sebagai awalan belaka (33%).
“Di saat kita bangkit dari pandemi, kebutuhan akan kelincahan dan fleksibilitas dalam kepemilikan dan operasional jaringan menjadi sangat besar,” tutup Justin.
Tags: Aruba, Hewlett Packard Enterprise