April 24, 2025

Solve for Tomorrow 2025 Kembali Dibuka, Tantang Siswa Adu Kreativitas

Penulis: Desmal Andi
Solve for Tomorrow 2025 Kembali Dibuka, Tantang Siswa Adu Kreativitas 

Mobitekno – Solve for Tomorrow (SFT) 2025 kembali digelar oleh Samsung Indonesia. Event ini terbuka bagi siswa tingkat SMA, SMK, MA, serta mahasiswa aktif jenjang D3, D4, dan S1 di seluruh Indonesia. Sudah tentu, program tahunan ini bisa menjadi wadah bagi generasi muda untuk menciptakan inovasi teknologi yang membawa dampak positif bagi masyarakat, baik di dalam negeri maupun skala global.

Untuk tahun ini, pendaftaran Solve for Tomorrow dimulai 19 April hingga 17 Mei 2025. Bagi calon peserta yang tertarik, informasi lebih lanjut tentang jadwal serta proses registrasi dapat ditemukan di situs resmi Samsung Solve for Tomorrow. Melalui inisiatif ini, Samsung terus memperkuat komitmennya dalam menumbuhkan budaya inovasi sejak dini dan menjadikan teknologi sebagai solusi untuk berbagai tantangan sosial dan lingkungan.

Menurut Bagus Erlangga, Head of Corporate Marketing Samsung Electronics Indonesia, tahun ini menjadi langkah besar baru bagi Samsung dalam memberdayakan generasi muda. “Kami berupaya membawa Samsung Solve for Tomorrow ke tingkat global melalui kemitraan dengan International Olympic Committee (IOC). Dengan adanya kerja sama ini, kami membuka jalan bagi para pemenang nasional untuk berkompetisi di tingkat regional dan internasional, bahkan berpotensi menjadi Global Ambassador di ajang Olimpiade Musim Dingin 2026,” ungkapnya.

Solve for Tomorrow

Solve for Tomorrow untuk Kreativitas Generasi Muda Indonesia

Program ini dirancang sebagai ruang bagi para pemikir muda untuk menyalurkan kreativitas dan kemampuan mereka dalam menghadirkan solusi nyata melalui pemanfaatan teknologi. Setiap peserta akan mendapatkan akses ke pelatihan intensif, sertifikasi resmi, serta kesempatan membangun jejaring dengan inovator lain dari berbagai negara.

Di edisi tahun 2025 ini, SFT mengusung dua tema utama: Teknologi untuk Keberlanjutan Lingkungan serta Teknologi untuk Perubahan Sosial melalui Olahraga. Fokus pertama mengajak peserta untuk menggunakan pendekatan STEM dalam mendukung prinsip ekonomi sirkular — seperti mengurangi limbah, memanfaatkan kembali bahan, mendaur ulang, serta menciptakan solusi berbasis energi terbarukan. Peserta diharapkan mampu menghadirkan gagasan yang membantu mengatasi polusi, mengelola limbah makanan dan plastik secara lebih efisien, serta meningkatkan pemanfaatan teknologi dalam konservasi sumber daya alam.

Tema kedua yang baru diperkenalkan tahun ini, yaitu Sport & Tech, mendorong para peserta menciptakan inovasi teknologi yang dapat menjadikan olahraga sebagai medium transformasi sosial. Inisiatif ini sekaligus merespons isu kesenjangan akses terhadap fasilitas olahraga, terutama bagi perempuan dan penyandang disabilitas. Mengacu pada data WHO, lebih dari satu miliar orang di dunia hidup dengan disabilitas, dan sekitar sepertiga perempuan merasa terhambat untuk berpartisipasi dalam aktivitas olahraga karena kendala infrastruktur dan norma sosial.

Inisiatif Solve for Tomorrow juga sejalan dengan agenda pemerintah dalam memperkuat pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dan mendukung transformasi digital lintas sektor. Hal ini ditegaskan oleh Prof. Dr. Nyayu Khodijah dari Kementerian Agama RI yang menyampaikan bahwa pengembangan talenta AI di kalangan pelajar dan mahasiswa merupakan bagian penting dari strategi pembangunan bangsa. “Kami menyambut baik program seperti ini, karena selain mendukung kreativitas anak muda, juga membekali mereka dengan keterampilan yang relevan di era digital,” ujarnya.

Antusiasme terhadap program ini terbukti meningkat dari tahun ke tahun. Pada penyelenggaraan tahun lalu, tercatat lebih dari 1.600 pelajar dan mahasiswa dari berbagai daerah berpartisipasi dalam tiga kategori besar: pendidikan, lingkungan, serta kesehatan. Salah satu kisah inspiratif datang dari Muhammad Hammam Arfianda, peserta yang sukses menjadi juara pada SFT 2024. Ia mengaku bahwa pengalamannya dalam program tersebut menjadi batu loncatan besar. Berkat pelatihan dan sertifikasi yang ia peroleh, Hammam diterima di lebih dari 10 universitas ternama dunia, termasuk National Tsing Hua University untuk jurusan Teknik Elektro.

Bagi Hammam, Solve for Tomorrow bukan hanya ajang perlombaan, tetapi juga menjadi pintu gerbang menuju masa depan yang lebih cerah. “Program ini memberi saya kepercayaan diri, wawasan global, serta peluang akademik yang luas. Semua berawal dari ide kecil yang saya kembangkan bersama tim, lalu dibimbing hingga menjadi solusi nyata,” tuturnya.

Semua Mendapat Kesempatan

Tak hanya itu, para finalis dari berbasgai negara pada tahun lalu juga mendapatkan kesempatan berbagi pengalaman mereka selama mengikuti program, termasuk ketika menghadiri Olimpiade Paris 2024. Mereka menyampaikan cerita pribadi dan proses inovasi mereka melalui platform digital, menjadikan program ini sebagai ruang kolaboratif lintas budaya yang membangun solidaritas generasi muda.

Tahun ini, kesempatan serupa kembali dibuka bagi pelajar Indonesia. Jika terpilih sebagai Global Ambassador, peserta dari Indonesia tak hanya akan mewakili negara, tetapi juga akan merasakan langsung atmosfer Olimpiade Musim Dingin di Milano-Cortina 2026, sekaligus memperkenalkan solusi inovatif mereka ke komunitas global.

Menurut Bagus Erlangga, Solve for Tomorrow lebih dari sekadar ajang kompetisi. “Setiap ide yang dibawa oleh peserta bisa membawa perubahan. Kami ingin anak-anak muda Indonesia mengembangkan pemikiran visioner dan kemampuan problem solving melalui pendekatan design thinking dan ilmu STEM. Perjalanan mereka dalam program ini — mulai dari penyusunan ide, pelatihan intensif, hingga sertifikasi dan kolaborasi — adalah proses pembelajaran yang sangat berharga untuk masa depan mereka,” tutupnya.

Samsung mengajak seluruh siswa dan mahasiswa di Indonesia untuk tidak melewatkan kesempatan luar biasa ini. Bukan hanya untuk memenangkan kompetisi, tetapi juga untuk menjadi agen perubahan yang dapat memberikan dampak positif bagi dunia

Tags: ,


COMMENTS