MOBITEKNO – Kemajuan teknologi sudah pasti akan menimbulkan berbagai dampak, baik positif maupun negatif. Misalnya, teknologi robot. Selain dampak positifnya untuk membantu umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan, ada kekuatiran jika nantinya robot-robot cerdas juga akan menggeser peran manusia.
Sejauh ini kita sudah melihat beberapa contohnya. Misalnya robot di pabrik yang mengantikan peran buruh karena 'sifatnya' yang lebih produktif, cepat, akurat, murah (dalam jangka panjang), bahkan dijamin tidak pernah ikutan demo. Tren pabrik seperti ini sudah terjadi di negara-negara maju, utamanya di negara yang populasi penduduknya tidak besar.
Selain buruh di pabrik, kemajuan teknologi, dalam hal ini teknologi mobil otonom atau swa-kemudi lambat laun juga dapat mengganti profesi lainnya, yaitu sopir atau pengemudi mobil. Tidak lama lagi, teknologi mobil otonom (autonomous/driverless car) akan mencapai level tertinggi (Level 5) dimana tidak diperlukan lagi seorang sopir duduk di depan untuk mengemudikan mobil.
Dampak teknologi mobil otonom yang cukup besar inilah yang menjadi salah satu alasan kementerian transportasi di India berniat untuk tidak mengizinkan teknologi tersebut untuk diaplikasikan di dunia transportasi dan jalan raya.
Berbagai tingkatan otomatisasi dalam teknologi mobil otonom (Sumber: Intel.com)
Menurut laporan Hindustan Times, Nitin Gadkari, Menteri urusan transportasi menyatakan tidak akan mengizinkan izin penggunaan mobil otonom di India. Gadkari sepertinya yakin larangan ini akan disambut positif karena dampaknya yang buruk bagi ketenagakerjaan di India. Menurutnya, teknologi seperti ini tidak boleh diizinkan di Inida yang masih bergelut dengan masalah pengangguran.
Belum diketahui seperti apa larangan ini akan diterapkan secara menyeluruh atau dengan kata lain, mobil otonom milik pribadi pun akan dilarang digunakan di jalanan.
Situasi di India tidak jauh berbea dengan di Indonesia. Sebagai sesama negara berkembang, pengangguran juga menjadi masalah yang tidak kunjung tuntas di Indonesia. Apakah ini berarti pemerintah Indonesia juga perlu mempertimbangkan larangan teknologi ini di jalanan?
Perlu dipahami, selain punya dampak disruptive di dunia ketenagakerjaan, manfaat teknologi mobil otonom juga sangat besar bagi manusia. Teknologi mobil otonom diprediksi akan dapat menurunkan tingkat kecelakaan mobil yang terjadi di jalan raya secara signifikan.
Hasil studi selama ini punya satu kesimpulan jika penyebab utama kecelakaan adalah faktor manusia (human error). 'Sifat' teknologi otonom yang lebih awas, responsif, tidak kenal lelah, dan hal positif lainnya tentu membuatnya lebih layak diberi tanggungjawab mengemudikan mobil dibandingkan manusia.
Benar atau tidaknya kebijaksanaan pemerintah India tersebut mungkin hanya bisa diketahui sejalan dengan berjalannya waktu. Yang jelas, suatu perubahan, dalam hal ini kemajuan teknologi, sampai kapan pun suka untuk dihambat. Akan lebih baik jika teknologi tersebut diadopsi secara bijaksana.