July 8, 2016

Penggunaan Robot untuk Membunuh Pelaku Teror Penembakan Dallas Jadi Perdebatan

Penulis: Iwan Ramos Siallagan
Penggunaan Robot untuk Membunuh Pelaku Teror Penembakan Dallas Jadi Perdebatan 

MOBITEKNO – Manfaat robot sudah banyak dirasakan manusia di berbagai aspek kehidupan. Banyak pihak umumnya sepakat penggunaan teknologi robot untuk membantu atau mengganti sebagian peran manusia akan memberikan lebih banyak manfaat ketimbang mudaratnya.

Pihak yang mendukungnya meyakini, kombinasi teknologi robot dan kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intelligence) akan membawa manusia ke jenjang peradaban yang lebih tinggi di masa mendatang.

Meski demikian, tidak sedikit yang mengkhawatirkan dampak negatifnya jika kecanggihan robot tersebut disalahgunakan pihak tertentu sehingga merugikan umat manusia.

Pro dan kontra penerapan robot menjadi pembicaraan hangat setelah polisi Dallas (Dallas Police Department/DPD) akhirnya memilih pengunaan robot ‘pembunuh’ sebagai solusi terakhir untuk melumpuhkan pelaku teror penembakan, Micah Xavier Johnson, yang menembak 12 petugas polisi (5 tewas dan 7 cidera).

Penggunaan robot dan juga drone di medan perang atau membantu polisi dalam menghadapi situasi keamanan tertentu (penyanderaan, pengintaian, dan lain-lain) sebenarnya bukan hal baru. Namun, pengunaan robot yang dikontrol dari jauh (remotely operated) untuk melumpuhkan (membunuh) pelaku teror merupakan aksi pertama kalinya dalam sejarah kepolisian di AS.

David Brown, Dallas Police Chief, menyatakan bahwa mereka (polisi) tidak melihat opsi lainnya selain memakai robot (bomb robot) dan memasang perangkat khusus pada lengan robot (robotic arm) untuk memicu ledakan pada target yang ditentukan (lokasi si pelaku).

“Alternatif lainnya justru akan lebih membahayakan keselamatan para petugas kami," tegas David yang mencoba memberikan alasan digunakannya robot ‘pembunuh’ tersebut.

DPD tidak menyebutkan robot jenis apa yang digunakan untuk melumpuhkan Micah. Menurut Peter Singer, pengamat sistem keamanan masa depan, robot yang digunakan tidak jauh berbeda dengan robot yang digunakan militer AS saat perang di Irak.

Robot jenis ini umumnya merupakan wahana yang bisa dikontrol dari jarak jauh (remote-controlled vehicle) yang dilengkapi dengan kamera agar bisa dikendalikan seorang operator dari jauh ke lokasi target.

Selain kamera, robot juga bisa dilengkapi dengan senjata dan bom asap (flash-bang grenade) yang tidak ditargetkan untuk membunuh manusia (pelaku). Senjata pada robot lebih ditujukan untuk meledakkan bom di tempat (on-site).

Terlepas dari penggunaan robot (termasuk drone) untuk menjaga keamaman, para penentang tetap mempersoalkan dipersenjatainya robot/drone yang berpotensi membahayakan masyarakat sipil.

Salah satu penentangnya adalah Jay Stanley, analis kebijaksaan senior ACLU (American Civil Liberties Union). Dalam blog-nya, Stanley menyatakan, "Ketika petugas keamanan domestik diperbolehkan melakukan aksi penyerangan paksa (force) secara remote, aksi ini akan menjadi terlalu gampang untuk ditempuh (dipilih) oleh mereka." Dengan kata lain, Stanley mengkhawatirkan penggunaan robot ‘pembunuh’ ini secara berlebihan.

Salah satu robot yang banyak digunakan pihak militer dan keamanan di AS adalah robot yang dibuat oleh Endeavor Robotics (sebelumnya bagian dari iRobot), seperti Throwbot (iRobot 110 FirstLook), Packbot, dan Kobra 710.

Selain Endeavor Robotics, masih ada produsen lainnya, seperti QinetiQ North America/Foster-Miller dengan robot TALON yang telah menjual robotnya ke pihak militer dan polisi.

Tergantung kelengkapan yang diberikan padanya, robot Endeavor Robotics ditawrkan se harga US$ 10 ribu hingga US$ 100 ribu. Sejauh ini, Endeavor Robotics telah menjual sekitar 6 ribu unit robotnya ke seluruh dunia.

 

Tags: , , , , , , ,


COMMENTS