Mobitekno – 5G bisa disebut sebagai salah satu perkembangan teknologi jaringan terbesar dalam satu dekade. Tidak mengherankan hal tersebut kerap dibahas pada tingkat industri atau dari perspektif teknis. Diketahui, 5G telah mulai memasuki pasar sekitar akhir tahun 2018 dan akan terus berkembang di seluruh dunia.
Selain peningkatan kecepatan, teknologi ini diharapkan dapat membuat ekosistem 5G IoT (Internet of Things) yang masif dimana jaringan dapat melayani kebutuhan komunikasi untuk miliaran perangkat yang terhubung, dengan keseimbangan yang tepat antara kecepatan, latensi, dan biaya.
Memang, dibandingkan dengan 4G manfaat utama teknologi 5G mencakup peningkatan bandwidth, latensi lebih rendah, keandalan jaringan, kepadatan koneksi, dan keamanan. Ironisnya, kesadaran konsumen terkait 5G yang tinggi masih belum terakomodasi dengan pengembangan yang jauh dari kata memadai. Sementara perusahaan telekomunikasi mesti menyoroti bagaimana 5G dapat mendukung penawaran layanan bisnis baru.
Di samping itu, perusahaan telekomunikasi juga perlu mengomunikasikan manfaat lain dari 5G, seperti praktik penggunaan, model bisnis, dan membuka peluang dengan lebih baik.
Setidaknya muncul sejumlah diskusi tentang potensi manfaat 5G bagi konsumen sehari-hari. Di bawah ini merupakan dua manfaat besar teknologi 5G, baik untuk bisnis maupun konsumen dalam jangka waktu satu atau dua tahun ke depan.
Konektivitas Lebih Andal
Jaringan 5G memiliki kapasitas yang dapat meningkatkan kecepatan unduh hingga 20 kali lipat (dari 200 Mbps (4G) menjadi 10 Gbps (5G)) dan mengurangi latensi (waktu respons antar perangkat). Kecepatan ini akan memaksimalkan pengalaman menjelajah yang sangat baik.
Banyak konsumen juga telah menyadari bahwa 5G akan menyajikan kecepatan akses internet. Anggapan seperti itu sah-sah saja mengingat migrasi dari 3G ke 4G, dan kini 5G selalu menyuguhkan pengalaman koneksi yang lebih konsisten dan efisien. Sebagai contoh, pengguna seluler yang terbiasa menggunakan 4G saat ini menemukan dirinya menggunakan 3G, dalam benaknya pasti berkeluh kesah dengan internet yang lamban.
Kecepatan memang akan meningkat dengan 5G, akan tetapi manfaat utama sebenarnya ada pada hubungannya dengan bandwidth. Maksudnya, akan lebih banyak perangkat yang dapat ‘berjalan’ di jaringan yang sama, dan menangani lebih banyak data dan fungsi tanpa menghambat satu dengan lainnya. Ini akan bisa dilihat di daerah ramai –terutama perkotaan—dan mengarah pada konsistensi konektivitas yang belum pernah ada sebelumnya.
Hal tersebut juga diharapkan bisa merevolusi bidang-bidang seperti kedokteran (operasi jarak jauh, misalnya), dan manajemen lalu lintas dan kendaraan otonom, serta implementasinya di sektor konstruksi untuk mengoptimalkan sumber daya dan mengurangi risiko.
“Secara umum orientasi 5G dengan 4G berbeda. Teknologi 4G lebih berfokus pada manusia, sedangkan 5G fokus pada manusia dan mesin. Sebagai gambaran, jaringan 4G memiliki latensi sekitar 100 milidetik. Bagi segmen ritel atau manusia, latensi setinggi itu tidak dibutuhkan. Kecepatan dan kestabilan jaringan adalah hal yang paling penting,” ujar VP Internet of Things Telkomsel Alfian Manullang dalam acara virtual beberapa waktu lalu.
Sementara itu, bagi manufaktur, Alfian menambahkan, latensi setinggi itu –sebesar 100 milidetik– berisiko membuat produksi menjadi rusak dan berantakan. Automasi di pabrik pun kini masih menggunakan kabel karena jaringan seluler latensinya masih terlalu tinggi. Padahal, dengan kabel, gerak robot di manufaktur terbatas.
“5G dapat menjadi jawaban atas kebutuhan tersebut. 5G memiliki karakteristik latensi di bawah 1 miliidetik. Pencapaian tersebut memungkinkan 5G mengerjakan misi-misi penting seperti automasi manufaktur hingga operasi jarak jauh,” jelasnya.
Tidak hanya itu, di saat 4G hanya dapat mendukung operasi ratusan ribu sensor, 5G dapat mendukung operasi jutaan sensor dalam jarak 1 kilometer persegi. Pencapaian itu membuat perusahaan dapat berhemat hingga 50 persen tergantung dari kondisi manufaktur.
Implementasi teknologi 5G IoT dari Telkomsel terbukti mampu meningkatkan produktivitas, efisiensi, hingga efektivitas sebuah manufaktur. Schneider Electric menjadi salah satu mitra manufaktur yang telah menggunakan solusi 5G IoT Telkomsel. Schneider menjalankan beberapa program pemanfaatan 5G di industri mulai dari virtual tour, EcoStruxure™ Augmented Operator Advisor dan EcoStruxure™ Machine Advisor.
Telkomsel juga menyediakan berbagai solusi IoT bagi segmen enterprise di berbagai sektor bisnis dan pemerintahan, termasuk mengembangkan potensi penerapan teknologi terkini seperti 5G untuk mendukung sektor industri.
Mungkin banyak dari kita yang bertanya, apa sih yang bikin 5G lebih cepat? Melansir laman ThalesGroup, dari prinsip komunikasi, semakin pendek frekuensinya, maka semakin besar bandwidth-nya. Artinya, penggunaan frekuensi yang lebih pendek (gelombang milimeter antara 30GHz dan 300GHz) untuk jaringan 5G adalah alasan mengapa 5G bisa lebih cepat.
Spektrum 5G pita tinggi ini memberikan peningkatan yang diharapkan tidak hanya dalam kecepatan, tetapi juga dalam kapasitas, latensi rendah, dan kualitas. Teknologi 5G menawarkan tingkat latensi yang sangat rendah (jeda antara pengiriman dan penerimaan informasi). Dari 200 milidetik untuk 4G, turun ke 1 milidetik (1 ms) dengan 5G.
Pengalaman IoT/Gaya Hidup Lebih Baik
Jaringan 5G sangat menjanjikan kemungkinan memiliki lingkungan hyper-interconnected yang memiliki tujuan pada penerapan ‘kota pintar’ alias Smart City. Kinerja yang benar dari dinamika ini akan bergantung pada bandwidth 5G dan Internet of Things (IoT).
Selain itu, teknologi 5G diprediksikan akan menghadirkan pengalaman video yang lebih baik dan menyenangkan bagi konsumen, namun tidak semua manfaat hadir tanpa konsekuensi. Survei dari OpenSignal pada tahun 2020 yang dipublikasikan Light Reading, menunjukkan bahwa teknologi 5G berdampak pada peningkatan konsumsi data seluler sebesar 2.7 kali lipat dibanding pengguna 4G sebelumnya.
Hal ini disebabkan pengguna 5G menikmati kecepatan koneksi beberapa kali lipat lebih cepat dibandingkan koneksi 4G. Oleh karena itu, pengalaman seluler yang lebih baik mendorong pengguna 5G mengonsumsi lebih banyak konten atau menikmati streaming video dan audio dengan kualitas yang lebih tinggi.
Di luar kekhawatiran konsumsi data seluler semakin tinggi, laporan CNBC Indonesia menyampaikan poin penting mengenai harga paket data 5G yang lebih mahal. Teknologi 5G diprediksi membawa tantangan besar bagi gaya hidup hemat masyarakat Indonesia.
Menghadapi keadaan tersebut, kiranya masyarakat Indonesia mempersiapkan adaptasi perilaku di kancah digital untuk menghemat dan mengurangi konsumsi kuota, memilih peramban alternatif yang dapat menghemat konsumsi data seluler, dan mencari cara untuk mengurangi penggunaan data seluler saat memutar dan mengunduh video.
Terwujudnya implementasi 5G tersebut bukan saja mendorong Telkomsel sebagai The First 5G Operator di Indonesia, namun juga dapat mendorong transformasi Indonesia menuju kedaulatan digital yang seutuhnya. Telkomsel berkomitmen akan memanfaatkan teknologi 5G tidak hanya terbatas pada pengembangan layanan dan produk yang memberi manfaat bagi masyarakat dan industri, melainkan untuk berkontribusi untuk membantu mencetak dan mengembangkan talenta digital yang andal dan mampu bersaing secara global.
Telkomsel juga mengajak para pemangku kepentingan di momen pandemi Covid-19 ini untuk bersama-sama memperkuat digitalisasi di berbagai sektor. Tujuannya tak lain, adalah untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang utuh dengan ekosistem digital yang inklusif dan berkelanjutan, agar manfaat implementasi teknologi digital terdepan dapat dirasakan oleh masyarakat secara luas.
Tags: Alfian Manullang, Jaringan 5G, manfaat teknologi 5G, Teknologi 5G, Telkomsel, Telkomsel 5G