Lama Tidak Terdengar, Toshiba Luncurkan Notebook 2-in-1 Paling Tipis dan Ringan di Pasar Tanah Air

 

MOBITEKNO – Masih ingat dengan notebook Toshiba Tecra atau Portégé? Notebook ini sempat cukup populer di kalangan konsumen Indonesia sekitar dua dekade lalu. Sayangnya, di era smartphone belakangan ini, notebook asal ‘Negeri Matahari Terbit’ ini seperti tidak terdengar lagi.

Benarkah Toshiba sudah tidak lagi aktif berkompetisi di industri notebook/laptop global dan hanya fokus di pasar Jepang? Anggaan tersebut terbantahkan dengan diluncurkannya notebook lini terbaru Toshiba Tecra dan Portégé di Indonesia baru-baru baru ini (22/5/2017).

Pada acara berlangsung di Hotel Mulia, Jakarta, Toshiba bersama distributor Visiland, mempertegas komitmennya di pasar Tanah Air, khususnya segmen bisnis dengan meluncurkan notebook seri Tecra dan Portégé terbaru.

Perhatian khusus ditujukan untuk produk Toshiba Portégé X20W terbaru yang diklaim merupakan notebook bisnis 2-in-1 tertipis (tebal 15,4 mm) dan teringan (bobot 1,1 kg) di dunia yang didukung dukungan prosesor Intel Core Generasi ke-7 Kaby Lake. 

Menurut Leong Chee Keong, Manager, Enterprise Sales Leader Toshiba Singapore, “Portege X20W dikembangkan sebagai notebook convertible 2-in-1 yang cocok untuk para profesional sehingga tidak perlu lagi memilih antara memakai laptop, tablet, atau notepad."

Di samping ringan dan tipis (hanya sedikit lebih besar dari kertas ukuran A4), layar Toshiba Portege X20W  berukuran 12.5 inci (Full HD, 1920 x1080 pixel) juga telah diproteksi dengan lapisan Corning Gorilla Glass 4 yang biasanya diadopsi oleh layar smartphone.

Selain dukungan prosesor Intel Core i7 U-series (Kaby Lake), notebook dengan sistem operasi Windows 10 Pro ini juga didukung modul grafis Intel HD Graphics 620, RAM 6 GB (LP-DDR3), dan SSD 512 GB (m2).

Mengingat peruntukannya untuk aktivitas profesional, Portege X20W telah mengusung sistem sekuriti yang lebih aman karena telah berbasis teknologi biometrik. Misalnya, sistem otentikasi wajah (face recognition) Windows Hello yang didukung dua kamera infrared. Ada pula sistem pengenalan sidik jari (fingerprint) di bagian touchpad.

Sesuai dengan konsep 2-in-1 yang diusung, Portege X20W yang dibanderol mulai harga belasan hingga 30 juta ini bisa digunakan pengguna dalam lima mode. Kelima mode tersebut antara lain mode laptop, tablet, tabletop, presentasi, dan audience.

Berkaitan dengan target pasar, Wu Tengguo, Manager Director Toshiba Singapore, secara khusus menyatakan bahwa Portege X20W lebih dikhususkan bagi para manajer (CIO) di level manajemen atas perusahaan yang memerlukan laptop premium yang dapat menunjang berbagai aktivitas kesehariannya.

"Sesuai dengan fokus kita sebagai vendor laptop enterprise, Portege X20W akan memberikan manfaat bagi konsumen premium yang membutuhkan laptop dengan performa tinggi," ujar Tengguo.

Notebook Toshiba juga memiliki perbedaan khusus lain dibandingan beberapa notebook. Menurut Leong Chee Keong, Manager Enterprise Sales Lead Toshiba Singapore, notebook Toshiba sudah dilengkapi dengan sistem BIOS yang dibuat sendiri oleh mereka (bukan dari pihak ketiga).

BIOS racikan sendiri membawa beberapa keuntungan, seperti adanya level sekuriti sistem yang lebih tinggi. Misalnya kemampuan BIOS pada notebook Toshiba yang mendukung proteksi password hingga 50 karakter.

Fitur lainnya yang tidak kalah menarik adalah dukungan pengisian baterai instan yang biasanya disematkan pada baterai smartphone. Cukup mengisi baterai Portege X20W selama 30 menit, pengguna sudah dapat menggunakan notebook ini selama 5 jam.

Perlu diketahui juga, notebook Toshiba diproduksi di pabrik milik Toshiba dengan salah satu pertimbangan untuk menjaga kualitas produk. Strategi produksi ini sedikit berbeda dari beberapa vendor notebook lain yang menggunakan jasa produksi ODM yang disediakan oleh pabrikan, seperti Pegatron, Compal, Quanta, Foxconn, Wistrom, dan lain-lain.

Tags: laptop, Notebook, Notebook 2-in-1, notebook bisnis, notebook convertible, Profesional, Toshiba, Toshiba Portege, Toshiba Singapore, Toshiba Tecra, Visiland