Mobitekno – Niat Broadcom untuk mengambil alih Qualcomm mulai santer terdengar sejak akhir tahun lalu. Transaksi antara dua perusahaan raksasa semikonduktor tersebut akhirnya tidak terwujud karena berbagai alasan.
Salah satu alasan Qualcomm menolak penawaran Broadcom senilai US$ 103 miliar adalah nilainya yang masih terlalu rendah dari nilai sebenarnya dari Qualcomm sebagai produsen chipset mobile yang paling dominan saat ini.
Penolakan pertama tidak membuat Broadcom lantas mundur selamanya dari keiningannya menguasai pembuat chipset Snadragon tersebut. Tidak menunggu lama, tepatnya awal Februari 2018 ini, Broadcom kembali melakukan penwaran kedua dengan nilai yang cukup fantastis.
Menurut Reuters dan The Financial Times, perusahaan yang bermarkas di Singapura ini diketahui akan meningkatkan nilai penawarannya, berturut-turut US$ 120 miliar dan US$ 145 miliar (jika ditambah pelunasan hutang Qualcomm sebesar US$ 25 milian) agar dapat diterima oleh pihak Qualcomm.
Penawaran terbaru dari Broadcom ini belum direspons oleh pihak Qualcomm (manajemen, doreksi, dan pemegang saham). Selain menganggap penawaran pertamanya masih terlalu rendah, Broadcom dinilai telah melakukan strategi pengambilalihan yang sifatnya oportunistis.
Artinya, penawaran dilakukan ada saat Qualcomm sedang menghadapi beberapa masalah. Misalnya denda yang diberikan European Commission karena Qualcomm dianggap telah membayar Apple agar menggunakan chip-nya secara eksklusif.
Akankah pihak Qualcomm akhirnya bakal menerima penawaran ‘menarik’ Broadcom di tengah kompetisi pasar chip mobile yang kian ketat? Apabila terjadi. apakah gabungan kedua rakasasa semikonduktor ini akan menguntungkan konsumen secara tidak langsung? Hanya waktu yang akan membuktikannya.
Tags: Akuisisi, Broadcom, mobile chip, Qualcomm, Semikonduktor, Snapdragon