Mobitekno – Hal ini disampaikan oleh PT Shell Indonesia dalam sebuah acara diskusi ‘Shell ExpertConnect 2021’ yang diadakan pada 13 Juni 2021. Pemerintah Indonesia sendiri telah mengamanatkan pengembangan dan penggunaan biodiesel sebagai upaya pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29% dari BAU (business as usual) pada tahun 2030. Oleh sebab itu, di acara yang bertajuk “Penggunaan Biodiesel Sekarang dan Masa Depan”, Shell kembali mengajak para pelaku usaha di Indonesia mulai menggunakan bahan bakar non fosil ini.
Diskusi ini dihadiri oleh Andri Pratiwa selaku Direktur Pelumas Shell Indonesia, Dr. Riesta Anggarani selaku peneliti Bahan Bakar mewakili LEMIGAS, Mohammad Rachman Hidayat selaku Product Application Specialist Shell Global Commercial Technology, Fahmi Azhari Mukhlis selaku Deputy GM Quality Assurance Dept. Komatsu Indonesia, dan Devi Ari Suryadi yang menjabat Service Manager Komatsu Marketing and Support Indonesia. Acara yang dilakukan secara online ini juga dihadiri lebih dari 700 pelaku usaha.
“Sebagai perusahaan energi dunia, Shell senantiasa mendukung penggunaan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan, hal ini sejalan dengan strategi global Shell ‘Powering Progress’. Untuk itu Shell berkomitmen untuk menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak dalam upaya mendukung agenda Pemerintah Indonesia dalam penggunaan energi yang lebih bersih dan mempersiapkan ketahanan energi. Melalui forum Shell ExpertConnect ini kami berharap terjadi tukar informasi, pengetahuan dan praktek terbaik untuk mensukseskan implementasi program B30 dan persiapan implementasi mandatori B40,” ujar Andri Pratiwi.
Biodiesel merupakan bahan bakar nabati yang menjadi energi alternatif untuk menggantikan bahan bakar fosil sebagai sumber energi. Sifatnya yang degradable (mudah terurai) dengan emisi yang lebih rendah dibanding dari emisi hasil pembakaran bahan bakar fosil, menjadikan penggunaan biodiesel dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Indonesia sendiri telah memanfaatkan biodiesel sejak tahun 2008, dan pemanfaatannya secara nasional terus dikembangkan, baik dari segi volume, campuran ataupun jumlah perusahaan yang terlibat dalam bidang ini.
Hingga saat ini, kampanye untuk mengurangi efek gas buang dari bahan bakar fosil terus digalakkan. Oleh sebab itu, pemerinta Indonesia juga terus meningkatkan ketahanan energi dengan mendorong pemanfaatan biodiesel. Salah satu biodiesel yang sudah dikeluarkan adalah program B20 yang dilanjutkan dengan B30. Ini adalah campuran 30% biodiesel dan 70% bahan bakar minyak jenis solar. Program ini sendiri telah dilaksanakan sejak Januari 2020.
Guna mendukung pemanfaatan bahan bakar biodiesel ini, Shell juga mendukungnya dengan mengeluarkan produk pelumas yang mendukung bahan bakar B30.
“Berdasarkan data dan pengalaman, Shell menganjurkan untuk menggunakan engine oil dengan standar API-CI4 yang terbukti memiliki kemampuan lebih baik dalam mengatasi jelaga hasil pembakaran dari bahan bakar B30 atau lebih. Hal ini disebabkan API CI-4 memiliki soot handling lebih baik dibandingkan engine oil monograde. Bukti di lapangan juga menunjukkan penggunaan pelumas mesin standar API-CI4 dapat melindungi piston lebih sempurna.” Kata Mohammad Rachman Hidayat.
Implementasi mandatori B30 juga dilakukan oleh produsen alat berat Komatsu. Menurut Fahmi Azhari Mukhlis, “Komatsu senantiasa mendukung kebijakan pemerintah termasuk dalam implementasi B30. Untuk itu Komatsu telah mendisain ulang dan memproduksi setiap material dengan komponen yang sesuai (compatible) untuk penggunaan B30 di semua mesin, baik Convention Diesel Engine maupun CRI Diesel Engine.”
Pelaku usaha di Indonesia diharapkan dapat memulai penggunaan biodiesel ini dalam kendaraan operasional mereka. Dengan demikian, pemanfaatan bahan bakar B30 di Indonesia akan terus berjalan dengan baik.