
Mobitekno – Laporan Ericsson Mobility Report Juni 2025 menyoroti era baru inovasi yang didorong oleh 5G dan ekosistem terkait. Kemajuan dalam jaringan 5G standalone (SA) dan perangkat yang mendukung 5G telah menciptakan ekosistem yang siap membuka peluang transformatif bagi kreativitas yang terhubung.
Menariknya, laporan Ericsson ini juga membahas perkembangan pasar Fixed Wireless Access (FWA), yang kini menjadi primadona bagi penyedia layanan komunikasi atau Communication Service Provider (CSP) di seluruh dunia. FWA bukan lagi dianggap sebagai teknologi pelengkap, tapi telah menjelma menjadi ujung tombak transformasi konektivitas broadband, terutama di wilayah yang sulit dijangkau infrastruktur kabel.
Konsep Fixed Wireless Access (FWA) sebenarnya telah ada sejak era 4G dan bahkan sebelumnya, hanya saja kecepatannya terbatas. Baru ketika teknologi 5G hadir, FWA menjadi jauh lebih menarik karena mampu menawarkan kecepatan tinggi dan latensi rendah, setara atau bahkan melebihi koneksi fiber optik di beberapa kasus.
Menurut laporan terbaru Ericsson Mobility Report edisi Juni 2025, lebih dari separuh CSP global yang telah meluncurkan layanan FWA kini menawarkan paket tarif berbasis kecepatan, memanfaatkan keunggulan teknologi 5G yang kian matang untuk memberikan pengalaman internet ultra-cepat, stabil, dan kompetitif.
Pertumbuhan pesat 5G di seluruh dunia
Momentum adopsi 5G terus mengalami percepatan luar biasa, menandai babak baru dalam revolusi konektivitas global. Berdasarkan Ericsson Mobility Report edisi Juni 2025, langganan 5G diperkirakan akan mencapai 2,9 miliar pengguna secara global pada akhir tahun 2025, atau sekitar sepertiga dari seluruh langganan seluler di dunia.
Lonjakan ini bukan hanya mencerminkan peningkatan ketersediaan perangkat dan jaringan 5G, tetapi juga menggambarkan tingginya permintaan terhadap konektivitas cepat dan andal yang mendorong digitalisasi di berbagai sektor, mulai dari industri, transportasi, layanan kesehatan, hingga pendidikan. Wilayah Asia Timur Laut, India, dan Amerika Utara menjadi pendorong utama pertumbuhan ini, didukung oleh investasi besar-besaran dalam infrastruktur dan ekosistem teknologi 5G.

Yang juga menarik, Ericsson memperkirakan bahwa pada akhir dekade ini, jaringan 5G akan menangani hingga 80 persen dari total trafik data seluler global. Angka ini melonjak tajam dari posisi akhir 2024, di mana 5G baru menangani sekitar 35 persen trafik seluler. Pertumbuhan eksponensial ini didorong oleh meningkatnya konsumsi data melalui video resolusi tinggi, game berbasis cloud, augmented reality (AR), dan aplikasi industri berbasis IoT yang membutuhkan latensi rendah.
Hal ini menjadikan 5G bukan hanya sekadar evolusi teknologi jaringan, tetapi sebagai fondasi utama bagi ekonomi digital masa depan, yang menuntut kapasitas tinggi dan konektivitas real-time secara luas dan merata.
FWA: Game changer dalam industri telekomunikasi
Sekitar 80 persen CSP global yang disurvei Ericsson saat ini sudah menawarkan layanan FWA, dengan pertumbuhan tercepat terjadi di antara penyedia yang menawarkan paket berbasis kecepatan 5G. Angka ini melonjak dari 40 persen pada Juni 2024 menjadi 51 persen pada periode yang sama tahun ini, didorong terutama oleh tingkat adopsi tinggi di Amerika Utara serta pertumbuhan di Eropa dan Timur Tengah.
Keunggulan 5G FWA terletak pada kemampuannya menawarkan berbagai paket berlangganan dengan kecepatan data dan pilihan hiburan yang beragam, menyerupai layanan kabel atau fiber tradisional. Hal ini membuka peluang monetisasi yang jauh lebih besar dibandingkan generasi FWA sebelumnya.

Trafik data jaringan seluler mengalami pertumbuhan 19 persen dari kuartal pertama 2024 hingga periode yang sama di 2025. Meskipun laju pertumbuhan mulai melambat, volume data bersih yang ditambahkan akan terus meningkat setiap tahunnya. Ericsson bahkan memperkirakan trafik data seluler akan berlipat ganda hingga akhir 2030.
Inovasi berkelanjutan dan peluang besar di kawasan Asia Tenggara
Erik Ekudden, Senior Vice President and Chief Technology Officer Ericsson, menekankan bahwa industri berada di titik krusial dimana 5G dan ekosistemnya akan memicu gelombang inovasi baru. “Kemajuan terbaru pada jaringan 5G Standalone (SA), ditambah perkembangan perangkat 5G, menciptakan ekosistem yang siap membuka peluang transformatif bagi kreativitas terkoneksi,” ungkapnya.
Penyedia layanan kini telah menyadari potensi luar biasa ini dan mulai memonetisasinya melalui penawaran layanan inovatif yang melampaui sekadar menjual paket data konvensional.
Kawasan Asia Tenggara menunjukkan potensi pertumbuhan yang menggembirakan. Jumlah langganan 5G di Asia Tenggara dan Oseania diperkirakan mencapai 630 juta pada 2030, atau sekitar 49 persen dari total langganan seluler regional. Trafik data per smartphone diproyeksikan meningkat drastis dari 19 GB per bulan pada 2024 menjadi 38 GB per bulan pada 2030.
Daniel Ode, Acting Head of Ericsson Indonesia, optimis dengan potensi regional. “Asia Tenggara, termasuk Indonesia, memiliki potensi kuat memanfaatkan 5G untuk menghadirkan pengalaman digital bernilai tinggi bagi konsumen dan industri,” katanya.
Transformasi model bisnis
FWA diproyeksikan menyumbang lebih dari 35 persen koneksi broadband tetap baru, dengan jumlah yang diperkirakan mencapai 350 juta pada akhir 2030. Teknologi ini memainkan peran vital dalam memperluas akses broadband, khususnya di wilayah dengan infrastruktur kabel tradisional yang terbatas.

Laporan ini juga menyoroti bagaimana CSP mengejar peluang komersial baru dengan menawarkan layanan konektivitas terdiferensiasi kepada konsumen, pelaku usaha, dan otoritas publik melalui berbagai kasus penggunaan inovatif seperti produksi video, sistem point of sale, gaming, dan jaringan privat virtual.
Revolusi 5G FWA bukan sekadar evolusi teknologi, melainkan transformasi fundamental dalam cara industri telekomunikasi menciptakan nilai dan mengmonetisasi layanan digital masa depan.
Tags: 5G, AR, Cloud, CSP, Ekosistem, Ericsson, Ericsson Mobility Report, Ericsson Mobility Report Juni 2025, Fixed Wireless Access, FWA, IoT, Komunikasi, Telekomunikasi