Mobitekno – Republik Afrika Tengah (Central African Republic atau CAR) menjadi negara kedua di dunia setelah El Salvador atau pertama di Afrika yang mengadopsi Bitcoin sebagai legal tender atau alat pembayaran (uang) yang sah di bulan April ini (27/4/2022).
Negara berpopulasi sekitar 4,6 juta jiwa ini dikenal sebagai salah satu negara termiskin di dunia meski memiliki cadangan emas dan berlian yang cukup berlimpah. Salah satu penyebab negara yang berada di tengah-tengah benua Afrika ini tak kunjung sejahtera adalah ketidakstabilan politik, tata kelola pemerintahannya yang amburadul, korupsi yang merajalela, pemberontakan hingga perang saudara yang terus terjadi bertahun-tahun.
Inflasi yang tidak kunjung teratasi mebuat pemerintahan yang berkuasa saat ini mencoba mencari solusi ampuh agar perekonomian Republik Afrika Tengah tidak semakin buruk. Keputusan mengadopsi Bitcoin disebut merupakan salah satu langkah penting untuk membuka peluang baru bagi negaranya.
Sebuah RUU yang mengatur penggunaan cryptocurrency telah disepakati dengan suara bulat oleh parlemen pekan lalu. Menurut Obed Namsio, kepala staf dari Presiden Faustin-Archange Touadera kepada Reutters, pemerintah telah menyetujui RUU itu dan Presiden telah mendukung RUU ini agar dapat memperbaiki kondisi warga Afrika Tengah.
Selain Bitcoin, Republik Afrika Tengah masih tetap menggunakan mata uang resmi Franc CFA Afrika Tengah (FCFA) yang juga oleh lima negara Afrika lainnya sebagai mata uang regional yang diatur oleh Bank of Central African States (BEAC).
Langkah Republik Afrika Tengah bukannya tanpa penolakan. Dua mantan perdana menteri negara itu menganggap adopsi ini sebagai pelanggaran serius dan pekan lalu telah menandatangani surat yang menyatakan keprihatinan tentang adopsi bitcoin tanpa panduan dari BEAC.
Sejauh ini BEAC sebagai salah bank sentral untuk enam negara di Afrika Tengah (Kamerun, Chad, Guinea Khatulistiwa, Gabon, Republik Kongo, Republik Afrika Tengah) belum memberikan respons resmi terkait langkah pemerintah Republik Afrika Tengah tersebut.
Belajar dari pengalaman yang dialami El Salvador yang mengadopsi Bitcoin sebagai legal tender pada Septemeber tahun lalu, Republik Afrika Tengah dianggap masih butuh waktu panjang mengingat kendala seperti akses internet yang terbatas dalam transaksi pembayaran Bitcoin di segmen komersial dan layanan keuangan.
Sejauh ini, pemerintah di Afrika mengambil pendekatan berbbeda dalam menghadapi tren cryptocurrency dan teknologi blockchain. Bank sentral Nigeria sudah melarang bank lokal terhubung dengan cryptocurrency tahun lalu, sebelum akhirnya meluncurkan mata uang digitalnya sendiri, eNaira.
Regulator Afrika Selatan juga telah mengeksplorasi potensi regulasi cryptocurrency dan teknologi blockchain lainnya, dan bank sentral Tanzania mengatakan tahun lalu sedang mengerjakan arahan presiden untuk mempersiapkan cryptocurrency.
Tags: aset kripto, Bitcoin, Central African Republic, El Salvador, legal tender, mata uang kripto, Republik Afrika Tengah