
Mobitekno – Di tengah pengelolaan industri fintech lending yang kian kompetitif dan terus berkembang, PT Pembiayaan Digital Indonesia (AdaKami) berkomitmen ingin tetap menjaga penyaluran dana yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Hal ini disampaikan AdaKami dalam acara Media Gathering Halalbihalal di Jakarta belum lama ini (22/4/2025).
Dengan kombinasi prinsip kehati-hatian (prudent) dan inovasi teknologi, perusahaan fintech lending yang berdiris sejak 2028 ini bukan hanya bertekad memenuhi regulasi ketat seperti Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 40 Tahun 2024, tetapi juga memperkuat posisinya sebagai platform keuangan digital berizin yang transparan dan berfokus pada perlindungan konsumen. Pendekatan ini menjadi kunci keberhasilan AdaKami dalam menjaga kualitas pendanaan sekaligus mendorong inklusi keuangan di Indonesia.

Sejak didirikan pada 2018, AdaKami telah menjadi pelopor dalam menyediakan pinjaman yang mudah diakses dan terjangkau bagi masyarakat yang sebelumnya kurang terlayani oleh layanan keuangan tradisional. Beroperasi di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), AdaKami memanfaatkan teknologi canggih seperti mobile platform, integrasi e-KYC, dan analisis berbasis big data untuk memastikan proses pengajuan pinjaman yang cepat, akurat, dan adil.
“Kami percaya bahwa sinergi antara teknologi dan prinsip kehati-hatian adalah landasan untuk pertumbuhan yang sehat,” ujar Karissa Sjawaldy, Chief of Public Affairs AdaKami.
Prinsip kehati-hatian menjadi inti dari strategi penyaluran dana AdaKami. Platform ini tidak hanya berfokus pada perluasan akses keuangan, tetapi juga memastikan bahwa pinjaman diberikan sesuai dengan kemampuan finansial pengguna. Dengan teknologi verifikasi identitas dan analisis kelayakan kredit berbasis AI, AdaKami mampu menilai calon nasabah secara menyeluruh, termasuk konteks kondisi keuangan mereka.
“Pendekatan ini memungkinkan kami menetapkan batas pinjaman yang sesuai untuk meminimalkan risiko gagal bayar,” jelas Jonathan Kriss, Brand Manager AdaKami. Sistem ini juga membantu mencegah over-indebtedness, menjaga kenyamanan pengguna, dan mendukung inklusi keuangan yang berkelanjutan.
Terapkan credit scoring berbasis AI dan big data
Selain itu, AdaKami menerapkan proses credit scoring berbasis AI dan big data yang ketat untuk memetakan kemampuan bayar pengguna, bahkan bagi mereka tanpa riwayat kredit konvensional. Dengan demikian, AdaKami dapat memberikan limit pinjaman yang sesuai dengan profil risiko pengguna, sekaligus mengurangi potensi gagal bayar. Proses verifikasi internal yang canggih juga memastikan keaslian identitas peminjam, mencegah upaya penipuan berbasis AI yang kian marak. “Kami memastikan bahwa setiap informasi yang diajukan pengguna adalah benar dan tidak dimanipulasi,” tambah Kriss.
Keberhasilan pendekatan ini tercermin dalam performa keuangan AdaKami. Pada triwulan pertama 2025, AdaKami mencatat tingkat TKB90 sebesar 99,82% dengan total penyaluran dana mencapai Rp3,94 triliun.
Menurut Karissa, angka ini menunjukkan bahwa strategi AdaKami tidak hanya efektif dalam menjaga kualitas portofolio kredit, tetapi juga mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan. Capaian ini juga membuktikan bahwa inovasi dan kehati-hatian dapat berjalan beriringan.
AdaKami juga terus memperkuat kesiapan internal dan kolaborasi dengan pemangku kepentingan dalam ekosistem fintech. Pendekatan proaktif ini memungkinkan platform untuk menjaga transparansi informasi kepada regulator, media, dan masyarakat.
“Inklusi keuangan yang sehat bukan hanya tentang memperluas akses, tetapi juga memastikan layanan sesuai dengan kemampuan pengguna,” kata Adelheid Helena Bokau, Head of Government Relations AdaKami.
“Dengan fokus pada mitigasi risiko dan perlindungan konsumen, AdaKami berupaya menciptakan ekosistem fintech lending yang sehat dan tahan lama,” tambahnya.
Menghadapi perkembangan kebutuhan pengguna dan dinamika industri, AdaKami tetap berkomitmen untuk menghadirkan layanan yang aman, transparan, dan inklusif. Dengan integritas sebagai panduan, AdaKami terus membangun kepercayaan masyarakat sambil memastikan bahwa teknologi yang digunakan membawa dampak positif bagi kehidupan jutaan orang di Indonesia.
“Keberlanjutan dalam fintech lending bukan hanya tentang kecepatan, tetapi juga tanggung jawab,” tutup Karissa.
Masih fokus pinjaman konsumtif
Berkaitan dengan peluang masuk ke pinjaman produktif, AdaKami sampai saat ini masih mengatakan bahwa mereka sejauh ini masih ingin fokus pada penyaluran pinjaman konsumtif.
Menurut Brand Manager AdaKami, Jonathan Kriss, total pinjaman yang disalurkan AdaKami per kuartal I/2025 mencapai Rp3,94 triliun, yang semuanya masuk kategori pinjaman konsumtif.
“Semua konsumtif, secara izin kami tidak diperkenankan untuk mendanai yang sifatnya produktif. Namun, kalau ditanya user kami, dipakai buat apa pinjaman, ada porsi hampir 40% yang bilang untuk modal usaha, tapi treatment semuanya untuk pendanaan konsumtif,” ujar Jonathan.

Pemerintah sejauh ini mulai mendorong pinjaman online unutk mulai memfokuskan pinjaman ke sektor produktif. Berdasrkan roadmap Penguatan Industri P2P lending 2023—2028, ditargetkan porsi pinjaman produktif mencapai 50% pada tahun 2025—2026. Adapun hingga Februari 2025, presentasenya baru mencapai 36,53%.
Jonathan mengakui OJK sudah melakukan sosialisasi ke perusahaan fintech lending yang memiliki izin sebagai penyalur pinjaman konsumtif untuk dapat berpartisipasi dengan melakukan penyaluran pinjaman produktif.
Tags: AdaKami, Aplikasi, FinTech, Fintech Lending, KYC, OJK, P2P Lending, Pinjaman, PT Pembiayaan Digital Indonesia, Teknologi