Mobitekno – Di era revolusi digital yang pesat ini, Indonesia menghadapi salah satu tantangan besar, yakni bagaimana menjembatani kesenjangan antara teknologi canggih dan kebutuhan akan talenta digital yang andal. Laporan riset Bank Dunia dan McKinsey telah menunjukkan bahwa Indonesia memerlukan setidaknya 9 juta talenta digital hingga sekitar lima tahun mendatang atau 2030 nanti.
Merespons urgensi akan kebutuhan talenta digital ini, DBS Foundation, mengambil langkah proaktif dengan menghadirkan kembali program unggulannya, Coding Camp 2025, sebagai solusi konkret untuk mencetak generasi tech-savvy Indonesia masa depan.
Sebagai lembaga filantropi dari DBS Bank untuk menciptakan dampak sosial positif melalui berbagai inisiatif dan program, DBS Foundation melalui Mona Monika, Head of Group Strategic Marketing and Communications PT Bank DBS Indonesia Mona Monika mengatakan bahwa Camp menjadi inisiatif mereka untuk memperluas akses pada literasi digital bagi peserta didik di seluruh Indonesia.
Targetnya, program Coding Camp 2025 yang bertema “Road to Future Workforce” ini dapat menjaring 6.000 peserta dari perguruan tinggi, baik mahasiswa program diploma D3 dan D4 hingga pelajar SMK sebagai salah satu peserta yang diprioritaskan.
“Melalui program ini, kami berharap dapat memberdayakan generasi muda dengan keterampilan digital yang relevan dan siap pakai. Ini adalah langkah penting untuk mencetak talenta masa depan yang siap bersaing di era teknologi (future-ready) dan akan membantu menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan berdaya,” ungkap Mona saat acara peluncuran Coding Camp by DBS Foundation, di Jakarta (7/11/2024).
Menurut Mona, sejak tahun 2023, Bank DBS telah mengucurkan SGD 1 miliar untuk digunakan selama 10 tahun ke depan untuk mendukung komunitas rentan dan meningkatkan dampak sosial, termasuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berpenghasilan rendah dan kurang beruntung untuk membina komunitas yang lebih inklusif. Adapun Program Coding Camp powered by DBS Foundation merupakan bagian dari dana SGD 100 juta pertama yang diluncurkan pada 2024.
Coding Camp: Belajar coding sekaligus softskill
Peserta program Coding Camp akan mendapatkan pelatihan teknologi terstruktur selama lebih dari 900 jam (sepanjang 1 semester) yang dimulai di awal tahun 2025. Selain mendapatkan tech skills, pengalaman para peserta juga akan dilengkapi dengan mengikuti kelas soft skills, seperti komunikasi dan memanfaatkan network (jaringan), personal branding, persiapan wawancara kerja, bahasa Inggris untuk percakapan dan presentasi bisnis, dan literasi keuangan.
CEO dan Founder Dicoding, Narendra Wicaksono menambahkan, para peserta terpilih akan dapat memilih dari dua alur belajar, yakni Front-End & Back-End atau Machine Learning. Keduanya masuk dalam daftar 10 pekerjaan paling dicari menurut Linkedin.
“Di alur belajar front-end dan back end, peserta akan mempelajari pemrograman web baik dari sisi front-end maupun back-end dengan peluang kerja menjadi Front-End Developer, Back-End Developer, hingga Fullstack Developer. Sementara itu di alur belajar machine learning, peserta akan mendalami topik mengenai data, machine learning, deep learning hingga generative AI (Artificial Intelligence) yang akan membuka kesempatan karier mereka menjadi AI/Machine Learning Engineer,” paparnya.
Hal ini diakui Hani Amany Elisadi (24) salah satu lulusan Coding Camp powered by DBS Foundation yang merupakan seorang teman tuli. Menurutnya, pengalaman mengikuti program Coding Camp ini membentuk dan mempersiapkan kariernya hingga berhasil menjadi staf IT di Perum Peruri.
“Belajar di Coding Camp yang difasilitasi oleh DBS Foundation membuat saya punya skills tambahan di bidang Front-End sehingga dapat kesempatan untuk punya karier yang maju,” ujarnya.
Begitu pula dengan Mohamad Aji Hermansya (21), alumni Coding Camp powered by DBS Foundation tahun 2024 yang masih menempuh studi Teknologi Rekayasa Perangkat Lunak di Politeknik Negeri Banyuwangi. Menurutnya, program Coding Camp yang diikutinya telah mendukungnya dalam mengembangkan aplikasi Puspa Daya yang bertujuan untuk merekam status gizi bayi secara otomatis.
“Pengalaman belajar saya di program ini memperluas wawasan saya di bidang Front-End dan membuat saya percaya diri untuk membangun Puspa Daya,” ucap Aji. Inovasi ini kemudian didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dan didukung oleh The University of Sydney.
Coding Camp yang diselenggarakan oleh DBS Foundation dan Dicoding Indonesia telah digelar hampir dua tahun dan telah memberikan pembelajaran teknologi yang sifatnya inklusif. Pelatihan yang digelar Dicoding telah menjangkau lebih dari 114.000 peserta, 56 persen merupakan mahasiswa pendidikan tinggi dan pelajar pendidikan menengah.
Turut serta di antaranya, 17.000 peserta dari studi diploma dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merepresentasikan jenjang pendidikan vokasi. Program ini telah merangkul 26.000 perempuan, 946 penyandang disabilitas, dan lebih dari 22.000 peserta dari keluarga pra-sejahtera.
Singkatnya, coding camp adalah sebuah inisiatif yang sangat positif untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia di era digital. Dengan mengikuti coding camp, masyarakat tidak hanya akan mendapatkan keterampilan baru, tetapi juga berkontribusi dalam membangun masa depan Indonesia yang lebih baik.
Tags: Coding Camp 2025, DBS Bank, DBS Foundation, Dicoding, Front-End Web Developer, machine learning, Pelatihan, talenta digital