
Mobitekno – Senin pagi yang biasanya tenang berubah menjadi hari penuh guncangan bagi Wall Street dan Silicon Valley. Kekhawatiran memuncak terhadap DeepSeek, startup AI asal Tiongkok yang tiba-tiba mendobrak panggung dunia dengan klaim revolusioner. Dengan mengembangkan model AI canggih dalam hitungan bulan dan biaya hanya US$6 juta, mereka disebut-sebut telah ‘mengganggu’ industri teknologi global yang membuat saham perusahaan seperti Nvidia dan raksasa teknologi lainnya kehilangan nilai pasar hingga US$1 triliun.
Didirikan di Hangzhou pada Mei 2023, DeepSeek telah memposisikan dirinya sebagai ancaman serius bagi dominasi AI Amerika. Berbeda dari perusahaan seperti OpenAI, yang menghabiskan lebih dari US$100 juta untuk melatih model GPT-4, DeepSeek mampu menciptakan model AI canggih dengan sumber daya yang jauh lebih terbatas.
Bahkan, prediksi biaya pelatihan model masa depan yang dikeluarkan CEO Anthropic, Dario Amodei, mencapai US$1 miliar hingga US$100 miliar dalam beberapa tahun mendatang, yang pastinya terlihat terlalu tinggi jika dibandingkan dengan efisiensi DeepSeek.
Mereka juga semakin mencuri perhatian ketika aplikasinya melesat ke puncak tangga App Store Apple, mengalahkan ChatGPT dan para pesaing lainnya. Momentum ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah Amerika Serikat telah kehilangan keunggulan dalam perlombaan AI?
DeepSekk, Momen Sputnik di Dunia AI
Mengutip laman nypost, investor terkemuka Marc Andreessen menyebut keberhasilan DeepSeek sebagai “momen Sputnik AI”, mengacu pada peluncuran satelit Soviet yang mengejutkan AS pada 1957 dan memicu perlombaan antariksa. Kini, startup AI tersebut memulai babak baru dalam persaingan global, tetapi kali ini di dunia kecerdasan buatan.
Model AI DeepSeek, yang dinamai R1, dipuji karena efisiensinya dalam pemecahan masalah dengan biaya pelatihan yang sangat rendah. Beberapa analis, seperti CEO Scale AI Alexandr Wang, bahkan menyebut kinerja R1 “setara” dengan model terbaik buatan AS.
Namun, kemajuan ini juga menimbulkan pertanyaan tentang strategi perusahaan tersebut. R1 adalah model sumber terbuka, yang berarti pengembang di seluruh dunia dapat mengaksesnya dengan mudah. Keputusan ini menunjukkan ambisi besar untuk memengaruhi ekosistem AI global.
Liang Wenfeng, CEO of DeepSeek AI
Terlepas dari keberhasilannya, DeepSeek tidak lepas dari kontroversi. Chatbot AI-nya dituduh tunduk pada penyensoran ketat yang selaras dengan nilai-nilai Partai Komunis China. Beberapa tanggapan terkait isu sensitif seperti pembantaian Lapangan Tiananmen, hak asasi manusia di Xinjiang, atau status Taiwan dilaporkan mengalami penyensoran otomatis.
DeepSeek mengakui bahwa modelnya dirancang untuk mematuhi “hukum, peraturan, dan nilai inti sosialis” di Tiongkok. Hal ini menimbulkan pertanyaan serius tentang bagaimana perusahaan ini akan diterima di luar negeri, terutama di negara-negara dengan kebijakan kebebasan berbicara yang kuat.
Pukulan Bagi Nvidia
Kabar tentang keberhasilan DeepSeek langsung berdampak pada saham Nvidia, yang anjlok hingga 17%, menghapus lebih dari US$600 miliar nilai pasarnya. Nvidia, yang telah lama menjadi pemimpin dalam pembuatan chip komputer untuk pelatihan AI, menghadapi tekanan besar karena DeepSeek mampu memanfaatkan chip tersebut dengan cara yang lebih hemat biaya.
Namun, para analis seperti Dan Ives dari Wedbush masih melihat peluang di balik kepanikan ini. “Peluncuran DeepSeek menciptakan peluang pembelian,” katanya. Selain itu, Nvidia tetap menjadi pemain utama dalam proyek-proyek besar seperti inisiatif AI “Stargate” senilai US$500 miliar yang didukung oleh pemerintah AS.
DeepSeek tidak hanya memicu kekhawatiran di Silicon Valley, tetapi juga membangun momentum baru dalam persaingan global di bidang AI. Dengan efisiensi biaya dan waktu yang mencengangkan, perusahaan ini telah membuka babak baru dalam industri teknologi. Akan tetapi, di balik kemajuannya, muncul tantangan besar: apakah dunia siap menerima teknologi yang mungkin dibatasi oleh penyensoran? Dan apakah raksasa teknologi seperti Nvidia mampu beradaptasi dengan perubahan ini?
Perjalanan DeepSeek baru saja dimulai, dan seperti momen Sputnik di masa lalu, dunia akan menyaksikan babak baru dalam persaingan global yang bisa mengubah lanskap teknologi untuk tahun-tahun mendatang.
Tags: ChatGPT, DeepSeek, DeepSeek AI, NVIDIA, OpenAI, Saham, Silicon Valley, Teknologi AI, Wall Street