MOBITEKNO – Peningkatan lalu lintas data digital hingga 25 persen per tahun di era IoT ini menimbulkan permasalahan latency atau lambatnya komunikasi data melalui jaringan. Menurut data perkiraan terkini yang terungkap dalam acara “Schneider Electric IT Solution Day”, yang digelar di Jakarta baru-baru ini, besarnya lalu lintas digital (IP tracffic) di tahun 2019 nanti akan mencapai 10,4 Zettabytes (ZB) yang sama dengan 10.400.000.000.000.000.000.000 bytes.
Agar tidak ‘tersesat’ dengan besaran data ZB tersebut, Anda bisa mengunakan referensi konversi sederhana berikut ini, dimana 1 ZB = 1.000 Exabyte (EB), 1 EB = 1.000 Petabyte (PB), 1 PB = 1.000 Terabyte (TB). Adapun kapasitas 1 TB setara dengan 1.000 Gigabyte (GB). Dengan membandingkannya dengan GB, bisa dibayangkan betapa besarnya data berukuran ZB tersebut.
Menyikapi hal ini, Schneider Electric yang selalu ingin relevan dengan perkembangan teknologi IoT, baru saja menampilkan solusi teknologi edge data center bagi perusahaan dalam mengantisipasi ledakan data (Big Data) dan permasalahan latency yang menyertainya. Salah satu ide dasar teknologi teknologi edge data center adalah ‘mendekatkan’ data center ke pengguna (edge) sehingga dampak latency bisa ditekan dan koneksi data pun lebih cepat.
"Ledakan Big Data sebagai dampak berkembangnya IoT tidak bisa dihindari. Saatnya perusahaan secara proaktif mentransformasi data center dan teknologi pendukungnya agar efek latency data bisa dikurangi agar operasional menjadi lebih efisien, fleksibel, dan aman,” ungkap Astri R. Dharmawan, VP Schneider Electric IT Indonesia, Malaysia, Brunei, saat acara "Schneider Electric IT Solution Day” di Jakarta (17/5/2016).
"Salah satu solusi yang efektif adalah edge data center yang mampu mendistribusikan beban komputasi lebih dekat ke perangkat sehingga dapat mengurangi masalah latency secara signifikan”, tambahnya.
Sebagai salah satu pemimpin solusi infrastruktur fisik traditional data center, menurut Astri, Schneider Electric juga punya solusi lengkap edge data center, salah satunya adalah InfraStruxure, arsitektur ruang IT yang memiliki skalabilitas, fleksibilitas, dan modularitas yang tinggi.
Schneider Electric juga menampilkan sistem Micro Data Center yang self-contained dan aman dalam satu enclosure (rak) yang di-install dan dites di pabrik. Solusi ini merupakan penggabungan untuk efisiensi antara distribusi power, cooling, rak, sistem keamanan, fire supression, dan energy management system terbaik yang distandardisasi.
Solusi lengkap edge data center lainnya yang juga diunggulkan adalah Prefabricated Data Center. Dengan solusi ini, data center tidak lagi harus membutuhkan infrastruktur fisik (bangunan) karena bisa dihadirkan dalam wujud movable container.
Solusi yang tidak kalah menarik adalah Flexpod Express berupa infrastruktur terpadu yang terdiri dari unified computing, storage, dan jaringan (network) yang diletakkan dalam infrastruktur rak dari Schneider Electric. Flexpod sendiri terdiri dari Cisco Unified Computing System (Cisco UCS) server, Cisco UCS Manager, rangkaian switch Cisco Nexus, dan NetApp Fabric-Attached Storage (FAS) array.
Tags: Data Center, IoT, latency data, Schneider Electric