July 14, 2018

Survei SAS dan IDC: Indonesia Pimpin Regional ASEAN Adopsi Kecerdasan Buatan

Penulis: Rizki R | Editor: Desmal Andi
Survei SAS dan IDC: Indonesia Pimpin Regional ASEAN Adopsi Kecerdasan Buatan  

Mobitekno – SAS dan IDC pada hari ini Sabtu (14/7), merilis sebuah survei bertajuk IDC Asia/Pacific Enterprise Cognitive/AI Survey, yang menyoroti bahwa pengadopsian Artificial Intelligence (AI) di kawasan ini sedang meningkat.

Tingkat adopsi AI saat ini berada di posisi 14 persen di seluruh Asia Tenggara dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya 8 persen. Ini menandai langkah yang jelas oleh sejumlah perusahaan untuk menanamkan beberapa bentuk AI/kecerdasan kognitif ke dalam operasi mereka.

Bagi lebih dari setengah responden (52 persen), menemukan insight bisnis yang lebih baik adalah pendorong paling utama bagi mereka untuk mengadopsi AI, naik dari sebelumnya hanya ada di uturan ketiga pada 2017. Ini artinya, perusahaan di kawasan ini makin dewasa dalam cara mereka memasukkan AI untuk meningkatkan bisnisnya. Pendorong penting lainnya adalah peningkatan otomatisasi pada proses (51 persen) dan meningkatkan produktivitas (42 persen)

Dengan 24,6 persen perusahaan di Indonesia mengadopsi AI, Indonesia memimpin dalam hal pengadopsian, diikuti oleh Thailand (17,1 persen), Singapura (9,9 persen) dan Malaysia (8,1 persen). Penggunaan tertinggi di Asia Tenggara termasuk algoritma untuk estimasi market (17 persen) dan pengelolaan aset dan infrastruktur terotomatisasi (11 persen)

Chwee Kan Chua, Global Research Director, Big Data and Analytics and Cognitive/AI, IDC Asia/Pacific, mengatakan, “Dengan dampak positif yang sudah terlihat di industri perbankan, manufaktur, kesehatan dan pemerintahan, ada peluang yang besar supaya lebih banyak perusahaan di Asia Tenggara memanfaatkan AI untuk menciptakan diferensiasi value mereka.

Dirinya berharap investasi di AI terus meningkat, karena semakin banyak perusahaan mulai memahami manfaat dari menanamkan AI ke dalam bisnis mereka dan bagaimana data dan analisis dapat membantu menghasilkan insight baru.

“Perusahaan yang tidak memasukkan AI dalam operasi bisnis mereka akan kalah dengan mereka yang sudah memiliki AI dan akan mendapatkan keuntungan dari ketepatan, efisiensi dan kelincahan inovasi yang lebih besar, sebagai hasil dari analitik tingkat lanjut,” katanya.  

Meski ada peningkatan pengadopsian AI, perusahaan di kawasan ini masih berada di belakang negara-negara Asia bagian Utara dalam hal menjadikan AI sebagai agenda strategis. Sebagai contoh, lebih dari 80 persen perusahaan di China dan Korea Selatan percaya kapabilitas AI sangat penting bagi kesuksesan dan daya saing perusahaan pada tahun-tahun mendatang, dibandingkan dengan kurang dari 40 persen perusahaan di Singapura dan Malaysia.

Kekurangan skill dan pengetahuan (23 persen) dan tingginya biaya solusi (23 persen) adalah hambatan yang paling banyak dialami responden yang disurvei, dalam kaitan pengadopsian AI.

Untuk memantapkan strategi mereka pindah ke AI dalam rangka mendiferensiasi bisnisnya, perusahaan-perusahaan mendapatkan data dari penjualan, perdagangan, dan pemasaran yang paling siap, kemudian diikuti kegiatan layanan pelanggan dan support, serta TI, kegiatan security & risk.

“Indonesia adalah market yang sempurna untuk berkembangnya AI. Fundamental dari AI dan analitik betul-betul bergantung pada ketersediaan data dan Indonesia saat ini sudah pasti memiliki volume dan skala data yang tepat, yang jelas sekali akan menjustifikasi perlunya berinvestasi di AI,” tutur Peter Sugiapranata, Country Manager, SAS Indonesia.

“Tantangan bagi Indonesia adalah untuk benar-benar membayangkan bagaimana AI dan analitik dapat menjadi pendiferensiasi bisnis. Ini dimulai dengan menetapkan outcome dan menyusun langkah yang jelas dari data ke inovasi. Akses ke sumber daya juga dapat menjadi hambatan, tetapi ada pilihan saat ini untuk membuat data insight dapat diakses tidak hanya oleh saintis dan pakar data, tetapi oleh siapapun dari berbagai tingkatan di perusahaan. Solusi tersebut dapat mempercepat adopsi AI di Indonesia dan membantu menjadikan analitik sebagai kekuatan pendorong yang sesungguhnya bagi perekonomian.” pungkasnya.

Tags: , , , ,


COMMENTS