MOBITEKNO – Peluncuran Pesawat tanpa awak UAV (Unnamed Aerial Vehicle) Ai-X1 produksi Aero Terrascan, yang merupakan startup dari Bandung ini akhirnya berhasil lepas landas dari Balai Uji Teknologi dan Pengamatan Antariksa dan Atmosfer milik LAPAN di bumi Pameungpeuk Garut, Jawa Barat.
Pesawat Ai-X1 yang waktu peluncurannnya bertepatan pada peringatan hari Sumpah Pemuda 28 Oktober ini merupakan pesawat Ulang Alik Stratosfer tanpa awak pertama di Indonesia. Pesawat ini berukuran panjang 621,14 cm, lebar 1006 cm, serta berat 2,7 kg. Pesawat juga dilengkapi dengan sensor meteorologi dan kamera 360 derajat yang berguna untuk pengamatan di stratosfer.
Pesawat tanpa awak ini dibuat dari bahan fiber composit dengan carbon reinforcement, yang didesain untuk bisa menembus ketinggian 30 km. Pesawat Ai-X1 ini menggunakan autopilot berbasis APM yang dilengkapi dengan air-speed sensor, GPS, radio telemetry 900 Mhz dan radio transmiter 1,2 Ghz. Sementara tenaga dari pesawat ini berasal dari baterai LiPo 4S 2200 mAh dan 3S 4000 mAh.
Pesawat Ai-X1 diterbangkan dengan bantuan balon cuaca hingga ketinggian 30 km dari permukaan laut. Selanjutnya, pesawat diprogram untuk kembali secara otomatis ke titik awal.
Hajatan dirgantara yang digagas oleh kelompok ‘Menembus Lagit ‘ini mendapat sambutan positif dari Kepala LAPAN, Thomas Djamaluddin. Ia mengatakan ekspedisi Menembus Langit sangat positif untuk pengembangan sains. "Menembus Langit dengan peluncuran balon cuaca dan UAV hingga ketinggian 30 kilometer akan memberikan informasi mengenai dinamika atmosfer di stratosfer. Pemahaman ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi High Altitude Long Endurance (HALE) yang tidak terganggu oleh awan," ujar Thomas di Jakarta, Kamis (27/10).
Menurut Thomas, UAV dapat bertahan lama dan dapat mengumpulkan data yang lebih banyak. Secara jangka panjang dapat mendukung eksplorasi stratosfer dan mengembangkan riset aeronautika Indonesia. Nantinya, data meteorologi dari ekspedisi tersebut akan dipakai untuk penelitian cuaca dan iklim di Indonesia.
Lebih lanjut Thomas mengungkapkan bahwa ekspedisi tersebut diharapkan dapat memberikan data acuan untuk mendukung penelitian lebih lanjut serta memacu percepatan teknologi keantariksaan nasional.
Ekspedisi Pesawat Ai-X1 yang digagas komunitas Menembus Lagit dan didukung oleh LAPAN ini melakukan proses peluncurannya sebanyak 2 kali. Hari pertama Jum’at 28 Okt 2016 dan hari ke-2 Sabtu 29 Oktober 2016.
Saat peluncuran hari pertama Ai-X1 terbang menuju stratosfer dengan menggunakan bantuan balon cuaca. Pesawat Ai-X1 baru berhasil terbang setinggi 10 km sampai akhirnya sedikit mengalami kendala karena terjadi GPS glitch yang mengaktifkan salah satu failsafe scenario sehingga mengakibatkan pesawat Ai-X1 melepaskan diri dari balon cuaca dan menjalankan prosedur return-to-home untuk mengarahkan pesawat kembali ke titik awal peluncuran.
GPS glitch yang dialami oleh Ai-X1 diduga karena pengaruh awan tebal yang menyebabkan berkurangnya akurasi sinyal navigasi GPS.
Penerbangan ke-2 yang dilakukan pada hari Sabtu, 29 Oktober 2016, pesawat berhasil mencapai zona stratosfer pada ketinggian 13 Km dan terus naik hingga di ketinggian 19,376 km pada pukul 07.30 WIB. Pada ketinggian tersebut, pesawat melepaskan diri dari balon cuaca dan terjun bebas selama kurang lebih 1 menit hingga ketinggian 14,140 km. Kemudian pesawat berhasil melakukan recovery atau menstabilkan sikap terbangnya dan lanjut mengarah ke titik peluncuran.
Meski pesawat telah berhasil terbang pada zona stratosfer, tetapi dalam perjalanan kembali ke titik awal, Ai-X1 mengalami kondisi “GPS No-Fix” yang terjadi akibat awan tebal yang berada di stratosfer. Selama perjalanan kembali ke titik awal, Ai-X1 hanya mengandalkan sistem navigasi inersial untuk menentukan posisinya dan akhirnya berhasil mendarat kurang lebih 500 meter dari titik pendaratan awal.
Walau saat peluncurannya Ai-X1 tidak mencapai target ketinggian 30 km tersebut, namun menurut program director Menembus Langir, Azhar T. Pangesti menegaskan bahwa ekspedisi ini bukan hanya semata berusaha mencapai target tersebut, namun ada hal yang lebih penting.
“Salah satu tujuan penting dari ekspedisi Menembus Langit adalah membuktikan bahwa kekuatan sebuah mimpi dan usaha swadaya dari pada kolaborator bisa membangkitkan semangat kedirgantaraan Nasional. Saya berharap apa yang sudah dilakukan tim Menembus Langit sampai titik ini bisa jadi inspirasi untuk melakukan hal serupa atau bahkan lebih,” ujar Azhar menegaskan seusai menyaksikan proses peluncuran pesawat Ai-X1 di Garut.
Kerja keras Tim Menembus Langit tersebut rupanya mendapat sambutan positif juga dari berbagai kalangan serta menjadi trending topik secara nasional bagi nitizen. Buktinya meski belum berhasil mencapai target ketinggian 30 km, namun kerja keras tersebut mendapatkan penghargaan dari MURI dengan predikat “Pesawat Ulang Alik Stratosfer Tanpa Awak Pertama”.
Tags: A1-X1, Lapan, Menembus Langit, Pesawat Tanpa Awak, UAV