MOBITEKNO – Sebuah laporan terbaru yang dirilis oleh Nokia mengungkapkan bahwa meskipun pengadopsian mobile broadband berkembang pesat di beberapa negara Asia termasuk Indonesia, ada peluang lebih lanjut untuk memanfaatkan teknologi ini. Salah satu adopsi mobile broadband yang bisa dimanfaatkan adalah untuk bidang layanan tanggap darurat.
Studi yang dilakukan oleh Nokia bersama Tolaga Research mengevaluasi prospek keamanan publik berbasis broadband di lima negara Asia, yakni Vietnam, Indonesia, Jepang, Bangladesh dan Thailand. Tak hanya itu, penelitian ini juga mencari tahu lebih jauh jenis solusi yang mungkin diadopsi oleh masing-masing negara.
Ditegaskan oleh Himanshu Chuchra, Head of End-to-End Sales Development Nokia Indonesia di hadapan sejumlah media di Jakarta, (17/10) bahwa studi ini juga menjabarkan praktik yang lebih spesifik bagi tiap negara untuk memandu para pelaku industri, pemerintah serta pembuat kebijakan dalam mempercepat pengadopsian broadband dan digitalisasi.
"Negara-negara di Asia Pasifik, termasuk Indonesia sangat rentan terhadap bencana alam dan ancaman keamanan. Oleh sebab itu, digitalisasi jaringan keamanan publik menjadi prioritas pemerintah. Hal ini juga bertujuan untuk memberikan informasi yang akurat secara real-time," jelas Himanshu Chuchra.
Ditambahkan oleh Himanshu Chuchra, studi ini juga mengungkap bahwa saat ini LTE secara umum sudah diterima sebagai teknologi nirkabel pilihan untuk jaringan keamanan publik di masa depan. Begitu juga di Indonesia, teknologi mobile super cepat ini juga sudah mulai tersedia di banyak kota.
Namun, perjalanan untuk memanfaatkan LTE secara luas dihadapkan dengan berbagai tantangan yang ada. Tak hanya membangun ekosistem yang kompleks, tantangan lainnya adalah anggaran yang minim, permasalahan bisnis, serta para pemangku kepentingan yang seringkali memiliki tujuan yang tidak sesuai.
"Untuk menjabarkan dinamika yang menantang terkait dengan komunikasi penting berbasis LTE, kerangka kerja dikembangkan untuk menilai prospek pasar masing-masing negara. Kerangka kerja ini mencakup kesiapan ekosistem untuk mengadopsi LTE, kendala dan pengaruh yang dihadapi pemangku kepentingan dan pemicu pasar yang cenderung mendorong permintaan LTE," jelas Himanshu Chuchra.
Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa meskipun kelima negara tersebut berada pada tahap yang berbeda dalam perjalanan untuk mengadopsi broadband, ada kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan keamanan publik dan kemampuan untuk mengatasi ancaman baru, serta memperbaiki berbagai layanan darurat.
Di Indonesia, diperkirakan peluang bagi komunikasi penting berbasis LTE akan meningkat pesat dalam lima tahun ke depan. Hal ini cukup beralasan karena ditopang oleh berbagai faktor yang ada, termasuk ketersediaan spektrum radio dan kesiapan LTE dalam solusi keamanan publik.
"Tak kalah penting, dukungan dari operator mobile sangat dibutuhkan untuk penggelaran komunikasi berbasis LTE skala besar di Indonesia. Pemerintah pun juga harus ikut mendukung, begitu juga para pemangku kepentingan lainnya yang memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan awal ekosistem LTE serta instansi pengguna keamanan publik," tambah Himanshu Chuchra.
Lewat penelitian ini, Nokia juga memberikan banyak rekomendasi pada setiap negara dalam mendorong kecepatan untuk mengadopsi teknologi broadband atau LTE, terutama terkait dengan solusi keamanan publik. Untuk Indonesia, setidaknya ada tiga rekomendasi yang teridentifikasi.
Pertama, mendorong penggunaan komunikasi penting berbasis LTE dalam acara besar, seperti acara yang digelar di stadion dan ketika terjadi bencana alam. Rekomendasi lainnya adalah memperluas cakupan LTE ke dalam bisnis terkait dan aplikasi tanggap darurat, serta mempercepat rencana penyelarasan spektrum 700MHz untuk keamanan publik.
Tags: Jaringan LTE, Keamanan Publik, Mobile Broadband, Nokia, Nokia Indonesia, Tanggap Darurat, Teknologi LTE